Pak Harry, Menurut sumber utama cerita Atlantis, yaitu Timaeus dan Critias (Plato, 360 BC), kata Atlantis berasal dari Atlas, seorang tokoh dalam kisah mitologi Yunani; ditulis sebagai : Ἀτλαντὶς νῆσος, "island of Atlas". Sedangkan Lautan Atlantik disebut mengikuti cerita Plato juga. Plato di dalam Timaeus dan Critias itu menceritakan bahwa "benua" Atlantis sebesar Lybia dan Asia (Kecil) yang terletak di belakang Pilar Hercules. Pilar Hercules menurut banyak peneliti dianggap sebagai Selat Gibraltar sekarang yang membatasi Pegunungan Atlas di ujung utara Afrika dan bagian Spanyol paling selatan. Satu-satunya tempat "benua Atlantis"seluas Lybia dan Asia Kecil adalah di lautan lepas di sebelah barat Selat Gibraltar, maka lautan lepas itu disebut sebagai Lautan Atlantik karena dianggap menjadi tempat "benua" Atlantis.
salam, Awang --- Pada Ming, 21/2/10, Harry Kusna <harryku...@yahoo.com> menulis: Dari: Harry Kusna <harryku...@yahoo.com> Judul: Re: [iagi-net-l] Atlantis Itu Indonesia ? : Bantahan Arkeologi dan Geologi Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Minggu, 21 Februari, 2010, 12:38 AM Hanya pertanyaan awam Pak Awang .... Atlantis itu tidak ada hubungannya dengan Atlantic yang terletak antara benua Eropa dan Amerika? Bagaimana asal mula penamaan atlantis itu? Apakah penamaan tsb dahulu ada hubungan dengan dugaan letaknya, yang mungkin tenggelam di samudra Atlantik? Terimakasih. Wassalam, HK ________________________________ From: Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com> To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Geo Unpad <geo_un...@yahoogroups.com>; Forum HAGI <fo...@hagi.or.id>; Eksplorasi BPMIGAS <eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com> Sent: Sat, February 20, 2010 10:51:56 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Atlantis Itu Indonesia ? : Bantahan Arkeologi dan Geologi Menarik sekali Pak Awang, Cuman kok kayaknya soal Atlantis ini njujug dengan kesimpulan Atlantis itu "ada". Trus sekarang mencari "dimana Atlantis itu?". Padahal "ada" atau fakta dalam sains itu semestinya dicari buktinya dulu baru diyakini keberadaannya. Berbeda dengan keyakinan agama, dimana tanpa bukti (evidences) sudah diyakini kebenarannya. Jadi sepertinya pembuktian "dimana Atlantis" seolah-olah bukan sains. Wong "evidences" keberadaanya masih "hipotesa". Yang saya ragu .. bolehkan keberadaan Atlantis ini disebut sebagai "hipotesa sains" walaupun tanpa indikasi awal dari pengamatan ? *[image: Sumber Wiki]<http://rovicky.files.wordpress.com/2009/11/benua-benua.jpg> * http://rovicky.wordpress.com/2009/11/27/benua-geologi-benua-sejarah-benua-khayalan/ RDP 2010/2/20 Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>: > Di gedung auditorium Museum Indonesia TMII, Jakarta, sebuah gedung yang asri dengan batu dan tiang-tiang berukir nan megah, seminar Atlantis digelar PT Ufuk Publishing House pada Sabtu 20 Februari 2010 tadi pagi-siang pukul 09.30-13.30. Seminar dihadiri sekitar 100 orang dari berbagai kalangan yang meminati isu Atlantis. Jadwal selesai mundur 1 ½ jam oleh serunya diskusi. > > Sejak buku terjemahannya diterbitkan PT Ufuk akhir tahun lalu, buku tulisan Prof. Arysio Santos (ahli fisika nuklir Brazil) laku keras di pasaran. Buku kontroversial yang mengatakan bahwa benua Atlantis yang hilang itu ternyata Indonesia tentu menimbulkan minat tersendiri bagi orang Indonesia. Berdasarkan hal itulah maka PT Ufuk serius menggelar seminar ini mengundang para narasumber yang berkaitan dengan bidang bahasan buku Atlantis. > > Menganggap bahwa isu yang dilempar Prof. Santos ini penting untuk harga diri bangsa (sebab Atlantis terkenal berkebudayaan tinggi) dan penting bagi ilmu pengetahuan Indonesia, maka PT Ufuk mengundang Prof. Dr Jimly Assidiqie (mantan ketua MK, dan anggota Watimpres) untuk memberikan pidato kunci. Sebelumnya, seminar dibuka oleh Prof. Dr. Umar Anggara Jenie (Ketua LIPI) yang memberikan pengantar tentang aspek ilmu pengetahuan isu Atlantis ini. > > Prof. Umar Jenie bersikap netral dalam isu ini sebab beliau mengakui tak mempunyai kapasitas untuk menilai pendapat Prof. Santos (Pak Umar adalah seorang ahli farmasi). Tetapi Pak Umar mengutip Arthur Clarke bahwa kebenaran itu tak harus selalu berdasarkan kebenaran pada saat kini, bisa juga didasarkan atas imajinasi yang saat ini belum terbukti tetapi kelak mungkin saja terbukti. Dan bila sebuah seminar internasional tentang Atlantis diperlukan diadakan, LIPI akan mendukungnya. Buku Prof. Santos baik, dalam hal bisa merangsang perdebatan sebab perdebatan merupakan jalannya ilmu pengetahuan. > > Prof. Jimly, sebagai seorang ahli hukum juga tak bisa menilai pendapat Prof. Santos ini, tetapi Pak Jimly mengatakan bahwa bila isu ini benar, maka buku Atlantis ini sangat penting bagi masyarakat Indonesia, paling tidak bisa membangun kembali harga dirinya di dunia internasional. Sebelum buku Atlantis ini, ada buku kontroversial lain yang ditulis Stephen Oppenheimer ahli genetika dari Inggris berjudul “Eden in the East” yaitu Sundaland sebagai tempat awal peradaban manusia modern. Dua buku ini penting bagi identitas bangsa Indonesia, begitu menurut Prof. Jimly. > > Pembahasan teknis detail pendapat Prof. Santos dilakukan melalui disiplin ilmu arkeologi (oleh Prof.Dr. Harry Truman Simanjuntak) dan geologi (oleh saya). Setelah Prof. Truman dan saya presentasi, Radhar Panca Dahana melanjutkan acara dengan berbicara tentang aspek budaya Indonesia masa lalu. > > Presentasi Prof. Truman (Centre for Prehistoric and Austronesian Studies, mantan Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia) berjudul “Atlantis –Indonesia ?”. Sebagai seorang ilmuwan senior, Prof. Truman mengemukakan pertama kali bagaimana sebuah karya ilmiah itu dibangun, bagaimana analisis sumber data itu dilakukan, bagaimana kondisi datanya. Bila premis dibangun atas data yang tak sahih (valid), maka premis salah, hipotesis salah, kesimpulan pun salah. Itulah yang terjadi dengan buku Prof. Santos. Tak ada analisis data dilakukan. Prof. Santos hanya menyambungkan fakta atau fiksi di sana-sini menjadi suatu rangkaian cerita. Uji sumber data tak dilakukan, kesimpulan didasarkan bukan atas data dan analisis yang valid. Banyak kerancuan dikemukakan dengan pembahasan yang tidak sistematis. Selanjutnya, Prof. Truman membahas kebudayaan tinggi Indonesia 11.600 tahun yang lalu versi Prof.Santos (saat penenggelaman Atlantis Indonesia terjadi) dikontraskan > dengan penemuan-penemuan artefak di Indonesia yang berangka tahun sekitar 11.600 tahun. Pada masa ini, manusia Indonesia berada pada MMA (manusia modern awal) pada tingkat kebudayaan latest paleolithic dan preneolithic. Kebudayaan pada masa ini berdasarkan penemuan2 arkeologi dicirikan oleh berburu, meramu, hunian gua dan teknologi lithik (batu). Dengan terjadinya deglasiasi pada masa ini, manusia makin banyak tinggal di dalam gua dan mengembangkan kebudayaan gua termasuk rock art, perkembangan konsepsi kepercayaan. Dengan kata lain, tak ada tingkat kebudayaan yang maju seperti yang diceritakan Plato di dalam cerita Atlantis. Karena tak ada bukti arkeologi sama sekali bahwa Indonesia telah berkebudayaan maju sebelum 11.600 tahun yang lalu, maka Prof. Truman dengan tegas menolak pendapat Prof. Santos. > > Tentang bantahan geologi atas pendapat-pendapat Prof. Santos telah saya kemukakan di dalam diskusi-diskusi di milis dari beberapa tahun yang lalu sejak Prof. Santos mengeluarkan pendapatnya itu pada tahun 2005. Saya mempresentasikan materi berjudul “Benua Atlantis yang Hilang itu Indonesia ? : Antitesis-Antitesis Geologi”. Pada intinya, Prof. Santos menyamakan penenggelaman Sundaland%2 Mulai chatting dengan teman di Yahoo! Pingbox baru sekarang!! Membuat tempat chat pribadi di blog Anda sekarang sangatlah mudah. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/