Selamat Pak Awang... Satu langkah yang penting dari komunitas geologi indonesia untuk semakin sering terlibat pada isue-isue populer semacam ini....Apalagi keterlibatan pak Awang di forum tsb adalah karena diundang sebagai panelis dari sisi ilmu geologi.
salam, ________________________________ From: Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com> To: IAGI <iagi-net@iagi.or.id>; Geo Unpad <geo_un...@yahoogroups.com>; Forum HAGI <fo...@hagi.or.id>; Eksplorasi BPMIGAS <eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com> Sent: Sat, February 20, 2010 11:36:34 PM Subject: [iagi-net-l] Atlantis Itu Indonesia ? : Bantahan Arkeologi dan Geologi Di gedung auditorium Museum Indonesia TMII, Jakarta, sebuah gedung yang asri dengan batu dan tiang-tiang berukir nan megah, seminar Atlantis digelar PT Ufuk Publishing House pada Sabtu 20 Februari 2010 tadi pagi-siang pukul 09.30-13.30. Seminar dihadiri sekitar 100 orang dari berbagai kalangan yang meminati isu Atlantis. Jadwal selesai mundur 1 ½ jam oleh serunya diskusi. Sejak buku terjemahannya diterbitkan PT Ufuk akhir tahun lalu, buku tulisan Prof. Arysio Santos (ahli fisika nuklir Brazil) laku keras di pasaran. Buku kontroversial yang mengatakan bahwa benua Atlantis yang hilang itu ternyata Indonesia tentu menimbulkan minat tersendiri bagi orang Indonesia. Berdasarkan hal itulah maka PT Ufuk serius menggelar seminar ini mengundang para narasumber yang berkaitan dengan bidang bahasan buku Atlantis. Menganggap bahwa isu yang dilempar Prof. Santos ini penting untuk harga diri bangsa (sebab Atlantis terkenal berkebudayaan tinggi) dan penting bagi ilmu pengetahuan Indonesia, maka PT Ufuk mengundang Prof. Dr Jimly Assidiqie (mantan ketua MK, dan anggota Watimpres) untuk memberikan pidato kunci. Sebelumnya, seminar dibuka oleh Prof. Dr. Umar Anggara Jenie (Ketua LIPI) yang memberikan pengantar tentang aspek ilmu pengetahuan isu Atlantis ini. Prof. Umar Jenie bersikap netral dalam isu ini sebab beliau mengakui tak mempunyai kapasitas untuk menilai pendapat Prof. Santos (Pak Umar adalah seorang ahli farmasi). Tetapi Pak Umar mengutip Arthur Clarke bahwa kebenaran itu tak harus selalu berdasarkan kebenaran pada saat kini, bisa juga didasarkan atas imajinasi yang saat ini belum terbukti tetapi kelak mungkin saja terbukti. Dan bila sebuah seminar internasional tentang Atlantis diperlukan diadakan, LIPI akan mendukungnya. Buku Prof. Santos baik, dalam hal bisa merangsang perdebatan sebab perdebatan merupakan jalannya ilmu pengetahuan. Prof. Jimly, sebagai seorang ahli hukum juga tak bisa menilai pendapat Prof. Santos ini, tetapi Pak Jimly mengatakan bahwa bila isu ini benar, maka buku Atlantis ini sangat penting bagi masyarakat Indonesia, paling tidak bisa membangun kembali harga dirinya di dunia internasional. Sebelum buku Atlantis ini, ada buku kontroversial lain yang ditulis Stephen Oppenheimer ahli genetika dari Inggris berjudul “Eden in the East” yaitu Sundaland sebagai tempat awal peradaban manusia modern. Dua buku ini penting bagi identitas bangsa Indonesia, begitu menurut Prof. Jimly. Pembahasan teknis detail pendapat Prof. Santos dilakukan melalui disiplin ilmu arkeologi (oleh Prof.Dr. Harry Truman Simanjuntak) dan geologi (oleh saya). Setelah Prof. Truman dan saya presentasi, Radhar Panca Dahana melanjutkan acara dengan berbicara tentang aspek budaya Indonesia masa lalu. Presentasi Prof. Truman (Centre for Prehistoric and Austronesian Studies, mantan Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia) berjudul “Atlantis –Indonesia ?”. Sebagai seorang ilmuwan senior, Prof. Truman mengemukakan pertama kali bagaimana sebuah karya ilmiah itu dibangun, bagaimana analisis sumber data itu dilakukan, bagaimana kondisi datanya. Bila premis dibangun atas data yang tak sahih (valid), maka premis salah, hipotesis salah, kesimpulan pun salah. Itulah yang terjadi dengan buku Prof. Santos. Tak ada analisis data dilakukan. Prof. Santos hanya menyambungkan fakta atau fiksi di sana-sini menjadi suatu rangkaian cerita. Uji sumber data tak dilakukan, kesimpulan didasarkan bukan atas data dan analisis yang valid. Banyak kerancuan dikemukakan dengan pembahasan yang tidak sistematis. Selanjutnya, Prof. Truman membahas kebudayaan tinggi Indonesia 11.600 tahun yang lalu versi Prof.Santos (saat penenggelaman Atlantis Indonesia terjadi) dikontraskan dengan penemuan-penemuan artefak di Indonesia yang berangka tahun sekitar 11.600 tahun. Pada masa ini, manusia Indonesia berada pada MMA (manusia modern awal) pada tingkat kebudayaan latest paleolithic dan preneolithic. Kebudayaan pada masa ini berdasarkan penemuan2 arkeologi dicirikan oleh berburu, meramu, hunian gua dan teknologi lithik (batu). Dengan terjadinya deglasiasi pada masa ini, manusia makin banyak tinggal di dalam gua dan mengembangkan kebudayaan gua termasuk rock art, perkembangan konsepsi kepercayaan. Dengan kata lain, tak ada tingkat kebudayaan yang maju seperti yang diceritakan Plato di dalam cerita Atlantis. Karena tak ada bukti arkeologi sama sekali bahwa Indonesia telah berkebudayaan maju sebelum 11.600 tahun yang lalu, maka Prof. Truman dengan tegas menolak pendapat Prof. Santos. Tentang bantahan geologi atas pendapat-pendapat Prof. Santos telah saya kemukakan di dalam diskusi-diskusi di milis dari beberapa tahun yang lalu sejak Prof. Santos mengeluarkan pendapatnya itu pada tahun 2005. Saya mempresentasikan materi berjudul “Benua Atlantis yang Hilang itu Indonesia ? : Antitesis-Antitesis Geologi”. Pada intinya, Prof. Santos menyamakan penenggelaman Sundaland sebagai penenggelaman Atlantis. Hanya, mekanisme penenggelaman itu bukan karena siklus deglasiasi, tetapi karena letusan rangkaian gunungapi dari India sampai Jawa termasuk Toba dan Krakatau yang terjadi pada 11.600 tahun yang lalu. Air laut naik sampai 130 meter pada saat itu menenggelamkan seluruh Sundaland. Pendapat ini sama-sekali tak punya bukti geologi dan ngawur secara kronologi. Toba terakhir meletus hebat sebagai sebuah supervolcano pada 74.000 tahun yang lalu dan letusan pertama Krakatau terjadi pada 416 M, itulah bukti-bukti geologi yang kita punya. Sundaland memang pernah tenggelam akibat air laut naik secara signifikan, tetapi itu terjadi pada 14.600-14.300 tahun yang lalu. Kenaikan selama 300 tahun itu menaikkan air laut sampai 16 meter, atau 5,3 cm per tahun (Lihat publikasi-publikasi terbaru dari Hanebuth et al., 2000, Rapid Flooding of the Sunda Shelf: A Late-Glacial Sea-Level Record. Science. v. 288, no. 5468, pp. 1033-1035 dan Hanebuth et al., 2004, Depositional sequences on a late Pleistocene–Holocene tropical siliciclastic shelf (Sunda Shelf, southeast Asia). Journal of Asian earth Science. v. 23, pp. 113-126). Bagaimana Prof. Santos bisa mengatakan bahwa airlaut naik sampai 130 meter hanya dalam satu tahun ? Mekanisme letusan volkanik menyebabkan deglasiasi pun tak kita kenal dalam geologi, justru volkanisme dalam banyak kasus menyebabkan winter volcanic. Secara dimensi pun, tsunami sehebat apa pun tak akan menenggelamkan Sundaland secara sekaligus. Tsunami Krakatau 1883 hanya menyebabkan tsunami di sekitar pantai Lampung, Banten dan sedikit Jakarta. Itu saja. Kemudian, Selat Sunda itu sudah terbentuk sejak Miosen Akhir saat Pulau Jawa melakukan rotasi anti-clockwise dan Sumatra melakukan rotasi clockwise. Ini telah ada bukti pengukuran paleomagnetikya (antara lain lihat publikasi Ngkoimi et al., 2006 untuk Jawa, dan Ninkovich, 1976 untuk Sumatera). Akibatnya, Selat Sunda membentuk celah segitiga menyempit ke timurlaut melebar ke baratdaya. Retakan ini menyebabkan banyak sesar-sesar di sekitar Selat Sunda dan salah satu perpotongan sesar itu diduduki Krakatau. Bukanlah Krakatau yang meretakkan Selat Sunda pada 11.600 tahun yang lalu. Maka, saya pun tak bisa menerima pendapat Prof. Santos bahwa Indonesia itu Atlantis, tak ada bukti2 geologi ditemukan di bukunya, dan cara Prof. Santos menerangkan geologi di dalam bukunya tidaklah nalar, paling tidak bukan mekanisme2 yang dikenal di dalam main stream geological sciences. Radhar Panca Dahana (sastrawan dan ahli sosiologi Universitas Indonesia) berbicara di akhir sesi tentang kejayaan budaya Indonesia masa lalu terutama dari segi maritimnya. Pelaut-pelaut Nusantara saat itu sudah menjelajah ke India, Afrika, dsb.termasuk membawa kebudayaan-kebudayaannya, maka ditemukanlah kebudayaan-kebudayaan yang mirip Nusantara di India, Madagaskar atau Afrika Selatan. Pak Radhar tak membahas pendapat Prof. Santos, dari pembicaraannya tak bisa disimpulkan apakah ia mendukung atau menolaknya. “I don’t care with Santos”, kata Pak Radhar; yang jelas sejarah Indonesia itu bukan hanya Kutei,Sriwijaya, Mataram, Majapahit, tetapi jauh sebelum itu. Bila masa sejarah Indonesia dikenal mulai tahun 400 M, itu hanyalah karena pengaruh datangnya orang-orang Aria dari India yang membawa kebudayaan kontinen; sebelumnya, Nusantara telah mengunjungi India bahkan Afrika. Hanya pelaut-pelaut Nusantara memang tak punya tradisi mencatat. Begitu komentar Pak Radhar Panca Dahana yang tulisan-tulisan kritik sastranya bisa kita temukan di koran-koran. Pertanyaan-pertanyaan banyak diajukan oleh para peserta seminar, dimoderatori oleh Pak Agus Samekto dari Universitas Indonesia baik teknis maupun nonteknis, menyangkut arkeologi, geologi, filsafat, bahkan sampai spiritualisme. Para peserta umumnya netral, tetapi ada juga yang mendukung Prof. Santos maupun menolaknya. Yang menolaknya umumnya senang karena presentasi dari Prof. Truman dan saya juga menolaknya. Yang mendukung juga senang karena ulasan Pak Radhar seolah-olah mendukung Prof. Santos. Apa pun itu, seminar oleh PT Ufuk Publishing dalam membedah buku-buku asing yang kontroversial apalagi yang menyangkut Indonesia, patut diacungi jempol sebab ini bagian dari usaha mencerdaskan masyarakat Indonesia. Buku-buku asing yang menyangkut Indonesia harus dilihat dengan hati-hati, jangan agar masyarakat menelannya mentah-mentah, lalu bangga dengan sesuatu yang secara ilmiah lemah. Adalah tugas para penerbit dan ilmuwan mendidik masyarakatnya. Demikian, pengamatan saya atas seminar yang menarik ini.Seusai seminar, hujan deras mengguyur TMII, niat berburu buku-buku langka di ujung TMII batal. Di tol Jagorawi di tengah hujan yang makin memutih karena semakin menderas : Atlantis, prasejarah, geologi, bahari Nusantara berkelebatan silih berganti di pikiran. Indonesia begitu menariknya bagi dunia ilmu pengetahuan apa pun, semoga ilmuwan Indonesia makin berjaya dan berdaya di negerinya sendiri. Amin. Salam, Awang Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer