Selasa-Kamis 22-24 Juni 2010 yang baru berlalu, Badan Geologi bekerja sama
dengan BPMIGAS, Dinas ESDM Jawa Timur dan PT Seminar Indonesia telah
menyelenggarakan Lokakarya berjudul "Optimalisasi Sumberdaya Hidrokarbon di
Cekungan Sedimen Jawa Timur". Lokakarya berlangsung selama 1,5 hari di Hotel JW
Marriott Surabaya dilanjutkan dengan fieldtrip selama 1,5 hari ke (1)
gununglumpur lama Kalanganyar, (2) gununglumpur "in the making" Lusi, (3) sumur
produksi gas Lengowangi-1 (JOB Pertamina-PetroChina East Java), dan (4)
singkapan-singkapan batugamping Prupuh-Rancak-Paciran-Selorejo di Plato Tuban
dan lereng utara Dalaman Kendeng.
Lokakarya dihadiri oleh sekitar 140 peserta dari berbagai instansi dan kalangan
(antara lain: Badan Geologi, BPMIGAS, Dinas ESDM Jawa Timur, Pemda Jawa Timur,
Perguruan2 Tinggi, Lemigas, PPT Migas Cepu, para K3S). Lokakarya dibuka oleh
Pak Priyono (Kepala BPMIGAS) dan ditutup oleh Pak Sukhyar (Kepala Badan
Geologi). Lokakarya membahas 16 makalah undangan yang meliputi tema-tema :
regulasi, kebijakan Pemerintah, geologi-geofisika-petroleum system, eksploitasi
dan produksi dan teknik pengeboran. Semua makalah, tentu saja, membahas wilayah
Jawa Timur.
Makalah-makalah yang dibahas adalah seperti di bawah ini.
1. Kebijakan dan Manajemen Eksplorasi Migas di Indonesia (Naryanto Wagimin
-Ditjen Migas)
2. Data dan Informasi Migas di Indonesia dan Jawa Timur (Farida Zed -Pusdatin)
3. Konfigurasi Bawah Permukaan Cekungan Jawa Timur berdasarkan Data Gaya Berat
(Saultan Panjaitan -Badan Geologi)
4. Tektonostratigrafi Cekungan Jawa Timur dan Implikasi Hidrokarbon (Awang
Satyana -BPMIGAS)
5. Analisis Petroleum System Cekungan Jawa Timur dan Potensi Pengembangan
Lapangan Baru (Nizar Mujahidin -BPMIGAS)
6. Reservoir Karbonat dan Klastik Cekungan Jawa Timur (Yohanes Kusumo -PPT
Migas)
7. Perkembangan Penelitian Geologi Jawa Timur Bagian Selatan (Budianto Toha
-UGM)
8. Strategi Pertamina dalam Eksplorasi Migas Cekungan Jawa Timur Onshore
(Medianto Satyawan -Pertamina)
9. Penerapan Teknologi Eksplorasi di Batugamping Formasi Kujung, Cekungan Jawa
Timur Offshore (Dwi Mandhiri -Kodeco)
10. Mikrofacies dan Paleontologi Formasi Prupuh Cekungan Jawa Timur (Alexander
Limbong dan Hermes Panggabean -Badan Geologi)
11. Konfirmasi Struktur Lapangan Sepanjang Kangean dan Upside Potential
Berdasarkan Analisis Gayaberat dan Magnetik (Agung Indriyanto -Kangean Energy)
12.Produksi dan Cadangan Migas Jawa Timur/Tengah: Sejarah, Status,Potensi dan
Tantangannya (BAmbang Widarsono -Lemigas)
13. Batuan Induk Minyak dan Gas Cekungan Jawa Timur: Pendekatan Geokimia (Awang
Satyana -BPMIGAS)
14. Potensi Sumberdaya Hidrokarbon Blok Tuban, Cekungan Jawa Timur (Purwohadi
Suseso & Yosi Hirosiadi -JOB Pertamina-PetroChina East Java)
15. Sudahkah Alam jadi Acuan dalam Kasus Lumpur Sidoarjo? (Soffian Hadi -BPLS)
16. Penanganan Semburan Sumur Lengowangi-2 (Irawan Nugroho -JOB
Pertamina-PetroChina East Java)
Penyelenggaraan lokakarya, penyampaian materi, diskusi dan fieldtrip telah
berjalan sesuai dengan yang direncanakan dan boleh dibilang sukses. Lokakarya
membahas satu cekungan sedimen yang dihadiri terutama oleh para "pemain" di
cekungan tersebut bersama instansi Pemerintah dan Perguruan Tinggi efektif
sebagai forum untuk saling belajar,bertukar pengalaman, dan mencari
ide/inspirasi eksplorasi dan produksi.
Berikut ini adalah catatan saya tentang eksplorasi dan produksi migas di
Cekungan Jawa Timur yang disusun berdasarkan analisis dan sintesis data. Semoga
bermanfaat.
salam,
Awang
Optimalisasi Sumberdaya Migas Cekungan Jawa Timur
(oleh : Awang H. Satyana & Johnson A. Paju -BPMIGAS)
Cekungan Jawa Timur adalah salah satu cekungan produktif di Indonesia. Dalam
peta Cekungan Sedimen Tersier yang dipetakan oleh BPMIGAS pada tahun 2008;
wilayah Cekungan Jawa Timur meliputi : Cekungan Pati, Cekungan Jawa Timur Utara
dan Cekungan Jawa Timur Selatan.
Saat ini di Jawa Timur terdapat 34 wilayah kerja aktif, atau 15 % dari jumlah
seluruh wilayah kerja perminyakan di Indonesia, yang dioperasikan oleh
berbagai kontraktor meliputi perusahaan nasional dan multinasional. Dari 34
wilayah kerja tersebut, 13 di antaranya merupakan wilayah kerja berstatus
eksploitasi atau sedang memroduksikan migas. Luas wilayah kerja aktif ini
meliputi 52 % luas wilayah Cekungan Jawa Timur, sehingga masih terdapat peluang
48 % wilayah cekungan ini yang belum tereksplorasi.
Pemerintah masih terus menawarkan wilayah-wilayah kerja baru di Jawa Timur
melalui penawaran reguler, atau terdapat juga inisiatif dari para investor yang
meminta daerah-daerah tertentu di Jawa Timur melalui mekanisme penawaran
langsung. Data tahun 2000-2009 menunjukkan bahwa dari wilayah-wilayah kerja
baru kontrak PSC yang ditandatangani di Indonesia, 11-40 % di antaranya
berlokasi di Cekungan Jawa Timur.
Jawa Timur telah memroduksikan minyak dari akhir abad ke-18, terutama dari
daerah Cepu, Bojonegoro dan Surabaya. Sampai saat ini, daerah-daerah tersebut
masih menjadi daerah penghasil migas. Di samping itu, sejak awal tahun 1970-an,
produksi minyak juga telah ditambah dari lapangan-lapangan di lepas pantai
utara Jawa Timur dan pada akhir tahun 1980-an, produksi gas bertambah dari
lapangan-lapangan di lepas pantai sebelah timur Jawa Timur. Saat ini, terdapat
sebanyak 62 lapangan migas di Jawa Timur. Beberapa lapangan migas baru atau
penemuan lama akan dikembangkan sehingga pada beberapa tahun yang akan datang
akan menambah produksi migas Jawa Timur. Di samping itu, eksplorasi terus
dilakukan ke semua wilayah Cekungan Jawa Timur untuk menemukan
lapangan-lapangan migas baru.
Beberapa play atau konsep eksplorasi signifikan yang telah terbukti produktif
adalah seperti contoh-contoh di bawah ini.
Di lepas pantai utara Jawa Timur, khususnya di wilayah kerja West Madura
ditemukan migas pada terumbu-terumbu karbonat Formasi Kujung, terumbu-terumbu
ini ukurannya relatif kecil, tetapi sangat produktif dan hampir seluruhnya
mengandung migas.
Pada terumbu yang sama di wilayah Cepu, telah ditemukan juga migas dalam jumlah
besar (lapangan Banyu Urip). Penemuan ini penting sebab penemuan ini terjadi di
daerah yang telah dikerjakan selama 100 tahun, menunjukkan bahwa melalui
eksplorasi yang kreatif dan intensif, penemuan-penemuan penting dan besar masih
dapat terjadi, meskipun daerah tersebut telah matang dikerjakan.
Hal unik yang hanya berkembang di Jawa Timur adalah penemuan gas di reservoir
yang sangat unik, yaitu batugamping globigerina yang porositasnya sangat tinggi
dan produktif menghasilkan gas atau minyak. Reservoir ini merupakan potensi
yang besar sebab sebarannya panjang dari Cepu, Selat Madura sampai sebelah
utara Bali.
Jawa Timur pun memiliki salah satu dari dua reservoir termuda di Indonesia,
yaitu batupasir Plistosen volkaniklastik Wunut, yang berasal dari endapan jalur
volkanik di sebelah selatan Cekungan Jawa Timur. Seperti reservoir globigerina,
reservoir ini pun tersebar di area yang luas.
Jumlah lapangan dan cadangannya di Jawa Timur mengikuti distribusi normal field
size distribution, yaitu lebih dari setengahnya lapangan-lapangan di Jawa Timur
mempunyai cadangan sampai 20 MMBOE; lapangan-lapangan migas dengan cadangan
20-50 MMBOE ada sepuluh, dan lapangan-lapangan dengan cadangan 50-450 MMBOE ada
13 lapangan.
Saat ini, berdasarkan data 2003-2009, kontribusi rata-rata minyak dan gas dari
Jawa Timur terhadap produksi migas nasional masing-masing 3,85 % dan 2,16 %.
Kontribusi rata-rata ini memang kecil, tetapi kontribusi produksi minyak
menunjukkan peningkatan yang signifikan secara bertahap dari tahun ke tahun,
sampai pada tahun 2009 kontribusi minyak dari Jawa Timur mencapai 10,5 % dari
produksi nasional, kontribusi gas pun menunjukkan peningkatan yang cukup.
Beberapa pengembangan lapangan baru yang saat ini sedang dilakukan, dapat
segera menambah kontribusi migas dari Jawa Timur terhadap produksi nasional.
Bila dihitung produksi migas kumulatif dari Cekungan Jawa Timur, tentu saja
kontribusi dari Jawa Timur besar sebab ia merupakan salah satu cekungan
produktif pertama di Indonesia.
Gambaran statistik eksplorasi Cekungan Jawa Timur dalam sepuluh tahun terakhir
(2000-2009) adalah sebagai berikut ini.
Rasio keberhasilan secara teknis (geologi) adalah 49 % yang juga merupakan
gambaran nasional. Batugamping rupanya masih menjadi target utama para operator
di Jawa Timur, dan menunjukkan rasio keberhasilan yang relatif lebih baik
daripada target batupasir. Berdasarkan data 2003-2008, dari penemuan-penemuan
eksplorasi, 38 % di antaranya sudah diajukan dan disetujui untuk dikembangkan.
Sisanya, masih memerlukan kajian eksplorasi lebih lanjut. Wilayah-wilayah
eksplorasi selama sepuluh tahun terakhir ini tersebar baik di wilayah darat
maupun laut, seperti tergambar pada peta sebaran sumur-sumur eksplorasi di Jawa
Timur.
Rasio sukses geologi pengeboran eksplorasi sumur-sumur taruhan (wildcat) adalah
36 %, sumur-sumur delineasi 58 % dan rasio sukses sumur-sumur pengembangan 95
%.
Data selama tujuh tahun terakhir menunjukkan bahwa rasio sukses secara geologi
sumur-sumur eksplorasi yang dibor berkisar dari 15 – 73 %, dengan rata-rata 49
%. Setiap kegagalan dan keberhasilan sumur-sumur eksplorasi tentu menjadi
pelajaran yang berharga untuk usaha-usaha selanjutnya.
Selama tujuh tahun terakhir sumur-sumur eksplorasi yang dibor di Cekungan Jawa
Timur telah menemukan sumberdaya migas sebesar 454 MMBOE terdiri atas 60 %
penemuan minyak dan 40 % penemuan gas. Sebagian penemuan-penemuan ini telah
dikembangkan untuk menjadi lapangan-lapangan migas baru.
Cekungan Jawa Timur masih memiliki sebanyak 430 prospek dan lead dengan
perkiraan sumberdaya terkuras dipotong faktor risiko geologi (risked
recoverable resources) sebesar sekitar 3168 MMBOE; 1869 MMBO di antaranya
berupa minyak (59 %). Jumlah sebesar ini masih menurut perhitungan dan
memerlukan banyak kegiatan eksplorasi untuk membuktikannya. Berdasarkan umur
target reservoir prospek dan lead, 60 % merupakan target reservoir berumur
Paleogen dan 40 % berupa target berumur Neogen.
Berdasarjan jenis litologi target reservoir prospek dan lead, maka 71 %
merupakan reservoir karbonat, 21 % berupa reservoir batupasir. Memang dalam
sepuluh tahun terakhir ini, reservoir karbonat merupakan target utama
eksplorasi yang juga menunjukkan tingkat keberhasilan yang lebih baik daripada
reservoir batupasir.
Dari segi tipe perangkap prospek dan lead, maka hampir setengahnya berupa
perangkap struktur terdiri atas perangkap antiklin sebanyak 27 % dan antiklin
tersesarkan 19 %. Sebanyak 20 % prospek dan lead merupakan perangkap struktur,
dan 34 % prospek dan lead merupakan perangkap kombinasi struktur dan
stratigrafi.
Bila kita bandingkan antara jumlah sumberdaya terkuras prospek dan lead dengan
jumlah sumberdaya terkuras penemuan eksplorasi enam tahun terakhir, maka masih
terdapat banyak peluang penemuan pada masa depan; kegiatan-kegiatan eksplorasi
enam tahun terakhir ini baru membuktikan sekitar 20 % dari seluruh sumberdaya
terkuras prospek dan lead.
Untuk minyak dan gas, maka seluruh prospek dan lead di Cekungan Jawa Timur
mempunyai sumberdaya terkuras sebesar 3168 MMBOE. Penemuan-penemuan enam tahun
terakhir telah membuktikan sebanyak 645 MMBOE, atau baru sekitar 20 % dari
jumlah sumberdaya terkuras seluruh prospek dan lead, sehingga masih besar
peluang penemuan eksplorasi pada masa depan. Sebagian besar prospek dan lead
(82 %) mempunyai sumberdaya terkuras yang kecil yaitu di bawah 10 MMBOE. Ini
akan menghalanngi pengerjaan seluruh prospek dan lead di Jawa Timur sebab hal
ini akan mempengaruhi faktor keekonomian. Struktur-struktur besar dengan
sumberdaya terkuras lebih besar dari 25 atau 50 MMBOE tidak banyak lagi, hanya
tersisa 29 struktur.
Cekungan Jawa Timur sebenarnya tidak efektif dikerjakan. Menurut penelitian,
Cekungan Jawa Timur memiliki luas area petroleum system area terbukti (known
petroleum system area) nomor dua terluas di Indonesia setelah Cekungan Sumatra
Selatan, yaitu sekitar 54.000 km2. Tetapi jumlah seluruh sumur wildcat-nya
sampai menjelang tahun 2000 hanya sekitar 160 sumur. Sebagai perbandingan, luas
petroleum system area Cekungan Sumatra Utara sekitar 25.000 km2, tidak sampai
setengah luas petroleum system area Cekungan Jawa Timur, tetapi jumlah seluruh
sumur wildcatnya sekitar 260 sumur. Yang sangat matang dikerjakan eksplorasinya
adalah Cekungan Sumatra Tengah, dengan luas petroleum system area sebesar
35.000 km2, jumlah seluruh sumur wildcat-nya ada sekitar 550 sumur. Dan, kita
tahu bahwa Cekungan Sumatra Tengah merupakan kontributor terbesar produksi
minyak Indonesia.
Agar efektif dikerjakan, paling tidak Cekungan Jawa Timur masih memerlukan
sekitar 150 sumur eksplorasi lagi. Kita sudah melihat bahwa potensi prospek dan
lead Cekungan Jawa Timur masih besar dan peluangnya juga banyak, sehingga
peningkatan kegiatan eksplorasi mestinya tidak akan sia-sia. Ini adalah
tantangan dan peluang untuk kita semua.
Kesimpulannya, meskipun Cekungan Jawa Timur telah dikerjakan selama 130 tahun,
ternyata potensi dan peluangnya diperhitungkan masih besar untuk
penemuan-penemuan baru, tetapi perkiraan perhitungan ini harus direalisasikan
melalui kegiatan-kegiatan eksplorasi dan nantinya produksi. Pemerintah dan para
investor serta seluruh pemangku kepentingan yang berhubungan harus saling
bersinergi agar potensi dan peluang Cekungan Jawa Timur ini dapat dioptimalkan,
seperti tujuan utama lokakarya ini, yaitu Optimalisasi Sumberdaya Hidrokarbon
di Cekungan Sedimen Jawa Timur.
Cekungan Jawa Timur masih memerlukan banyak kegiatan eksplorasi dan produksi.
Mari kita melakukan langkah-langkah nyata dalam mengoptimalkan sumberdaya ini.
Bila tidak, hitungan-hitungan di atas tersebut selamanya hanya akan ada di atas
kertas-kertas, bukan mengalir di pipa-pipa migas!***