Sebenernya yang dimaksud Peta Gempa oleh Pak Danny itu seperti apa sih ?
Informasi apa saja yang ada dalam "peta gempa" ini ?

RDP
===============================
Jakarta Berpotensi Gempa Besar

Posted by Redaksi on Juni 24, 2010 · Leave a Comment

Jakarta ( Berita ) :  Staf khusus presiden bidang bantuan sosial dan
bencana Andi Arief mengatakan gempa besar berpotensi terjadi di
wilayah Jakarta mengingat meningkatnya intensitas gempa di sepanjang
pantai barat Sumatera.

“Intensitas gempa yang kian meningkat di zona patahan aktif di
sepanjang pantai barat Sumatera belakangan ini, memunculkan
kekhawatiran bahwa potensi rambatan gempa dapat sewaktu-waktu menuju
ke Ibukota,” kata Andi dalam siaran persnya di Jakarta, Kamis [24/06]
.

Menurutnya, Jakarta pernah terguncang gempa dahsyat, antara lain pada
tahun 1699, 1780, 1883, dan 1903.  Dikatakannya, meski kekhawatiran
tersebut tidak perlu dibesar-besarkan, pemerintah harus segera
membenahi sistem manajemen bencana yang dapat mengantisipasi situasi
krisis apabila gempa itu “singgah” di Jakarta.

Untuk itu, Kamis ini Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan
Bencana (SKP BSB) mengundang dua pakar manajemen bencana yaitu
Professor Antony Saich dan Dr. Arnold Howitt dari Sekolah Ilmu
Pemerintahan John F. Kennedy, Universitas Harvard, Amerika Serikat
untuk membagi pengetahuan dan pengalamannya. Kedua ahli ini
berpengalaman dalam hal manajemen bencana dan pengelolaan situasi
krisis di Amerika Serikat dan Cina.

Keduanya akan berbicara di depan petinggi lembaga-lembaga pemerintah
yang terkait dengan bencana, seperti BNPB (Badan Nasional
Penanggulangan Bencana), BMKG (Badan Meteorologi dan Geofisika), Badan
Geologi ESDM, Badan SAR Nasional, serta akademisi dari perguruan
tinggi dan lembaga riset, dalam sebuah sesi diskusi di Istana
Presiden.

“Cina memiliki pengalaman yang baik dalam menangani gempa dan banjir
seperti kita. Sementara AS berpengalaman mengelola situasi krisis pada
saat badai topan. Pengalaman kedua negara sangat relevan untuk kita
jadikan referensi,” kata Soeyanto, Asisten Staf Khusus Presiden Bidang
Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB).

Menurut Soeyanto, kedua negara tersebut berhasil mengembangkan sistem
manajemen bencana yang tangguh, yang bertumpu pada kepemimpinan yang
efektif antar lembaga pemerintah yang terkait dengan kebencanaan,
serta pembangunan sumberdaya manusia yang mumpuni di bidang kajian
bencana.

“Koordinasi menjadi salah kata kunci dalam mengatasi krisis pada saat
bencana terjadi, karena pemerintah di pusat dan daerah memiliki
bermacam-macam lembaga yang terkait dengan kebencanaan.

Koordinasi yang efektif itu bukan hanya soal kemampuan membangun
relasi antar lembaga, tapi yang lebih mendasar adalah bagaimana
mendesain relasi dan pembagian kerja yang tepat antar lembaga,? kata
Dr. Arnold Howitt.

Arnold menegaskan, apabila desain kelembagaan itu sudah tepat, maka
pekerjaan rumah berikutnya adalah reformasi birokrasi dalam hal
pengembangan sumberdaya manusia.

Ia prihatin karena mendengar bahwa di berbagai provinsi di Indonesia,
BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) banyak diisi oleh
tenaga-tenaga yang tidak memiliki kompetensi di bidang kebencanaan.

Karena itu, ia berpendapat, pengembangan sumberdaya manusia yang
mumpuni di bidang kebencanaan adalah pekerjaan rumah bagi pemerintah
Indonesia yang tak bisa ditunda-ditunda.

Indonesia Kekurangan Data Gempa Bumi

Ahli Geologi Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Danny
Hilman Natawidjaja mengatakan, Indonesia kekurangan dokumentasi data
gempa bumi sehingga berdampak pada minimnya pengetahuan tentang
bencana alam tersebut.

“Selain kekurangan ilmuwan, kita juga kekurangan data tentang gempa
bumi,” katanya dalam diskusi bertama “Kepemimpinan Dalam Pengelolaan
Bencana: Mencari Formulasi Untuk Indonesia,” di Jakarta, Kamis
[24/06].

Sampai sekarang, kata Danny, Indonesia belum memiliki peta gempa bumi
yang lengkap dan memenuhi standar. Padahal,  peta tersebut penting
untuk menentukan lokasi pembangunan untuk menunjang investasi.

“Jangan sampai pemerintah membangun di lokasi yang rawan gempa,” katanya.

Menurut dia, saat ini hanya tersedia dokumentasi data lokasi yang
pernah dilanda gempa dan prediksi lokasi gempa yang belum terintegrasi
dalam pusat data.

Berdasar penelitiannya, pergeseran titik gempa di Indonesia bagian
barat adalah 6 cm per tahun, sedangkan di bagian timur mencapai 12 cm
per tahun. Jika dilukiskan pada peta Indonesia, maka titik-titik itu
menutupi sebagian besar pulau dan laut Indonesia.

Danny bersama tim dari LIPI mendorong agar pemerintah mendorong
penerbitan peta gempa yang menyeluruh dan terintegrasi. Hal itu
penting untuk menambah pengetahuan masyarakat dalam mengantisipasi
gempa bumi.

Sementara itu, ahli Seismik dan Geofisika Wahyu Triyoso menjelaskan,
kekurangan data itu menyebabkan suatu generasi tidak memiliki
pengetahuan sama sekali tentang gempa. Hal itu antara lain disebabkan
oleh karakteristik beberapa gempa yang terulang selama 200 tahun.
“Jadi wajar jika pengetahuan tentang gempa antargenerasi kadang
terputus,” kata Wahyu.

Ahli tsunami dari Fakultas Kebumian Institut Teknologi Bandung, Hamzah
Latief menambahkan, data gempa bumi juga harus terintegrasi dengan
data bencana lain akibat gempa bumi, misalnya tsunami.

Hamzah membenarkan, Indonesia kekurangan data kedua bencana alam
tersebut. Berdasar penelitiannya, ada kekosongan data pada 1945 hingga
1970.

“Mungkin karena saat itu kita sedang bergolak dengan perjuangan
merebut kemerdekaan,” katanya.

Kekosongan data pada periode itu menjadi penghambat untuk merangkai
dan menganalisis ciri-ciri gempa bumi dan tsunami, sekaligus cara
untuk menanggulanginya, katanya.

Sementara itu, Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana
Andi Arif menjelaskan, Indonesia adalah salah satu dari beberapa
negara dengan potensi gempa tertinggi di dunia.

Ia menjelaskan, pemerintah sedang mengupayakan pembangunan pusat riset
bencana alam, terutama gempa bumi dan tsunami. “Semoga bisa beroperasi
dalam waktu dekat,” katanya. Selain itu, pemerintah juga akan bekerja
sama dengan beberapa negara dalam program analisis dan penanggulangan
bencana alam. (ant )

http://beritasore.com/2010/06/24/jakarta-berpotensi-gempa-besar/

--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
--------------------------------------------------------------------------------
Ayo siapkan diri....!!!!!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 22-25 November 2010
-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke