Ini sebenernya pertanyaan dari kawan-kawan di forum kebencanaan. Juga banyak kawan-kawan di RSGIS (Geographic Information System) yang bersedia membantu membuatkan peta digitalnya.
2010/6/29 Hery Harjono <hery_harj...@yahoo.co.uk> > Hallo Dan, sy otw ke Mataram. Ini ada pertanyaan P. Rovicky. Sy fwd karena > sy tdk yakin anda terima Forum HAGI ini. > Tk. > Salam, > Hery > > > > > ________________________________ > From: Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com> > To: IAGI <iagi-net@iagi.or.id>; Forum HAGI <fo...@hagi.or.id> > Sent: Tue, 29 June, 2010 15:18:39 > Subject: [Forum-HAGI] Jakarta Berpotensi Gempa Besar > > Sebenernya yang dimaksud Peta Gempa oleh Pak Danny itu seperti apa sih ? > Informasi apa saja yang ada dalam "peta gempa" ini ? > > RDP > =============================== > Jakarta Berpotensi Gempa Besar > > Posted by Redaksi on Juni 24, 2010 · Leave a Comment > > Jakarta ( Berita ) : Staf khusus presiden bidang bantuan sosial dan > bencana Andi Arief mengatakan gempa besar berpotensi terjadi di > wilayah Jakarta mengingat meningkatnya intensitas gempa di sepanjang > pantai barat Sumatera. > > “Intensitas gempa yang kian meningkat di zona patahan aktif di > sepanjang pantai barat Sumatera belakangan ini, memunculkan > kekhawatiran bahwa potensi rambatan gempa dapat sewaktu-waktu menuju > ke Ibukota,” kata Andi dalam siaran persnya di Jakarta, Kamis [24/06] > . > > Menurutnya, Jakarta pernah terguncang gempa dahsyat, antara lain pada > tahun 1699, 1780, 1883, dan 1903. Dikatakannya, meski kekhawatiran > tersebut tidak perlu dibesar-besarkan, pemerintah harus segera > membenahi sistem manajemen bencana yang dapat mengantisipasi situasi > krisis apabila gempa itu “singgah” di Jakarta. > > Untuk itu, Kamis ini Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan > Bencana (SKP BSB) mengundang dua pakar manajemen bencana yaitu > Professor Antony Saich dan Dr. Arnold Howitt dari Sekolah Ilmu > Pemerintahan John F. Kennedy, Universitas Harvard, Amerika Serikat > untuk membagi pengetahuan dan pengalamannya. Kedua ahli ini > berpengalaman dalam hal manajemen bencana dan pengelolaan situasi > krisis di Amerika Serikat dan Cina. > > Keduanya akan berbicara di depan petinggi lembaga-lembaga pemerintah > yang terkait dengan bencana, seperti BNPB (Badan Nasional > Penanggulangan Bencana), BMKG (Badan Meteorologi dan Geofisika), Badan > Geologi ESDM, Badan SAR Nasional, serta akademisi dari perguruan > tinggi dan lembaga riset, dalam sebuah sesi diskusi di Istana > Presiden. > > “Cina memiliki pengalaman yang baik dalam menangani gempa dan banjir > seperti kita. Sementara AS berpengalaman mengelola situasi krisis pada > saat badai topan. Pengalaman kedua negara sangat relevan untuk kita > jadikan referensi,” kata Soeyanto, Asisten Staf Khusus Presiden Bidang > Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB). > > Menurut Soeyanto, kedua negara tersebut berhasil mengembangkan sistem > manajemen bencana yang tangguh, yang bertumpu pada kepemimpinan yang > efektif antar lembaga pemerintah yang terkait dengan kebencanaan, > serta pembangunan sumberdaya manusia yang mumpuni di bidang kajian > bencana. > > “Koordinasi menjadi salah kata kunci dalam mengatasi krisis pada saat > bencana terjadi, karena pemerintah di pusat dan daerah memiliki > bermacam-macam lembaga yang terkait dengan kebencanaan. > > Koordinasi yang efektif itu bukan hanya soal kemampuan membangun > relasi antar lembaga, tapi yang lebih mendasar adalah bagaimana > mendesain relasi dan pembagian kerja yang tepat antar lembaga,? kata > Dr. Arnold Howitt. > > Arnold menegaskan, apabila desain kelembagaan itu sudah tepat, maka > pekerjaan rumah berikutnya adalah reformasi birokrasi dalam hal > pengembangan sumberdaya manusia. > > Ia prihatin karena mendengar bahwa di berbagai provinsi di Indonesia, > BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) banyak diisi oleh > tenaga-tenaga yang tidak memiliki kompetensi di bidang kebencanaan. > > Karena itu, ia berpendapat, pengembangan sumberdaya manusia yang > mumpuni di bidang kebencanaan adalah pekerjaan rumah bagi pemerintah > Indonesia yang tak bisa ditunda-ditunda. > > Indonesia Kekurangan Data Gempa Bumi > > Ahli Geologi Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Danny > Hilman Natawidjaja mengatakan, Indonesia kekurangan dokumentasi data > gempa bumi sehingga berdampak pada minimnya pengetahuan tentang > bencana alam tersebut. > > “Selain kekurangan ilmuwan, kita juga kekurangan data tentang gempa > bumi,” katanya dalam diskusi bertama “Kepemimpinan Dalam Pengelolaan > Bencana: Mencari Formulasi Untuk Indonesia,” di Jakarta, Kamis > [24/06]. > > Sampai sekarang, kata Danny, Indonesia belum memiliki peta gempa bumi > yang lengkap dan memenuhi standar. Padahal, peta tersebut penting > untuk menentukan lokasi pembangunan untuk menunjang investasi. > > “Jangan sampai pemerintah membangun di lokasi yang rawan gempa,” katanya. > > Menurut dia, saat ini hanya tersedia dokumentasi data lokasi yang > pernah dilanda gempa dan prediksi lokasi gempa yang belum terintegrasi > dalam pusat data. > > Berdasar penelitiannya, pergeseran titik gempa di Indonesia bagian > barat adalah 6 cm per tahun, sedangkan di bagian timur mencapai 12 cm > per tahun. Jika dilukiskan pada peta Indonesia, maka titik-titik itu > menutupi sebagian besar pulau dan laut Indonesia. > > Danny bersama tim dari LIPI mendorong agar pemerintah mendorong > penerbitan peta gempa yang menyeluruh dan terintegrasi. Hal itu > penting untuk menambah pengetahuan masyarakat dalam mengantisipasi > gempa bumi. > > Sementara itu, ahli Seismik dan Geofisika Wahyu Triyoso menjelaskan, > kekurangan data itu menyebabkan suatu generasi tidak memiliki > pengetahuan sama sekali tentang gempa. Hal itu antara lain disebabkan > oleh karakteristik beberapa gempa yang terulang selama 200 tahun. > “Jadi wajar jika pengetahuan tentang gempa antargenerasi kadang > terputus,” kata Wahyu. > > Ahli tsunami dari Fakultas Kebumian Institut Teknologi Bandung, Hamzah > Latief menambahkan, data gempa bumi juga harus terintegrasi dengan > data bencana lain akibat gempa bumi, misalnya tsunami. > > Hamzah membenarkan, Indonesia kekurangan data kedua bencana alam > tersebut. Berdasar penelitiannya, ada kekosongan data pada 1945 hingga > 1970. > > “Mungkin karena saat itu kita sedang bergolak dengan perjuangan > merebut kemerdekaan,” katanya. > > Kekosongan data pada periode itu menjadi penghambat untuk merangkai > dan menganalisis ciri-ciri gempa bumi dan tsunami, sekaligus cara > untuk menanggulanginya, katanya. > > Sementara itu, Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana > Andi Arif menjelaskan, Indonesia adalah salah satu dari beberapa > negara dengan potensi gempa tertinggi di dunia. > > Ia menjelaskan, pemerintah sedang mengupayakan pembangunan pusat riset > bencana alam, terutama gempa bumi dan tsunami. “Semoga bisa beroperasi > dalam waktu dekat,” katanya. Selain itu, pemerintah juga akan bekerja > sama dengan beberapa negara dalam program analisis dan penanggulangan > bencana alam. (ant ) > > http://beritasore.com/2010/06/24/jakarta-berpotensi-gempa-besar/ > > ______________________________________________ > The Indonesian Assosiation Of Geophysicists mailing list. > fo...@hagi.or.id | www.hagi.or.id > ---*** for administrative query please send your email to > itweb.supp...@hagi.or.id > ** BALI 2010 INTERNATIONAL GEOSCIENCES CONFERENCE AND EXPOSITION, 19-22 > July 2010 ** > - Registration is NOW OPEN!! > -Visit http://bali2010.hagi.or.id for further information > > > > ______________________________________________ > The Indonesian Assosiation Of Geophysicists mailing list. > fo...@hagi.or.id | www.hagi.or.id > ---*** for administrative query please send your email to > itweb.supp...@hagi.or.id > ** BALI 2010 INTERNATIONAL GEOSCIENCES CONFERENCE AND EXPOSITION, 19-22 > July 2010 ** > - Registration is NOW OPEN!! > -Visit http://bali2010.hagi.or.id for further information > > > -- You can do hard way or you can do smart way ... both ways need you to do it any way ... not just discuss it in the hall way.