IMHO, mungkin harus dibedakan pengembangan lapangan gas dan minyak. Kalau melihat contoh di bawah ini, maka sebagian besar adalah lapangan gas yang memang proses pengembangannya sangat tergantung tersedianya pihak pembeli. Kalau untuk lapangan di area yang sudah bagus sarana pendukungnya (infrastruktur maupun pasarnya), maka saya kira akan lebih cepat lagi. Untuk kasus Cepu, saya tidak berkomentar deh...soalnya kemungkinan tidak hanya soal teknis belaka.
Namun saya setuju bahwa sekarang ini semakin sulit untuk menemukan gajah-gajah lagi. Salah satu jalan yang bisa ditempuh ya mungkin harus masuk daerah baru, diantaranya Indonesia Timur dengan target yang baru dan berbeda. Hal ini yang membuat symposium semacam "Mesozoikum PS" di Bandung kemarin menjadi semakin menarik dan diperlukan untuk diteruskan dari waktu ke waktu. Mungkin yang juga bisa juga diadakan seminar tentang "Fractured reservoir" atau "Tight Gas"... salam, ________________________________ From: yanto R.Sumantri <yrs...@rad.net.id> To: iagi-net <iagi-net@iagi.or.id> Sent: Wed, December 8, 2010 10:21:44 AM Subject: [Fwd: RE: [iagi-net-l] Pemenang Regular Tender 2010 hanya 3 blok - Migas S.O.S ?] - Kelima, sedikitnya penemuan lapangan dengan katagori giant, kalaupun ada penemuan besar, butuh waktu yang sangat lama untuk bisa mulai berproduksi, bahkan mencapai belasan tahun. Coba saja kita lihat, lapangan Cepu (Banyu Urip dibor Humpuss tahun 1998, saat ini sudah berproduksi tapi belum full capacity), Tangguh (Roabiba ditemukan tahun 1990, Wiriagar Deep dan Vorwata tahun 1995&96, baru berproduski 2009!) dan Masela (ditemukan tahun 2000, baru akan produksi tahun 2016). Senoro Toili (Senoro ditemuan tahun 1999, entah kapan akan mulai berproduksi). Mbang .dan Rekan rekan Yang Anda tuliskan diatas sangat menarik , apakah Anda tahu alasan alasan apa saja yang menyebabkan keterlambatan dari pengembangan masig masong penemuan ??? Saya kira setiap lapangan tersebut diatas mempunyai alasan yang ber-beda 2. Terima kasigh atas pencerahannya.. si Abah.