Sama sama Mas Anto.

Karena pertanyaan Mas Anto jadi iseng lihat lihat arab dikit

sedikit info, dari chart haq, ada hiatus antara formasi arab (a-b-c-d)
dengan formasi hith diatasnya. Hiatus tersebut terjadi karena major
erosional yang berhubungan  dengan breakupnya atlantik. Mungkin major
erosional ini yang menjadi salah satu sebab banyaknya proses
disolusi/karstik di formasi arab tersebut..mungkib bisa dicek di daerahnya
Mas Anto.

2011/2/25 anto sugiharto <anto.sugiha...@gmail.com>

>  Thanks buat Mas Ferdi & Mas Maradona atas sharingnya, membuka
> pemikiran lain..
>
> Maaf jadinya saya bawa jalan2 ng-Arab dulu :)
>
> Reservoirnya Fm. Arab (cukup byk publikasi mengenai fm res ini tp
> sgt jarang yg spesifik membahas subyek).
>  Umur reservoir Late Jurassic (Mesozoik). Menarik, karena reservoir2 ini
> termasuk andalan untuk kontribusi oil dari timteng.
> SRnya Fm Hanifa/Jubaila: bituminous limestone & marl, o.m. dominan sapropel
> (partially degraded oleh bakteri).
>
> Betul di crestal kualitas reservoir lebih baik, sedang di
> downflank umumnya terjadi deteriorisasi poro-perm.
> Cenderung disebabkan oleh tektonik faulting/sagging di crestal berasosiasi
> dgn diagenetik overprint yg Mas Ferdi sebutkan.
> Sejarah migrasi HC dari SR lewat analisis TTI terjadi sekitar Paleogen
> Kenozoik (paleosen - oligosen).
> Sedangkan salt diapirisme (halokinesis) terjadi secara regional,
> dimulai sejak late kambrian dan kontinyu sampai present time.
> Walaupun diapirisme tsb kontinyu namun melewati episode berbeda; quiescent
> dan aktif terjadi saling bergantian.
> Semuanya dgn kontrol tektonik dari basemen dan plate margin yg terus
> berubah through the geological time.
>
> Kebetulan saya blm menemukan studi yg menyebutkan kemungkinan adanya proses
> initial dan ultimate HC charging di seri Fm tsb.
> Utamanya berkaitan dgn intensitas diapirisme dan pengaruhnya thd munculnya
> bitumen streak pada light oil/gas cap.
> Masukan berharga, thx.
>
> Salam
>
> Pada 23 Februari 2011 17:06, kartiko samodro 
> <kartiko.samo...@gmail.com>menulis:
>
>  boleh tahu...apa nama formasi karbonatenya ? di umur apa ?
>>
>> kalau ada salt diapirisme biasanya reservoir yang berada di bagian atas /
>> berasosiasi dengan puncak dari domal akan lebih mudah mengalami leaching
>> ( mungkin berhubungan dengan disolution)  daripada reservoir yang
>> berasosiasi dengan bagian bawah atau tengah dari domal tersebut.
>> mungkin bisa dicari info kapan pengisiannya terjadi ( apakah memang ada
>> pengisian sebelum dan sesudah proses diaprisme)
>> mungkin pada awal awal diaprisme sudah ada hc yang tertrap, yang ketika
>> diaprisme makin intensive , maka reservoir dipuncak domal tersebut mengalami
>> leaching sehingga menjadi bitumen..kemudian setelah diaprisme berhenti dan
>> membentuk trap baru, terjadi pengisian selanjutnya sehingga bitumen yang
>> terbentuk pada awal diaprisme bergabung dengan hc (light) yang datang
>> belakangan.
>> Jadi tidak perlu source rock yang berbeda , tapi proses yang terjadi pada
>> saat charging  di awal dan di akhir yang berbeda.
>>
>> 2011/2/23 anto sugiharto <anto.sugiha...@gmail.com>
>>
>>  Mas Kartiko,
>>> Terima kasih atas penjelasan awalnya.
>>> Saya tambahkan informasi lain dibawah...
>>> Field saya ada di offshore Arabian Platform (di kampung rantau..he2).
>>> Kebetulan tdk ada bitumen sand diatasnya, tp merupakan seri reservoir
>>> karbonat yang intervening dgn anhidrite layers at top of each cycle.
>>> Lapisan penutupnya (caprock) adalah widespread anhidrite yg sangat tebal.
>>> SR-nya ada di sikuen paling bawah berupa lime-mudstone/marl dan bitumen
>>> hadir hanya pd carbonat res yg berada diatas formasi SR ini.
>>> Reservoir terbentuk pada fase tektonik setting yg relatif stabil terbukti
>>> dgn sedimentasi carbonate "layercake" pd regional scale.
>>> Namun through the time terjadi salt diapirisme (non piercement) dari
>>> older ages yg kemudian membentuk struktur2 circular (domal) sbg HC traps.
>>> Sejauh ini observasi saya, bitumen mengisi rocktype paling
>>> porous&permeable terjadi saat biodegradasi oil dgn kontrol gravity ketika
>>> migrasi awal.
>>> "Lucunya" si tar mat ini muncul juga di gas cap reservoir di lapangan
>>> lain sebelahnya.
>>> "Hipotesa" lainnya, krn bitumen tdk berasosiasi dgn major fault jd tdk
>>> menutup kemungkinan ada "fracture swarm" under seismic resolution sbg poro
>>> conduit yg connected vertically dgn SR .
>>> Adanya "fracture porosity" ini dipakai utk menjelaskan distribusi yg
>>> random (tapi musti saya cek jg dgn seismic attributes).
>>> Kedua hipotesa saya diatas jelas tdk terkait antara genesa (geokimia) dan
>>> distribusinya, jd rasa2nya blm mendukung utk jadi "model".
>>> GR tdk applicable krn susah membedakan limestone vs dolomite/dololmst
>>> kecuali thd salt/anhidrite, ini pun dibantu dg RHOB, DT, PEF.
>>>
>>> Nerusin nanya lagi...:)
>>> Tertarik dgn "disolusi" yg disebutkan, vuggy/dual porosity memang ada,
>>> apakah berarti si bitumen bs terakumulasi syn-genetic dgn dolomitisasi ?
>>>  Dua tipe API oil yg kontras (9 dan 36 deg) ada dalam satu fluid column
>>> di reservoir, apakah bs berkorelasi dgn perbedaan SR juga ?
>>>
>>> Terima Kasih,
>>> Salam,
>>>
>>> Pada 22 Februari 2011 12:41, kartiko samodro 
>>> <kartiko.samo...@gmail.com>menulis:
>>>
>>>  Mas Anto
>>>>
>>>> Boleh tahu di mana lokasi field anda ?
>>>> Umumnya bitumen di karbonat berasosiasi dengan endapan bitumen sand
>>>> diatasnya yang jumlahnya cukup besar , bisa berupa karbonate yang miring,
>>>> tererosi dan kemudian diendapkan sand tebal di atasnya yang kemudian karena
>>>> proses leaching menjadi bitumen. Mungkin bisa dicek regional geologinya
>>>> apakah ada reservoir sand yang memiliki bitumen juga yang berasosiasi 
>>>> dengan
>>>> carbonate tersebut.
>>>> Biasanya bitumen tersebut masuk ke dalam karbonat melalui proses karst
>>>> karst atau disolution yang terbentuk jadi wajar kalau penyebarannya jadi
>>>> random kecuali anda punya attribute seismic yang bisa menunjukkan lokasi
>>>> lokasi karst/disolutionnya.
>>>> Dari log bisa dicek melalui grnya , terutama di top karbonatnya.
>>>>
>>>> Kemudian bitumen yang berasosiasi dengan light oil ? , kalau memang itu
>>>> bitumen dan berasosiasi dengan light oil..ada kemungkinan bahwa ada source
>>>> hc lain yang berbeda  (mungkin tektonik settingnya berubah sehingga source
>>>> rocknya berubah )
>>>> mungkin bisa dicek melalui geokimianya ( mungkin Pak Awang bisa membantu
>>>> ?)
>>>>
>>>> Untuk identifikasi anda bisa lihat semua logs yang anda punya,
>>>> bandingkan apakah di daerah yang memiliki bitumen memiliki log respon yang
>>>> berbeda dengan daerah yang tidak memiliki bitumen...dari situ baru bisa
>>>> ditarik kesimpulan kira kira parameter apa yang bisa digunakan untuk
>>>> membedakannya.
>>>>
>>>> Untuk modeling juga tergantung seberapa data yang anda punya, bagaimana
>>>> sistem geology, sedimentology, penyebaran karbonate serta karstnya dan
>>>> sedeterministik / sedetail apa anda mau membuat modelnya dsb.
>>>>
>>>> Akurasi well result dan model juga sangat tergantung dengan pengetahuan
>>>> dan pemahaman anda terhadap lapangan tersebut pada saat anda membuat
>>>> modelnya yang akan mempengaruhi akurasi well dengan model anda.
>>>>
>>>> salam
>>>>
>>>> kartiko
>>>> 2011/2/16 anto sugiharto <anto.sugiha...@gmail.com>
>>>>
>>>>  Rekan2 IAGI ysh,
>>>>> Adakah diantara rekan2 yg mengetahui atau
>>>>> pernah mengerjakan 3D modeling utk bitumen (tar-mat) yg berasosiasi dgn
>>>>> light oil di complex carbonate reservoir.
>>>>> Sekedar informasi, core utk data bitumen yg kami miliki hanya
>>>>> dari sejumlah sumur lama (tua) sedangkan interpretasi dari logs masih blm
>>>>> valid dan dianggap sbg data sekunder saja.
>>>>> Lalu jika data bitumen corenya di plot di peta terlihat distribusinya
>>>>> random dan tdk menunjukan korelasi geologi yg jelas baik thd profil dan 
>>>>> pola
>>>>> struktur ataupun dgn RRT/ facies trend.
>>>>>
>>>>> Mohon sharing pengalaman dlm melakukan "best practice" modeling
>>>>> utk subsurface bitumen di carbonate tsb :
>>>>> 1. Kira2 gimana ya sejarah HC migrasinya sehingga bisa terjadi
>>>>> "lokal" bitumen di dalam light oil column (baik yg di crest structure atau
>>>>> yg berdekatan dgn FWL) ?
>>>>> 2. Adakah metode lain utk meng-investigasi kehadiran si tarmat selain
>>>>> lewat core/cutting, logs : Rt/Rxo? mudlogging chromatography ? other?
>>>>> 3. Dengan availability data yg minimum, metode mana yg
>>>>> sebaiknya dipakai utk melakukan populasi data di model : object modeling
>>>>> atau indicator simulation (SIS), other?
>>>>> 4. Manakah constraint terbaik utk extrapolasi cored well data
>>>>> tsb ke seluruh field structure baik lateral maupun vertikal:  NTG, 
>>>>> RockType,
>>>>> or seismic AI (?), other ?
>>>>> 5. Bagaimana dgn akurasi dari prediksi (model) vs hasil
>>>>> aktual (new well drilling data), jikalau punya real case nya ?
>>>>>
>>>>> Terima Kasih sebelumnya,
>>>>>
>>>>> Tabik,
>>>>> Anto S
>>>>>
>>>>
>>>>
>>>
>>
>

Kirim email ke