Introspeksi akan membuat image positif. Data yang dikumpulkan tentunya berdasarkan kaidah kaidah yang benar dan standard.
Walaupun wawancara yang menghasilkan impression/ kesan tetap saja data yang bisa dipakai. Kalau kesan yang bagus kan biasanya kita terima dengan bangga. Nah kalau jelek tentunya kita harus terima untuk introspeksi diri. Salam YS Powered by Telkomsel BlackBerry® -----Original Message----- From: "R.P.Koesoemadinata" <koeso...@melsa.net.id> Date: Tue, 29 Mar 2011 15:31:35 To: <iagi-net@iagi.or.id> Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id> Subject: Re: [iagi-net-l] Parah! Kondisi Investasi Migas RI Termasuk Terburuk di Dunia Saya kira Pak Kurtubi bicara dengan data juga, tetapi data dari sumber yang salah atau tidak resmi. Data itu hasil wawancara suatu Lembaga swasta Fraser Institute (kalau tidak salah?). Tentu data hasil wawancara itu data yang bias, karena didasarkan pada kesan saja (impression) dari yang diwawancarai yang cenderung negatif, tanpa memperhatikan data yang sebenarnya sebagaimana diuraikan Pak Awang. Jadi masalahnya adalah masalah "image" Walaupun kita sudah merasa berbuat sebaik-baiknya dengan data yang positif, tetap buat orang2 yang diwawancari itu belum image yang baik. Jadi BPMigas harus melakukan "image building". Sayang sekali dengan prestasi yang baik dilakukan industri migas di Indonesia, tetapi memberikan image yang negatif. Wassalam RPK ----- Original Message ----- From: Awang Satyana To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI ; Geo Unpad ; Eksplorasi BPMIGAS Sent: Tuesday, March 29, 2011 11:30 AM Subject: Bls: [iagi-net-l] Parah! Kondisi Investasi Migas RI Termasuk Terburuk di Dunia >> Akibatnya industri migas di Indonesia semakin memburuk, hampir tidak ada investasi baru di beberapa blok migas selama selama 10 tahun ke belakang. Pak Kurtubi jelas bicara tanpa data. Dalam sepuluh tahun terakhir telah ditandatangani 165 investasi baru di blok-blok/WK migas (tidak termasuk CBM/GMB) yang tersebar di seluruh Indonesia. Dalam periode itu, Pemerintah menawarkan 307 WK secara regular tender dan direct offer; laku terjual 54 % (165 WK) saya pikir menunjukkan iklim investasi yang baik. Mekanisme penawaran WK2 tersebut dengan cara regular tender dan direct offer. Permintaan direct offer, yang miulai dibuka pada tahun 2003, menunjukkan minat yang tinggi, mengindikasikan bahwa investor agresif berusaha di bidang migas Indonesia. Keterlibatan investor lokal (DN) dalam investasi migas semakin tinggi yang meliputi banyak ragam core business mereka (misalnya, perusahaan 'event organizer' di bidang migas pun ada yang mengajukan direct offer WK bermitra dengan perusahaan2 lainnya). Memang beberapa perusahaan lokal belum mampu memenuhi komitmen kontraknya secara tepat waktu karena berbagai persoalan; perusahaan2 besar yang internasional pun sama saja soal pemenuhan komitmen yang tepat waktu ini. Ditjen Migas sebagai penyelenggara penawaran WK terus menyeleksi calon inverstor ini agar mereka merupakan investor yang benar2 bisa melaksanakan komitmennya, dan BPMIGAS sebagai pengawas pelaksanaan komitmen terus mengejar pelaksanaan komitmen ini termasuk menerapkan berbagai sanksi. Dengan tingginya minat investasi migas ini, banyak yang telah merasakan manfaatnya; salah satunya saja yang menyakut SDM (sumberdaya manusia) perguruan2 tinggi pelaksana joint studies dalam rangka direct offer, juga para geologist/geophysicist yang telah purnabakti masih bisa berkarya membantu investor2 lokal yang baru terjun di bidang migas ini. Itu yang saya amati. Itu adalah pemberdayaan kapasitas nasional, yang juga merupakan salah satu agenda migas nasional. >> Kurtubi menambahkan, kondisi investasi migas itu bertambah aneh dengan adanya kebijakan dimana investor migas harus membayar bermacam jenis pajak selama masa eksplorasi. Semula memang begitu, tetapi beberapa pajak telah dihapuskan karena Pemerintah (c.q. Departemen Keuangan) telah menyadari masalah pentingnya eksplorasi sebagai ujung tombak keberlanjutan produksi migas nasional. Harus diwaspadai bahwa jajak pendapat yang dilakukan lembaga-lembaga itu (nasional/internasional) tidak sepenuhnya murni sekedar survei, tetapi juga bisa memuat agenda-agenda tertentu dalam politik atau misi-misi korporasi besar yang akibatnya bisa merugikan posisi Indonesia. Kritislah melihatnya. salam, Awang (Tim Penilai Penawaran WK Migas & CBM/GMB) --- Pada Sab, 26/3/11, apwid...@patranusa.com <apwid...@patranusa.com> menulis: Dari: apwid...@patranusa.com <apwid...@patranusa.com> Judul: [iagi-net-l] Parah! Kondisi Investasi Migas RI Termasuk Terburuk di Dunia Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Sabtu, 26 Maret, 2011, 6:30 AM http://www.detikfinance.com/read/2011/03/25/122411/1601186/1034/parah-kondisi-investasi-migas-ri-termasuk-terburuk-di-dunia?f9911033 Parah! Kondisi Investasi Migas RI Termasuk Terburuk di Dunia Akhmad Nurismarsyah -detikFinance Jakarta - Kondisi investasi di bidang minyak dan gas Indonesia dinilai masih sangat buruk. Indonesia berada di rangking 111 dari 113 negara dalam survei kondisi investasi migas versi Global Petroleum Survey 2010.Demikian disampaikan oleh Direktur Center for Petroleum and Energy Economic Studies, Kurtubi pada diskusi energi yang dilaksanakan di ruang Fraksi PPP DPR RI, Senayan, Jakarta, Jumat (25/3/2011)."Kondisi investasi migas di Indonesia sangat buruk. Kita berada di rangking 111 dari 113 negara di dunia," kata Kurtubi.Berdasarkan survei dari Global Petroleum Survey 2010, Indonesia memiliki kondisi investasi migas paling buruk di kawasan Oceania. Lebih buruk dari Papua Nugini (PNG), Malaysia, Brunei, Filipina, Australia, Selandia Baru."Kita hanya lebih baik sedikit dari Timor Timur," timpal Kurtubi.Ia menjelaskan, penyebab buruknya kondisi investasi tersebut disebabkan masih adanya tindak korupsi serta minimnya data yang dibutuhkan bagi investor. "Kita juga perlu menggan UU Migas No 22/2001. Substansi UU Migas yang harus dirubah dengan menyederhanakan pola B to B, mengefisiensikan pengelolaan BBM dengan pola 'integrated oil company' bagi Pertamina, memberlakukan sistem 'lex specialist', dan memperjelas definisi dan pengelola aset kekayaan cadangan minyak nasional," tutur Kurtubi.Dari segi birokrasi, dirinya juga menilai bahwa banyak investor yang dirumitkan dengan birokrasi yang 'ribet'. Akibatnya industri migas di Indonesia semakin memburuk, hampir tidak ada investasi baru di beberapa blok migas selama selama 10 tahun ke belakang. "Berdasarkan undang-undang yang lama, para investor hanya perlu bertemu dan meneken kontrak (PSC/Production Sharing Contract) dengan Pertamina saja," ucapnya.Kurtubi menambahkan, kondisi investasi migas itu bertambah aneh dengan adanya kebijakan dimana investor migas harus membayar bermacam jenis pajak selama masa eksplorasi. Padahal, di undang-undang yang lama, investor hanya perlu membayar pajak setelah mereka menemukan dan mengeksplorasi migas.(nrs/qom) Powered by Telkomsel BlackBerry® ---------------------------------------------------------------------- From: mohammad syaiful <mohammadsyai...@gmail.com> Date: Fri, 25 Mar 2011 16:02:26 +0700 To: <iagi-net@iagi.or.id> ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> Cc: setiawan dedi<dedi...@yahoo.com>; sutar_iagi<iagi...@cbn.net.id>; su tarjo<sutarjo.i...@gmail.com> Subject: Re: [iagi-net-l] Intro pak dedi, nanti pak sutar dari sekretariat iagi akan membantu. salam, syaiful 2011/3/25 setiawan dedi <dedi...@yahoo.com> Selamat siang, Perkenalkan nama saya DEDI SETIAWAN. Geologi ITB angkatan 87. Baru bergabung dengan forum ini, sekalian mau tanya bagaimana cara mengurus membership IAGI. Terimakasih sebelumnya -Regards- DEDI SETIAWAN -- Mohammad Syaiful - Explorationist, Consultant Geologist Mobile: 62-812-9372808 Emails: msyai...@etti.co.id (business) mohammadsyai...@gmail.com Technical Manager of Exploration Think Tank Indonesia (ETTI)