Ah henteu Bah," old geologists never die just fade away", eta mah wajar-2 we 
atuh Bah 
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-----Original Message-----
From: "Yanto R.Sumantri" <yrs...@rad.net.id>
Date: Tue, 31 May 2011 13:11:26 
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: Re: [iagi-net-l] Menunggu Jaringan Ilmuwan Gunung Lumpur

Akh , jangan begituPak Kendar !!!!
Saya kira dalam ilmu pengetahuan tidak ada istilah muda dan tua , yang ada
adalah pemikiran theori yang baru dan lama .
Apakah theori baru selalu lebih benar dari yang lama ????
Secara empiris seringkali theori lama ternyata dapat menemukan
kebenarannya kemudian.
Mengenai usia "tua" , akh semangat Pak Kendar yang walau dalam keadaan
sakit , masih terus berkontribusi .................nah itu adalah suatu
yang menyemangati kita yang lebih muda !!!! (walau saya tidak muda lagi ya
hehehe).
Semoga Pak Kendar terus bersuara ya , karena kita akan butuh pemaparan
yang jernih dari seorang senior seperti Bapak .
Nah kitu Pak , semoga tetap sehat dan terus bersemangat.

si Abah.




On Tue, May 31, 2011 11:16 am, asikin_suken...@yahoo.com wrote:
> Teman-2 geologists yg saya cintai dan banggakan. Saya sangat menyadari
> bahwa science adalah bebas dan terbuka. Perbedaan pendapat adalah wajar.
> Marilah kita lanjutkan tradisi ini, apalagi ilmu geologi adalah luas
> cakupannya dg berbagai konsep-2. Saya juga berpegang pd konsep yg saya
> yakini kebenarannya dan saya pelajari dan sudah saya antisipasi bisa saja
> kurang berkenan unt beberapa teman geologists. Tapi itulah konsekuensi
> science. Karena itu marilahj kita lanjutkan atmosfir ini. Anggaplah Lusi
> ini sebagau anugerah dari Tuhan kpd scientist sihungga kita dapat
> mengetahui lagi lebih banyak tentang phenomena alam yg terjadi di Bumi
> ini. Bagi saya untuk sementara "Lusi" sudah selesai kecuali ada konsep
> tektonik regional yg baru yg muncul yg bisa saya terapkan. Mungkin memang
> sudah waktunya saya istirahat dan menyerahkan ini kepada geologists yg
> muda-2 yg lebih kreatif dan semangat sesuai dengan anjuran kami pada saat
> kuliah.......maju terus jangan kalah sama geologists-2 dari luar dan
> memang sudah kita buktikan itu....selamat bekerja
> Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung
> Teruuusss...!
>
> -----Original Message-----
> From: andangbacht...@yahoo.com
> Date: Tue, 31 May 2011 03:41:08
> To: <iagi-net@iagi.or.id>
> Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
> Subject: Re: [iagi-net-l] Menunggu Jaringan Ilmuwan Gunung Lumpur
> Coba kita lihat sedikit lebih jernih konstelasi personnelnya. Semua
> penulis/peneliti luar negeri ttg Lumpur Lapindo ini adalah dari Perguruan
> Tinggi, nampaknya tidak ada satupun dr Industri.
>
> Sementara itu penulis/peneliti dr Indonesia selain dari Perguruan Tinggi
> (Prof Hasanudin, Prof Sukendar Asikin, Dr Amin Widodo, Dr Agus Guntoro, Dr
> Sayogi Sudarman, Dr Rudi Rubiandini, dsb), juga ada dr Industri (Rocky
> Sawolo, Bambang Istadi, Edi Sutriono, Awang H Satyana).
>
> Mengapa tidak ada 1-pun dr Industri di Indonesia selain kawan2 tsb yg ikut
> menulis di publikasi2? Karena akan sangat aneh misalnya: Rovicky yg kerja
> di Hess kmudian meneliti dan menuliskan ilmiah ttg Lumpur Lapindo ini,
> bisa kerepotan dia dg statusnya di Hess,...demikian juga misalnya Taufik
> OK yg jadi wellsite geologist professional dr rig ke rig ikut2an riset dan
> nulis ttg Lumpur Lapindo, bisa habis waktunya kerja u/client-nya hanya
> untuk kepentingan science tsb. Paling banter yg bisa dilakukan Rovicky ya
> itu tadi: bikin Dongeng Geologi. Itupun sedapat mungkin dibikin netral
> memuat semua argumentasi.
>
> Jadi himbauan RDP dan SHP untuk meneliti dan menuliskan semua ini, lebih
> ditujukan ke para peneliti di Lembaga2 Penelitian kita dan juga di Perg
> Tinggi2...
>
> Atau mungkin kawan2 dr Santos dan atau Medco yg tadinya merupakan partner
> dlm pengeboran BJP-1, yg kalau tdk salah juga sdh membuat penelitian
> tersendiri menyangkut kejadian Lumpur Lapindo ini, dan punya pendapat
> sedikit berbeda dari kawan2 EMP dan BPMigas.
>
> Mari, silahkan....
>
> ADB
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> -----Original Message-----
> From: Sunu Praptono <sunu.prapt...@gmail.com>
> Date: Tue, 31 May 2011 08:54:52
> To: <iagi-net@iagi.or.id>
> Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
> Subject: Re: [iagi-net-l] Menunggu Jaringan Ilmuwan Gunung Lumpur
> Saya juga melihat mereka (Davies, Mazzini dll.) mengedepankan logika
> kelilmuan seratus persen, gak ada tempat buat "berkeyakinan". Bahkan
> Davies
> pun tidak pernah bilang "berkeyakinan", namun istilah dia adalah "99
> persen
> probable" bahwa itu adalah akibat pemboran. Kita tentu saja bisa mendebat
> atau minta dia menjelaskan apa dasar bilangan 99 probabilitas itu, namun
> secara pokok sangat berbeda caranya dengan cara ilmuwan yang lain yang
> berangkat dari keyakinan. Bisa jadi setelah mendengar presentasi para
> pakar
> yang lain, dia akan mengupdate lagi probabilitasnya menjadi 90 persen
> atau
> 70 persen saja. Tingay dari awal malah sudah 50 persen.
>
> Dalam pertarungan logika keilmuan, adu bukti dan evidens, emosi tidak
> terlibat, diset ke nol  mutlak, bersikap open mind 100 persen, makanya
> makan
> bersama, ketawa-ketiwi bersama, diskusi, jalan dalam satu bis juga ga
> masalah. Davies di sesi tanya jawab sebelum cabut, dengan enteng  dan
> sportif mengatakan bahwa setelah melihat bukti dari kunjungan sehari
> sebelumnya di Lusi, maka dia mengakui bahwa estimasi umur semburan yang
> dia
> publish dalam paper kedua adalah terlalu besar (istilahnya over
> estimate).
> Seandainya dia mengemukakan argumen2nya berdasar keimanan atau keyakinan,
> bisa jadi akan merah padam, merasa dipermalukan, dan akan membabibuta
> mempertahankan pendapatnya. Macam kasus PSSI yang baru lalu itu lah
> kira-kira.
>
> Saya sih yakin full  anggota-anggota IAGI juga tidak kalah kalau adu ilmu
> dengan mereka. Kita tunggu kiprah rekan-rekan IAGI lebih aktif
> memproduksi
> paper-paper ilmiah tentang Lusi, apa pun hipotesanya. Pasti hasilnya jauh
> akan lebih bagus daripada "dongeng geologi"nya Kang Rovicky. Bagaimana
> tidak
> ? Lha wong di blog itu beliau terang-terangan disclaim : tidak
> bertanggungjawab atas apa-apa tetulis di dalamnya. Ini tentu bertolak
> belakang dengan paper ilmiah yang jelas-jelas bisa dipertanggungjawabkan
> secara ilmiah.
>
> Salam hangat, selamat berkarya tulis tentang Lusi.
>
> SHP.
>
>
> 2011/5/31 Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>
>
>> *Publish or perish*
>>
>> Sayang sekali, pendapat dari sisi yang berkeyakinan bahwa Lumpur
>> Lapindo
>> disebabkan oleh pengeboran sangat jarang menuliskan secara ilmiah yang
>> dipublikasikan dalam publikasi "resmi". Dalam dunia ilmu, segala yang
>> dianggap ilmiah harus ada dalam sebuah journal yang dapat disitir
>> secara
>> benar. Ini memang tidak berarti bahwa yang dipublikasikan merupakan
>> sebuah
>> kebenaran, tetapi yang dipublikasikan inilah yang akan menjadi
>> tersimpan,
>> dalam bahasa geologi *terfosilkan*. atau *preserved*. Artinya
>> keberadaanya
>> teruji dan terbukti serta dapat dipertanggungjawabkan.
>> Termasuk tulisan dalam mailist, koran, blog atau website, bukanlah
>> sebuah
>> tulisan ilmiah, dan tidak dapat disitir sebagai rujukan (referensi).
>> Karena
>> ini mirip koran yang tidak ada reviewnya. Davies dan Mazzini keduanya
>> beradu
>> karena tulisannya masuk dalam jurnal ilmiah. Walaupun isinya sama
>> dengan
>> tulisan di Dongeng Geologi sekalipun ! hihihihi. Tapi yg diakui tetep
>> saja
>> mereka-mereka ini.
>> Ini mirip dalam dunia poltik dimana politik yang diakui adalah
>> percaturan
>> politik di dalam parlemen, walaupun sebobrok apapun, tetapi legitimasi
>> ada
>> disana. Obrolan dalam televisi maupun demo bisa saja dianggap parlemen
>> jalanan.
>>
>> Jadi kalau ingin "terdengar" tuliskan saja pendapat itu dalam sebuah
>> jurnal
>> ilmiah. Diterbitkan. Dan lebih baik lagi kalau naskah publikasinya
>> mendapat
>> ISSN atau ISBN.
>>
>> Salam
>>
>> RDP
>> --------------------------------
>>
>> Menunggu Jaringan Ilmuwan Gunung Lumpur
>> Senin, 30 Mei 2011 | 22:36 WIB
>>
>> TEMPO Interaktif, Surabaya -  Adriano Mazzini, ahli geologi dari Oslo
>> University, akhirnya angkat bicara pada sesi terakhir Humanitus
>> Symposium on
>> Indonesia's Mud Volcano, yang berlangsung di Surabaya. "Saya tidak mau
>> berpendapat karena Richard Davies sudah tidak ada di sini," katanya.
>> Davies,
>> ahli ilmu kebumian dari Durham University, memang meninggalkan tempat
>> itu
>> lebih dulu untuk mengejar pesawat.
>>
>> Pada sesi terakhir simposium yang berlangsung Kamis (26/5) petang lalu
>> di
>> Hotel Mercure, 14 pembicara dari dalam dan luar negeri tampil bersama
>> di
>> panggung. Sekitar satu jam, peserta dan wartawan diberi kesempatan
>> bertanya
>> kepada pembicara yang sejak pagi masing-masing mempresentasikan
>> risetnya.
>>
>> Sebelum sesi berakhir, Davies dan Mark Tingay dari Adelaide University
>> pamit lebih dulu karena ada acara lain di negaranya. Saat itu baru
>> muncul
>> pertanyaan dari seorang wartawan tentang asal penyebab semburan lumpur
>> panas
>> di Desa Renokenongo, Sidoarjo, pada 29 Mei 2006 dan sampai sekarang
>> belum
>> berhenti. "Apakah karena kesalahan pengeboran oleh PT Lapindo Brantas
>> atau
>> karena gempa bumi di Yogyakarta?"
>>
>> Faktor penyebab semburan lumpur panas itu memang memicu kontroversi
>> berkepanjangan hingga saat ini. Sejumlah ilmuwan kebumian dan
>> perminyakan
>> terbelah dua pendapatnya. Tidak terkecuali di lingkungan Ikatan Ahli
>> Geologi
>> Indonesia (IAGI). Prof R. P. Koesoemadinata, mantan ketua organisasi
>> ini,
>> pernah membuat surat protes terbuka terhadap penyelenggaraan Lokakarya
>> Lumpur Sidoarjo oleh BPPT pada 2007. Koesoemadinata menilai pembicara
>> lokakarya tersebut lebih didominasi ahli-ahli yang pro-gempa
>> Yogyakarta.
>>
>> Dalam forum internasional, Richard Davies dan Mark Tingay, dalam
>> tulisannya
>> di jurnal ilmiah, termasuk yang berpendapat faktor pengeboran sebagai
>> penyebab munculnya semburan lumpur panas yang telah menenggelamkan
>> beberapa
>> desa di Sidoarjo. Sementara Adriano Mazzini--dalam jurnal
>> ilmiah--berpendapat sebaliknya, yakni gempa Yogyakarta mengaktifkan
>> patahan
>> Watukosek yang melintasi Sidoarjo dan meletuskan <I>mud volcano<I>.
>>
>> Untuk memperingati lima tahun semburan, Humanitus Foundation--lembaga
>> swadaya masyarakat non-politik dan non-agama yang berpusat di
>> Australia--dan
>> Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) menyelenggarakan simposium
>> internasional pada 25-26 Mei 2011. Pada hari pertama, 10 pembicara dari
>> luar
>> negeri dan empat pembicara dari dalam negeri serta para peserta
>> meninjau
>> lokasi kawah semburan dan muara Kali Porong.
>>
>> Di sekitar kawah, panitia memasang bendera negara-negara yang pernah
>> melakukan penelitian di kawasan lumpur Sidoarjo, antara lain Inggris,
>> Australia, Amerika, Rusia, Jepang, dan Norwegia. Pembicara dan panitia
>> melakukan foto bersama di lokasi semburan dan arena simposium itu.
>>
>> Akan tetapi, simposium ini tak lepas dari kecaman. Andang Bachtiar,
>> mantan
>> Ketua IAGI dan kini menjadi Ketua Dewan Penasihat IAGI, membuat surat
>> protes
>> terbuka. Dia menuduh panitia tidak berimbang dalam memilih pembicara.
>> Selain
>> itu, mereka lebih menonjolkan ilmuwan asing. "Jadi marilah kita
>> sama-sama ke
>> Porong, Sidoarjo, pada 25-26 Mei ini untuk menyerahkan harga diri
>> keilmuan
>> kita ke para ahli asing dan menyediakan diri dimanfaatkan pihak
>> tertentu
>> untuk bersih-bersih," katanya.
>>
>> Direktur Eksekutif Humanitus Foundation Jeffrey Richards menolak
>> tuduhan
>> bahwa pihaknya sengaja mengundang pakar yang pro kepada Lapindo
>> Brantas.
>> "Lupakanlah soal pemicu, jauh lebih penting saat ini menangani para
>> korban,"
>> katanya. Bantahan serupa disampaikan oleh Wakil Kepala BPLS Hardi
>> Prasetya.
>> Menurut Hardi, pembicara yang diundang adalah ilmuwan yang pernah
>> melakukan
>> penelitian dan hasilnya diterbitkan dalam jurnal ilmiah. "Ada dalam
>> Lusi
>> Library kami," kata guru besar ilmu geologi itu. Kami, kata Hardi,
>> tidak
>> bisa menyetir pendapat para ilmuwan mancanegara yang telah memiliki
>> reputasi.
>>
>> Panitia simposium terkesan menghindari diskusi soal penyebab semburan.
>> Namun ada saja wartawan yang menanyakan hal itu kepada para ilmuwan.
>> Richard
>> Davies, yang masih tetap berpendapat bahwa pengeboran oleh Lapindo
>> Brantas
>> sebagai pemicu semburan lumpur panas, juga tidak mau berpolemik lebih
>> jauh
>> soal ini. Dalam paparannya dan kepada wartawan, dia lebih berfokus
>> berbicara
>> tentang berapa lama lumpur itu akan keluar.
>>
>> Sayang, Davies dan Tingay harus kembali ke negaranya, sehingga tidak
>> mengikuti secara penuh sesi terakhir. Jawaban atas pertanyaan wartawan
>> soal
>> penyebab semburan lumpur panas di Sidoarjo akhirnya menggantung.
>> Adriano
>> Mazzini tak ingin menjawab karena Davies dan Tingay tidak berada dalam
>> ruangan. Dia ingin menunjukkan sikap adil.
>>
>> Memang, tidak seperti sikap sekelompok ilmuwan di Tanah Air, para ahli
>> mancanegara yang berbeda pendapat tersebut rukun-rukun saja selama tiga
>> hari
>> di Sidoarjo. Davies, Tingay, Mazzini, dan ahli lainnya makan dalam satu
>> meja. Mereka pun berada dalam satu mobil saat menuju lokasi lumpur
>> Lapindo
>> dan asyik berdiskusi satu sama lain.
>>
>> Jeffrey Richards menjelaskan, pihaknya hanya mengganti tiket dan
>> memfasilitasi akomodasi para pembicara. "Mereka mau datang ke sini
>> tanpa
>> dibayar karena (punya) keinginan besar untuk meneliti semburan lumpur
>> ini,"
>> katanya.
>>
>> Memang, obyek kajian ahli ilmu kebumian kebanyakan produk yang terjadi
>> sejak ribuan hingga miliaran tahun lalu. "Dari lumpur Sidoarjo ini kita
>> mengamati kelahiran dan evolusi serta dinamika obyek ini," kata Loyc
>> Vanderkluysen, dari Arizona State University.
>>
>> Hardi Prasetya dan Sofyan Hadi dari BPLS menawarkan kantor lembaganya
>> menjadi tempat penelitian para ahli. Sedangkan Jeffrey Richards
>> berencana
>> membentuk jaringan ilmuwan tentang lumpur Sidoarjo.
>>
>> Agar tidak menimbulkan kontroversi, seyogianya mereka melibatkan
>> lembaga
>> lain di Tanah Air, seperti LIPI, IAGI, Himpunan Ahli Geofisika
>> Indonesia,
>> serta perguruan tinggi dan lembaga penelitian lain. Selain demi
>> kemaslahatan
>> ilmu pengetahuan, riset tersebut harus bermanfaat untuk membantu warga
>> yang
>> menjadi korban lumpur panas di Sidoarjo.
>>
>> UNTUNG WIDYANTO
>>
>>
>> http://www.tempointeraktif.com/hg/iptek/2011/05/30/brk,20110530-337778,id.html
>>
>> --
>> *"Everybody is safety leader, You can stop any unsafe operation !"*
>>
>>
>>
>
>


-- 
_______________________________________________
Nganyerikeun hate batur hirupna mo bisa campur, ngangeunahkeun hate jalma
hirupna pada ngupama , Elmu tungtut dunya siar Ibadah kudu lakonan.


--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
--------------------------------------------------------------------------------
Ayo siapkan diri....!!!!!
Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29
September 2011
-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------

Reply via email to