"Geologist never die, just get stoned"   wellsite geologists Total 1998

 iya enggak pak gde ?
2011/5/31 <asikin_suken...@yahoo.com>

> Ah henteu Bah," old geologists never die just fade away", eta mah wajar-2
> we atuh Bah
> Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung
> Teruuusss...!
>
> -----Original Message-----
>  From: "Yanto R.Sumantri" <yrs...@rad.net.id>
> Date: Tue, 31 May 2011 13:11:26
> To: <iagi-net@iagi.or.id>
> Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
> Subject: Re: [iagi-net-l] Menunggu Jaringan Ilmuwan Gunung Lumpur
>
> Akh , jangan begituPak Kendar !!!!
> Saya kira dalam ilmu pengetahuan tidak ada istilah muda dan tua , yang ada
> adalah pemikiran theori yang baru dan lama .
> Apakah theori baru selalu lebih benar dari yang lama ????
> Secara empiris seringkali theori lama ternyata dapat menemukan
> kebenarannya kemudian.
> Mengenai usia "tua" , akh semangat Pak Kendar yang walau dalam keadaan
> sakit , masih terus berkontribusi .................nah itu adalah suatu
> yang menyemangati kita yang lebih muda !!!! (walau saya tidak muda lagi ya
> hehehe).
> Semoga Pak Kendar terus bersuara ya , karena kita akan butuh pemaparan
> yang jernih dari seorang senior seperti Bapak .
> Nah kitu Pak , semoga tetap sehat dan terus bersemangat.
>
> si Abah.
>
>
>
>
> On Tue, May 31, 2011 11:16 am, asikin_suken...@yahoo.com wrote:
> > Teman-2 geologists yg saya cintai dan banggakan. Saya sangat menyadari
> > bahwa science adalah bebas dan terbuka. Perbedaan pendapat adalah wajar.
> > Marilah kita lanjutkan tradisi ini, apalagi ilmu geologi adalah luas
> > cakupannya dg berbagai konsep-2. Saya juga berpegang pd konsep yg saya
> > yakini kebenarannya dan saya pelajari dan sudah saya antisipasi bisa saja
> > kurang berkenan unt beberapa teman geologists. Tapi itulah konsekuensi
> > science. Karena itu marilahj kita lanjutkan atmosfir ini. Anggaplah Lusi
> > ini sebagau anugerah dari Tuhan kpd scientist sihungga kita dapat
> > mengetahui lagi lebih banyak tentang phenomena alam yg terjadi di Bumi
> > ini. Bagi saya untuk sementara "Lusi" sudah selesai kecuali ada konsep
> > tektonik regional yg baru yg muncul yg bisa saya terapkan. Mungkin memang
> > sudah waktunya saya istirahat dan menyerahkan ini kepada geologists yg
> > muda-2 yg lebih kreatif dan semangat sesuai dengan anjuran kami pada saat
> > kuliah.......maju terus jangan kalah sama geologists-2 dari luar dan
> > memang sudah kita buktikan itu....selamat bekerja
> > Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung
> > Teruuusss...!
> >
> > -----Original Message-----
> > From: andangbacht...@yahoo.com
> > Date: Tue, 31 May 2011 03:41:08
> > To: <iagi-net@iagi.or.id>
> > Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
> > Subject: Re: [iagi-net-l] Menunggu Jaringan Ilmuwan Gunung Lumpur
> > Coba kita lihat sedikit lebih jernih konstelasi personnelnya. Semua
> > penulis/peneliti luar negeri ttg Lumpur Lapindo ini adalah dari Perguruan
> > Tinggi, nampaknya tidak ada satupun dr Industri.
> >
> > Sementara itu penulis/peneliti dr Indonesia selain dari Perguruan Tinggi
> > (Prof Hasanudin, Prof Sukendar Asikin, Dr Amin Widodo, Dr Agus Guntoro,
> Dr
> > Sayogi Sudarman, Dr Rudi Rubiandini, dsb), juga ada dr Industri (Rocky
> > Sawolo, Bambang Istadi, Edi Sutriono, Awang H Satyana).
> >
> > Mengapa tidak ada 1-pun dr Industri di Indonesia selain kawan2 tsb yg
> ikut
> > menulis di publikasi2? Karena akan sangat aneh misalnya: Rovicky yg kerja
> > di Hess kmudian meneliti dan menuliskan ilmiah ttg Lumpur Lapindo ini,
> > bisa kerepotan dia dg statusnya di Hess,...demikian juga misalnya Taufik
> > OK yg jadi wellsite geologist professional dr rig ke rig ikut2an riset
> dan
> > nulis ttg Lumpur Lapindo, bisa habis waktunya kerja u/client-nya hanya
> > untuk kepentingan science tsb. Paling banter yg bisa dilakukan Rovicky ya
> > itu tadi: bikin Dongeng Geologi. Itupun sedapat mungkin dibikin netral
> > memuat semua argumentasi.
> >
> > Jadi himbauan RDP dan SHP untuk meneliti dan menuliskan semua ini, lebih
> > ditujukan ke para peneliti di Lembaga2 Penelitian kita dan juga di Perg
> > Tinggi2...
> >
> > Atau mungkin kawan2 dr Santos dan atau Medco yg tadinya merupakan partner
> > dlm pengeboran BJP-1, yg kalau tdk salah juga sdh membuat penelitian
> > tersendiri menyangkut kejadian Lumpur Lapindo ini, dan punya pendapat
> > sedikit berbeda dari kawan2 EMP dan BPMigas.
> >
> > Mari, silahkan....
> >
> > ADB
> > Powered by Telkomsel BlackBerry®
> >
> > -----Original Message-----
> > From: Sunu Praptono <sunu.prapt...@gmail.com>
> > Date: Tue, 31 May 2011 08:54:52
> > To: <iagi-net@iagi.or.id>
> > Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
> > Subject: Re: [iagi-net-l] Menunggu Jaringan Ilmuwan Gunung Lumpur
> > Saya juga melihat mereka (Davies, Mazzini dll.) mengedepankan logika
> > kelilmuan seratus persen, gak ada tempat buat "berkeyakinan". Bahkan
> > Davies
> > pun tidak pernah bilang "berkeyakinan", namun istilah dia adalah "99
> > persen
> > probable" bahwa itu adalah akibat pemboran. Kita tentu saja bisa mendebat
> > atau minta dia menjelaskan apa dasar bilangan 99 probabilitas itu, namun
> > secara pokok sangat berbeda caranya dengan cara ilmuwan yang lain yang
> > berangkat dari keyakinan. Bisa jadi setelah mendengar presentasi para
> > pakar
> > yang lain, dia akan mengupdate lagi probabilitasnya menjadi 90 persen
> > atau
> > 70 persen saja. Tingay dari awal malah sudah 50 persen.
> >
> > Dalam pertarungan logika keilmuan, adu bukti dan evidens, emosi tidak
> > terlibat, diset ke nol  mutlak, bersikap open mind 100 persen, makanya
> > makan
> > bersama, ketawa-ketiwi bersama, diskusi, jalan dalam satu bis juga ga
> > masalah. Davies di sesi tanya jawab sebelum cabut, dengan enteng  dan
> > sportif mengatakan bahwa setelah melihat bukti dari kunjungan sehari
> > sebelumnya di Lusi, maka dia mengakui bahwa estimasi umur semburan yang
> > dia
> > publish dalam paper kedua adalah terlalu besar (istilahnya over
> > estimate).
> > Seandainya dia mengemukakan argumen2nya berdasar keimanan atau keyakinan,
> > bisa jadi akan merah padam, merasa dipermalukan, dan akan membabibuta
> > mempertahankan pendapatnya. Macam kasus PSSI yang baru lalu itu lah
> > kira-kira.
> >
> > Saya sih yakin full  anggota-anggota IAGI juga tidak kalah kalau adu ilmu
> > dengan mereka. Kita tunggu kiprah rekan-rekan IAGI lebih aktif
> > memproduksi
> > paper-paper ilmiah tentang Lusi, apa pun hipotesanya. Pasti hasilnya jauh
> > akan lebih bagus daripada "dongeng geologi"nya Kang Rovicky. Bagaimana
> > tidak
> > ? Lha wong di blog itu beliau terang-terangan disclaim : tidak
> > bertanggungjawab atas apa-apa tetulis di dalamnya. Ini tentu bertolak
> > belakang dengan paper ilmiah yang jelas-jelas bisa dipertanggungjawabkan
> > secara ilmiah.
> >
> > Salam hangat, selamat berkarya tulis tentang Lusi.
> >
> > SHP.
> >
> >
> > 2011/5/31 Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>
> >
> >> *Publish or perish*
> >>
> >> Sayang sekali, pendapat dari sisi yang berkeyakinan bahwa Lumpur
> >> Lapindo
> >> disebabkan oleh pengeboran sangat jarang menuliskan secara ilmiah yang
> >> dipublikasikan dalam publikasi "resmi". Dalam dunia ilmu, segala yang
> >> dianggap ilmiah harus ada dalam sebuah journal yang dapat disitir
> >> secara
> >> benar. Ini memang tidak berarti bahwa yang dipublikasikan merupakan
> >> sebuah
> >> kebenaran, tetapi yang dipublikasikan inilah yang akan menjadi
> >> tersimpan,
> >> dalam bahasa geologi *terfosilkan*. atau *preserved*. Artinya
> >> keberadaanya
> >> teruji dan terbukti serta dapat dipertanggungjawabkan.
> >> Termasuk tulisan dalam mailist, koran, blog atau website, bukanlah
> >> sebuah
> >> tulisan ilmiah, dan tidak dapat disitir sebagai rujukan (referensi).
> >> Karena
> >> ini mirip koran yang tidak ada reviewnya. Davies dan Mazzini keduanya
> >> beradu
> >> karena tulisannya masuk dalam jurnal ilmiah. Walaupun isinya sama
> >> dengan
> >> tulisan di Dongeng Geologi sekalipun ! hihihihi. Tapi yg diakui tetep
> >> saja
> >> mereka-mereka ini.
> >> Ini mirip dalam dunia poltik dimana politik yang diakui adalah
> >> percaturan
> >> politik di dalam parlemen, walaupun sebobrok apapun, tetapi legitimasi
> >> ada
> >> disana. Obrolan dalam televisi maupun demo bisa saja dianggap parlemen
> >> jalanan.
> >>
> >> Jadi kalau ingin "terdengar" tuliskan saja pendapat itu dalam sebuah
> >> jurnal
> >> ilmiah. Diterbitkan. Dan lebih baik lagi kalau naskah publikasinya
> >> mendapat
> >> ISSN atau ISBN.
> >>
> >> Salam
> >>
> >> RDP
> >> --------------------------------
> >>
> >> Menunggu Jaringan Ilmuwan Gunung Lumpur
> >> Senin, 30 Mei 2011 | 22:36 WIB
> >>
> >> TEMPO Interaktif, Surabaya -  Adriano Mazzini, ahli geologi dari Oslo
> >> University, akhirnya angkat bicara pada sesi terakhir Humanitus
> >> Symposium on
> >> Indonesia's Mud Volcano, yang berlangsung di Surabaya. "Saya tidak mau
> >> berpendapat karena Richard Davies sudah tidak ada di sini," katanya.
> >> Davies,
> >> ahli ilmu kebumian dari Durham University, memang meninggalkan tempat
> >> itu
> >> lebih dulu untuk mengejar pesawat.
> >>
> >> Pada sesi terakhir simposium yang berlangsung Kamis (26/5) petang lalu
> >> di
> >> Hotel Mercure, 14 pembicara dari dalam dan luar negeri tampil bersama
> >> di
> >> panggung. Sekitar satu jam, peserta dan wartawan diberi kesempatan
> >> bertanya
> >> kepada pembicara yang sejak pagi masing-masing mempresentasikan
> >> risetnya.
> >>
> >> Sebelum sesi berakhir, Davies dan Mark Tingay dari Adelaide University
> >> pamit lebih dulu karena ada acara lain di negaranya. Saat itu baru
> >> muncul
> >> pertanyaan dari seorang wartawan tentang asal penyebab semburan lumpur
> >> panas
> >> di Desa Renokenongo, Sidoarjo, pada 29 Mei 2006 dan sampai sekarang
> >> belum
> >> berhenti. "Apakah karena kesalahan pengeboran oleh PT Lapindo Brantas
> >> atau
> >> karena gempa bumi di Yogyakarta?"
> >>
> >> Faktor penyebab semburan lumpur panas itu memang memicu kontroversi
> >> berkepanjangan hingga saat ini. Sejumlah ilmuwan kebumian dan
> >> perminyakan
> >> terbelah dua pendapatnya. Tidak terkecuali di lingkungan Ikatan Ahli
> >> Geologi
> >> Indonesia (IAGI). Prof R. P. Koesoemadinata, mantan ketua organisasi
> >> ini,
> >> pernah membuat surat protes terbuka terhadap penyelenggaraan Lokakarya
> >> Lumpur Sidoarjo oleh BPPT pada 2007. Koesoemadinata menilai pembicara
> >> lokakarya tersebut lebih didominasi ahli-ahli yang pro-gempa
> >> Yogyakarta.
> >>
> >> Dalam forum internasional, Richard Davies dan Mark Tingay, dalam
> >> tulisannya
> >> di jurnal ilmiah, termasuk yang berpendapat faktor pengeboran sebagai
> >> penyebab munculnya semburan lumpur panas yang telah menenggelamkan
> >> beberapa
> >> desa di Sidoarjo. Sementara Adriano Mazzini--dalam jurnal
> >> ilmiah--berpendapat sebaliknya, yakni gempa Yogyakarta mengaktifkan
> >> patahan
> >> Watukosek yang melintasi Sidoarjo dan meletuskan <I>mud volcano<I>.
> >>
> >> Untuk memperingati lima tahun semburan, Humanitus Foundation--lembaga
> >> swadaya masyarakat non-politik dan non-agama yang berpusat di
> >> Australia--dan
> >> Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) menyelenggarakan simposium
> >> internasional pada 25-26 Mei 2011. Pada hari pertama, 10 pembicara dari
> >> luar
> >> negeri dan empat pembicara dari dalam negeri serta para peserta
> >> meninjau
> >> lokasi kawah semburan dan muara Kali Porong.
> >>
> >> Di sekitar kawah, panitia memasang bendera negara-negara yang pernah
> >> melakukan penelitian di kawasan lumpur Sidoarjo, antara lain Inggris,
> >> Australia, Amerika, Rusia, Jepang, dan Norwegia. Pembicara dan panitia
> >> melakukan foto bersama di lokasi semburan dan arena simposium itu.
> >>
> >> Akan tetapi, simposium ini tak lepas dari kecaman. Andang Bachtiar,
> >> mantan
> >> Ketua IAGI dan kini menjadi Ketua Dewan Penasihat IAGI, membuat surat
> >> protes
> >> terbuka. Dia menuduh panitia tidak berimbang dalam memilih pembicara.
> >> Selain
> >> itu, mereka lebih menonjolkan ilmuwan asing. "Jadi marilah kita
> >> sama-sama ke
> >> Porong, Sidoarjo, pada 25-26 Mei ini untuk menyerahkan harga diri
> >> keilmuan
> >> kita ke para ahli asing dan menyediakan diri dimanfaatkan pihak
> >> tertentu
> >> untuk bersih-bersih," katanya.
> >>
> >> Direktur Eksekutif Humanitus Foundation Jeffrey Richards menolak
> >> tuduhan
> >> bahwa pihaknya sengaja mengundang pakar yang pro kepada Lapindo
> >> Brantas.
> >> "Lupakanlah soal pemicu, jauh lebih penting saat ini menangani para
> >> korban,"
> >> katanya. Bantahan serupa disampaikan oleh Wakil Kepala BPLS Hardi
> >> Prasetya.
> >> Menurut Hardi, pembicara yang diundang adalah ilmuwan yang pernah
> >> melakukan
> >> penelitian dan hasilnya diterbitkan dalam jurnal ilmiah. "Ada dalam
> >> Lusi
> >> Library kami," kata guru besar ilmu geologi itu. Kami, kata Hardi,
> >> tidak
> >> bisa menyetir pendapat para ilmuwan mancanegara yang telah memiliki
> >> reputasi.
> >>
> >> Panitia simposium terkesan menghindari diskusi soal penyebab semburan.
> >> Namun ada saja wartawan yang menanyakan hal itu kepada para ilmuwan.
> >> Richard
> >> Davies, yang masih tetap berpendapat bahwa pengeboran oleh Lapindo
> >> Brantas
> >> sebagai pemicu semburan lumpur panas, juga tidak mau berpolemik lebih
> >> jauh
> >> soal ini. Dalam paparannya dan kepada wartawan, dia lebih berfokus
> >> berbicara
> >> tentang berapa lama lumpur itu akan keluar.
> >>
> >> Sayang, Davies dan Tingay harus kembali ke negaranya, sehingga tidak
> >> mengikuti secara penuh sesi terakhir. Jawaban atas pertanyaan wartawan
> >> soal
> >> penyebab semburan lumpur panas di Sidoarjo akhirnya menggantung.
> >> Adriano
> >> Mazzini tak ingin menjawab karena Davies dan Tingay tidak berada dalam
> >> ruangan. Dia ingin menunjukkan sikap adil.
> >>
> >> Memang, tidak seperti sikap sekelompok ilmuwan di Tanah Air, para ahli
> >> mancanegara yang berbeda pendapat tersebut rukun-rukun saja selama tiga
> >> hari
> >> di Sidoarjo. Davies, Tingay, Mazzini, dan ahli lainnya makan dalam satu
> >> meja. Mereka pun berada dalam satu mobil saat menuju lokasi lumpur
> >> Lapindo
> >> dan asyik berdiskusi satu sama lain.
> >>
> >> Jeffrey Richards menjelaskan, pihaknya hanya mengganti tiket dan
> >> memfasilitasi akomodasi para pembicara. "Mereka mau datang ke sini
> >> tanpa
> >> dibayar karena (punya) keinginan besar untuk meneliti semburan lumpur
> >> ini,"
> >> katanya.
> >>
> >> Memang, obyek kajian ahli ilmu kebumian kebanyakan produk yang terjadi
> >> sejak ribuan hingga miliaran tahun lalu. "Dari lumpur Sidoarjo ini kita
> >> mengamati kelahiran dan evolusi serta dinamika obyek ini," kata Loyc
> >> Vanderkluysen, dari Arizona State University.
> >>
> >> Hardi Prasetya dan Sofyan Hadi dari BPLS menawarkan kantor lembaganya
> >> menjadi tempat penelitian para ahli. Sedangkan Jeffrey Richards
> >> berencana
> >> membentuk jaringan ilmuwan tentang lumpur Sidoarjo.
> >>
> >> Agar tidak menimbulkan kontroversi, seyogianya mereka melibatkan
> >> lembaga
> >> lain di Tanah Air, seperti LIPI, IAGI, Himpunan Ahli Geofisika
> >> Indonesia,
> >> serta perguruan tinggi dan lembaga penelitian lain. Selain demi
> >> kemaslahatan
> >> ilmu pengetahuan, riset tersebut harus bermanfaat untuk membantu warga
> >> yang
> >> menjadi korban lumpur panas di Sidoarjo.
> >>
> >> UNTUNG WIDYANTO
> >>
> >>
> >>
> http://www.tempointeraktif.com/hg/iptek/2011/05/30/brk,20110530-337778,id.html
> >>
> >> --
> >> *"Everybody is safety leader, You can stop any unsafe operation !"*
> >>
> >>
> >>
> >
> >
>
>
> --
> _______________________________________________
> Nganyerikeun hate batur hirupna mo bisa campur, ngangeunahkeun hate jalma
> hirupna pada ngupama , Elmu tungtut dunya siar Ibadah kudu lakonan.
>
>
>
> --------------------------------------------------------------------------------
> PP-IAGI 2008-2011:
> ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
> sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
> * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
>
> --------------------------------------------------------------------------------
> Ayo siapkan diri....!!!!!
> Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29
> September 2011
>
> -----------------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted
> on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall
> IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct
> or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss
> of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any
> information posted on IAGI mailing list.
> ---------------------------------------------------------------------
>
>

Kirim email ke