Pak Awang

Betul2 menikmati membaca tulisan anda, mestinya pak Awang tidak kerja di
BPMIGAS karena ilmunya tidak bisa langsung di pakai. Mungkin akan lebih
bermanfaan setelah pensiun dari BPMIGAS nanti pak Awang mengaplikasikan
ilmunya untuk pemanfaatan buat manfaat manusia yg lebih luas, dg menjadi
penasehat teknik di Pertamina.

Bravo

Avi Al Haj

2011/10/18 Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>

> Aditya,
>
> (1) Plume tectonics sebagai mantle plume hypothesis telah dikemukakan
> pertama kalinya oleh Wilson (1963 - A possible origin of the Hawaiian
> islands: Can. J. Phys, 41, 863-870) dan Morgan (1971 - Convection plumes in
> the lower mantle: Nature, 230, 42-43) saat menjelaskan hotspot volcanoes
> seperti di Hawaii dan Iceland. Saat itu, mantle plume didefinisikan sebagai
> massa ringan (buoyant) material mantel yang naik karena keringanannya secara
> densitas (buoyancy). Saat mencapai litosfer, dikenal yang namanya plume
> heads dengan diameter 500–3000 km, dan plume tails yang diameternya 100–500
> km yang masuk jauh ke mantel atas. Pentingnya peranan mantle plume, terutama
> superplume, dalam evolusi geodinamika Bumi, pertama kali diajukan oleh
> Maruyama (1994 - Plume tectonics: J. Geol.
>  Soc. Jpn., 100, 24-49) yang menyebutnya sebagai plume tectonics theory.
> Plume tectonics secara komprehensif dibahas dalam buku tulisan Condie (2001
> - Mantle Plumes and Their Record in Earth History, Camridge University
> Press, Cambridge, 306 ps).
>
> Plume tectonics akan tetap dalam bentuk hipotesis kalau tidak dapat
> sokongan seismic tomography. Seismic tomography adalah suatu teknik untuk
> menentikan struktur 3-dimensi interior Bumi dengan cara menggabungkan
> informasi dari sejumlah besar gelombang seismik yang melintasi Bumi baik di
> permukaan maupun interiornya yang bersal dari sumber-sumber seismik alamiah
> maupun buatan. Ada global tomography, ada local/regional tomography; dan
> untuk plume tectonics, sumbangan global tomography yang dipelopori oleh
> Dziewonski (1984 -Mapping the lower mantle: determination of lateral
> heterogeneity in P velocity up to degree and order 6: J. Geophys. Res., 89,
> 5929-5952) besar sekali.
>
> Model2 plume tectonics dari berbagai peneliti tentu ada, misalnya: (1)
> Grand  et al. (1997 -Global seismic tomography: A snapshot of convection in
> the Earth: GSA Today, 7, 1–7, (2)Anderson (2000 - The thermal state of the
> upper mantle: No role for mantle plumes: Geophys. Res. Lett., 27,
> 3623–3626), (3) Bijwaard et al. (1998- Closing the gap between regional and
> global travel time tomography. J. Geophys. Res., 103, 30055–30078), dan (4)
> Garnero (2000 - Heterogeneity of the lowermost mantle. Annu. Rev. Earth
> Planet. Sci. 28, 509–537). Hubungan dengan teori plate tectonics yang telah
> berkembang lebih dahulu pun telah ada publikasinya, misalnya: Foulger (2003
> - Plumes, or plate tectonic processes? Astron. Geophys., 43, 6.19–6.23 atau
> Griffiths & Richards (1989 - The adjustment of mantle plumes to changes in
> plate motion: Geophys. Res. Lett., 16,
>  437–440.
>
> Tentu tidak mudah memperoleh artikel-artikel di jurnal2 yang saya sebutkan
> di atas, tetapi melalui amazone.com kita bisa memperoleh dua buku paling
> tidak yang baik untuk mengetahui lebih jauh soal plume tectonics, yaitu: (1)
> Condie (2001 - Mantle Plumes and Their Record in Earth History, Camridge
> University Press, Cambridge, 306 ps) dan (2) Yuen et al. (eds), 2007 -
> Superplumes: Beyond Plate Tectonics, Springer, Dordrecht, 569 ps.
>
> Untuk penerapan plume tectonics di Indonesia, pernah dibahas beberapa kali,
> misalnya: Bijwaard, H., W. Spakman, and E. Engdahl (1998) Closing the gap
> between regional and global travel time tomography. J. Geophys. Res., 103,
> 30055–30078; Van derVoo, R.,W. Spakman, and H.
>  Bijwaard (1999b) Tethyan subducted slabs under India. Earth Planet.
> Sci. Lett., 171, 7–20. Prof. Sri Widiyantoro, ITB, salah seorang anggota
> milis yang saya tembuskan ini (Forum HAGI) adalah juga seorang ahli mantle
> tomography dan banyak mempublikasikan mantle tomography bersama koleganya,
> termasuk untuk Indonesia. Silakan Pak Sri menambahkan.
>
> (2a) Hotspots tersebar tak teratur tetapi nonrandom di permukaan Bumi.
> Mereka lebih banyak tersebar di dekat divergent plate boundaries (mid-ocean
> ridges), dan biasanya menghilang dari wilayah2 di dekat convergent plate
> boundaries/ subduction zones. Asal hotspots umumnya dihubungkan ke mantle
> plumes (Wilson, 1963; Morgan, 1971), tetapi ada juga yang berhubungan
> dengan intraplate volcanism oleh plate tectonic processes (Anderson, 2000;
> Foulger, 2003). Hubungan antara hotspot dan mantle plume terbaik ditunjukkan
> oleh Yellowstone. Yellowstone adalah the best known continental
> hotspot. Beberapa studi teleseismic tomography telah dilakukan untuk wilayah
> ini
> (Evans, 1982; Saltzer and Humphreys, 1997; Schutt and Humphreys, 2004; Yuan
> and Dueker, 2005). Hasil studi memperlihatkan 100-km diameter upper mantle
> plume terlihat yang meluas dari Yellowstone volcanic caldera sampai
> kedalaman 500 km. Mantle plume adalah lidah-lidah yang mencuat ke atas dari
> suatu massa superplume, dan menerobos ke permukaan sebagai hotspot.
>
> (2b) LIPs -large igneous provinces. LIPs  adalah wilayah-wilayah di kerak
> Bumi yang memiliki sebaran batuan beku di luar kewajaran, begitu luasnya.
> LIPs yang terkenal adalah Siberian Traps di wilayah Siberia, Ontong Java
> Plateau di Samudra Pasifik utara Papua New Guinea, dan Deccan Trap di
> India. Di Indonesia pun, kita punya LIPs dalam skala lebih kecil :
> Radjabasa Basalt Plateau di Lampung dan Toba Ignimbrit (welded tuff) di
> sekitar Danau Toba.
>
> Para ahli batuan beku dan tektonik mempermasalahkan asal kejadian LIPs
> ini, termasuk membahasnya sebagai antipode (titik seberang) dari suatu
> titik benturan meteorit/komet besar di kerak Bumi dari seberang yang
> lain. Saat meteorit/komet besar menghantam di satu titik di permukaan
> Bumi, goncangannya akan menggetarkan seluruh mantel dan inti Bumi,
> gelombang kejutnya diteruskan ke seberang bola Bumi yang lain, termasuk
> membawa material mantel melalui mekanisme plume tectonics sehingga
> terekstrusi ke permukaan di titik seberangnya. Mekanisme antipodal
> igneous province ini pernah saya tulis di milis ini ketika membahas asal
> Deccan Traps dan Siberian Traps. Siberian Traps adalah pada antipodal
> position benturan meteorit Permian di Antarktika yang beberapa bulan
> lalu ditemukan impact craternya oleh para ahli geologi dan geofisika
> melalui survey gayaberat. Diyakini, bahwa benturan meteorit Permian ini
> berhubungan dengan kepunahan massal flora dan fauna di ujung Paleozoic -
> sebuah kepunahan massal yang lebih besar daripada di ujung Kapur.
>
> Tetapi sekarang, jurnal-jurnal geologi lebih banyak membahas suatu
> mekanisme baru sebagai asal LIPs, yaitu delaminasi di batas kerak dan
> mantel. Delaminasi adalah proses de-laminasi : tersobeknya urutan
> lapisan (laminasi) oleh proses geologi. Dalam hal delaminasi
> kerak-mantel, maka yang dimaksud adalah sobeknya/lepasnya lithospheric
> mantle (batas litosfer-mantel) dari kerak benua di atasnya karena batas
> litosfer-mantel ini lebih dingin dan lebih padat dibandingkan dengan
> astenosfer di bawahnya. Kehilangan massa karena delaminasi ini akan segera
> diikuti oleh kompensasi isostatik berupa pengangkatan, sehingga terbentuklah
> Colorado Plateau misalnya dan semua gejala magmatik ikutannya. Colorado
> Plateau ini adalah salah satu LIPs juga. Don Anderson, seorang experimental
> petrologist dari Seismological Laboratory Caltech, yang banyak publikasinya
> soal interior Bumi, dalam jurnal "Elements" vol. 1 p. 271-275 (Desember
> 2005) menulis bahwa ketika kerak benua terlalu tebal, bagian bawah kerak ini
> yang disusun oleh eklogit akan terlepas (delaminasi), menyebabkan uplift,
> asthenospheric upwelling, dan pressure-release melting. Proses delaminasi
> ini akan menyebabkan segmen kerak bagian bawah yang punya titik lebur rendah
> terintroduksi ke mantel; kemudian segmen ini terpanaskan, naik, dekompres,
> dan lebur. Eklogit hasil delaminasi akan lebih panas dan kurang padat
> dibandingkan dengan kerak samudra yang tertunjam di zone subduksi. Bisa
>  disimpulkan bahwa LIPs memang berhubungan dengan plume tectonics, secara
> langsung sebagai massa buoyant superplume maupun tidak langsung melalui
> delaminasi kerak-mantel.
>
> (2c) lempeng-lempeng bergerak dengan dua cara: (1) push-ridge dan (2) slab
> pull; sementara di bawahnya bersirkulasi mantle material melalui sel-sel
> konveksi. Gerak push ridge terjadi di MOR sementara gerak slab-pull terjadi
> di subduction zone. Dua gerakan utama ini memberikan energi buat Wilson
> cycle berjalan. Mantle plume yang dibatasi dua sel konveksi di MOR mau tak
> mau akan membawa mantle plume upwelling di MOR, yang lalu kemudian akan
> segera diikuti push ridge dari material yang telah jadi suite ofiolit. Maka
> upwelling mantle plume di spreading zone secara tak langsung menggerakkan
> Wilson cycle.
>
> (3). plume tectonics dan pipa intan kimberlite: Kalimantan case.
> Anthony Evans dalam bukunya, "An Introduction to Economic Geology and Its
> Environmental Impact" (Blackwell Science, 1997) menulis kadar2 intan di
> pipa kimberlite/lamproite di seluruh dunia. Yang paling miskin (kimberlit
> Lesotho : 0,309 karat/ton) - yang paling kaya (Argyle AK1 Lamproite di
> Australia Barat punya kadar intan 4 karat/ton). Bandingkan dengan kadar
> intan Pamali intrusive breccia yang hanya 0,0035 karat/ton. Bagaimana intan
> Martapura bisa punya kadar 0,47 karat/ton ? Rasanya, proses enrichment pun
> tak akan mendongkrak kadar sampai 134 kali bukan ? Lalu, dari mana asal
> intan Martapura ?
>
> Melihat peta penyebaran intan di seluruh dunia (Evans, 1997), jelas
> tergambar di situ bahwa deposit intan yang besar selalu berasosiasi dengan
> daerah continental craton (> 1500 Ma old). Teori terbaru sekarang tentang
> origin of diamonds adalah bahwa intan bukanlah hasil kristalisasi magma di
> intrusi ultrabasa (akan in-situ), tetapi bahwa intan adalah ex-situ, mereka
> adalah mineral2 di upper mantle yang terbawa hot plume mantle yang sedang
> up-welling. Maka, intan bukanlah fenokris, tetapi xenokris.
>
> Mengherankan, sejak Koolhoven (1935) menulis laporannya tentang asal intan
> Kalimantan ("Het Primaire Voorkomen van den Zuid-Borneo Diamant" - Primary
> Occurrences of the South Kalimantan Diamond), riset tentang ini tak
> mengalami kemajuan yang signifikan sampai saat ini pun.
>
> Prof. Adjat Sudradjat, di dalam bukunya, "Teknologi dan Manajemen
> Sumberdaya MIneral" (ITB, 1999) masih menulis bahwa asal intan Kalimantan
> ini tak diketahui dari mana. Lima puluh tahun sebelumnya (1949), van
> Bemmelen pun mengindikasikan hal yang sama. Memang, Koolhoven (1935)
> menyebutkan bahwa a pipe of ultrabasic rock yang disebutnya "Pamali
> intrusive breccia" adalah sumber intan di Kalimantan Selatan. Tetapi, semua
> buku menuliskan bahwa kadar intan di breksi Pamali (bukan Pemali seperti di
> Jawa Tengah ya..) sangat kecil, jauh di bawah kadar intan yang ditemukan di
> endapan placer-nya. Kata Pak Soetarjo Sigit dkk di bukunya "Mineral Deposits
> of Indonesia" (1962), tidak
> ekonomis menambang intan di breksi Pamali itu.
>
> Ini kadar2 intan di Kalimantan Selatan (van Bemmelen, 1949 vol IB) : pipa
> ultrabasa breksi intrusif Pemali : 0,0035 karat/ton (1 karat intan = 0,20
> g), enriched top soil Pamali  : 0,035 karat/ton, diamond bearing gravels
> placer deposits : 0,47 karat/ton. Nah, intan terbesar yang pernah ditemukan
> di endapan plaser itu adalah yang ditemukan di desa Cempaka, Kal Sel seberat
> 166 karat (33 gram). Cukup besar, hampir sebanding dengan intan Kohinoor
> kepunyaan raja Lahore, India sebelum dibelah (186 karat), tetapi jauh lebih
> kecil dibandingkan intan terbesar yang pernah ditemukan di Afrika Selatan,
> intan Cullinan (3024 karat - 602 gram) yang kata buku Munaf (1956) -
> Ensiklopedia Indonesia (termasuk ensiklopedia Indonesia pertama) dihadiahkan
> pemerintah AfSel ke raja Inggris Edward VII.
>
> Nah, benarkah Koolhoven bahwa breksi intrusif Pamali itu sumber primer
> intan di Martapura ? Tidak tahu, sebab praktis tak ada riset ke arah situ
> yang serius. Kalau melihat kadar2 intan antara placer deposits di Martapura
> dan primary deposits di breksi Pamali itu, maka diragukanlah kebenaran
> Koolhoven itu.
>
> Koolhoven (1935) dan van Bemmelen (1949) menyebutkan bahwa breksi intrusif
> Pamali itu adalah model kimberlitic pipe intrusive di Afrika Selatan.
> Betulkah ? Kadar intan yang dilaporkan mereka tak mendukung analogi ini.
>
> Bagaimana hubungan antara intan dan craton bagus dipelajari dari artikel
> Dante Canil (University of Victoria, British Columbia, Canada) yang risetnya
> dalam 15 tahun terakhir berhubungan dengan mantle listosphere, dalam ”GSA
> Today” vol. 18, no. 6, June 2008, hal. 4-10, melaporkan kemajuan terbaru
> tentang pengetahuan ini.
>
> Dalam artikel berjudul, “Canada’s craton : A bottoms-up view, Canil menulis
> tentang bagian craton Canada di Archean Slave Province, Mackay Lake,  yang
> disusun polymetamorphic gneiss berumur sekitar 3300 juta tahun. Craton ini
> diintrusi banyak sekali pipa kimberlit yang membawa intan. Pipa kimberlit
> ini membawa xenolith peridotit dan sedikit eklogit berasal dari akar craton
> di wilayah mantel.
>
> Penelitian ini beraplikasi kepada eksplorasi intan pada pipa kimberlit yang
> menembus craton, dan keberadaan intra-cratonic basin yang bisa menjadi
> habitat hidrokarbon organik dan anorganik.
>
> Craton didefinisikan sebagai bagian stabil lempeng benua yang tidak lagi
> mengalami deformasi tektonik dalam waktu yang lama (milyaran tahun)
> (Bleeker, 2003, the late Archean record : puzzle in ca. 35 pieces, Lithos v.
> 71, p.99-134). Saat ini telah diidentifikasi sebanyak 35 segmen/provinsi
> kerak Bumi berumur Archean (> 2500 juta tahun, berdasarkan skala waktu
> geologi terbaru dari Gradstein et al., 2004) yang diidentifikasi sebagai
> craton.
>
> Bagian massa litosfer terbesar dari suatu craton adalah bagian litosfer
> yang terletak di bawah diskontinuitas M (Mohorovicic) yang lazim disebut
> litosfer mantel. Kekuatan dan stabilitas jangka panjang suatu craton
> bergantung kepada sifat litosfer mantelnya. Begitu berpengaruhnya, sehingga
> sifat litosfer mantel ini akan menentukan asal benua. Dalam hal ini, patut
> diperhatikan perbedaan definisi antara berapa tebal kerak benua, posisi
> diskontinuitas M, tebal litosfer, dan tebal astenosfer (agar tak
> membingungkan, pengertian dasar pembagian kerak-mantel-inti harus dibedakan
> dengan litosfer-astenosfer-mesosfer-inti).
>
> Artikel Canil (2008) memberikan ringkasan tentang faktor-faktor termal,
> petrologi, dan geologi untuk pehamaman evolusi cratonic lithosphere
> (meliputi kerak benua maupun mantle lithosphere) berdasarkan xenoliths yang
> dibawa pipa kimberlit yang mengintrusi craton.
>
> Canada berpusat di suatu craton yang besar dan bagian tersingkapnya
> merupakan singkapan kerak Archean terluas di dunia. Kayanya pipa-pipa
> kimberlit yang membawa intan ke permukaan menjadikan wilayah ini sebagai
> fokus utama riset eksplorasi intan selama 15 tahun terakhir.
>
> Survey geofisika dalam proyek-proyek bernama DeepProbe, Kaapvaal, dan
> sebagainya selama beberapa tahun terakhir dilakukan di atas craton Canada.
> Tujuan survey ini adalah untuk mendapatkan geophysical imaging litosfer di
> bawah craton. Penelitian geologi dan geokimia atas singkapan batuan-batuan
> mantel berupa xenoliths yang dibawa kimberlit  seolah bagai jendela untuk
> masuk ke dalam mantel. Gambaran craton dan litosfer mantel di bawahnya yang
> diperoleh dari geophysical imaging dan sifat komposisi serta ciri termal
> bagian bawah craton berdasarkan xenoliths, bila digabungkan akan memberikan
> gambaran lebih utuh tentang craton dan evolusinya.
> Xenoliths ini umumnya berupa peridotit. Maka disimpulkan bahwa mantle
> lithosphere adalah residu leburan peridotit. Pada tekanan di bawah 3 Gpa
> (giga pascal) sistem ini akan menghasilkan olivin.
>
> Berdasarkan pemelajaran termal, diketahui bahwa struktur termal bagian
> craton Canada di Slave Province mantle tak berubah secara signifikan selama
> 500 juta tahun terakhir. Struktur termal yang tetap ini kontras dengan
> struktur petrologinya yang bervariasi baik secara lateral maupun vertikal
> diikuti dengan tingkat depletion-nya yang berbeda-beda berdasarkan bukti
> garnet geochemistry. Variasi ini juga sejajar dengan kejadian seismic
> anisotropy. Thermal steady-state ini tidak diketahui apakah begitu juga
> untuk periode yang lebih tua, misalnya pada ujung Archean (2500 juta tahun)
> saat Slave Province mulai stabil. Indikasi dari paleogeothermal masih sulit
> untuk diduga-duga.
>
> Untuk mengetahui umur cratonic mantle “roots” digunakan isotop Re-Os
> (Renium-Osmium) dan isotop 187Osmium-188Osmium pada peridotit yang dibawa
> pipa kimberlit dari mantle lithosphere. Hasilnya bervariasi dari 3500 juta
> tahun sampai 500 juta tahun. Disimpulkan bahwa mantle lithosphere telah
> berperan dalam pembentukan craton pertama (3,5 Ga) juga “pengakaran”-nya
> (cratonic mantle “rooting”) kembali pada periode berikutnya (0,5 Ga).
>
> Geophysical imaging menunjukkan bahwa di bawah craton Archean ini ada
>  tumpukan mantle lithosphere yang membentuk sistem “perakaran” bagi craton.
>  Berdasarkan bukti-bukti geologi dan geokronologi, diketahui bahwa
> pembentukan tahap akhir dan amalgamasi mantle root ini terjadi 500-1000 juta
> tahun lebih kemudian daripada umur litosfer Archean yang membentuk craton.
>
> Demikian sedikit catatan dari artikel Canil (2008). Craton Canada adalah
> craton yang paling banyak dipelajari di dunia. Banyak riset tentang craton
> yang dilakukan di sini menjadi model untuk craton lain di seluruh dunia
> (seperti craton-craton di Australia, Afrika, Asia, Amerika).
>
> Pengetahuan ini tidak hanya untuk kepentingan ilmu pengetahuan geologi,
> tetapi juga telah bermanfaat untuk eksplorasi intan. Geophysical imaging-nya
> dapat dimanfaatkan untuk eksplorasi migas di intra-crattonic basin, dan
> struktur termalnya dapat dimanfaatkan dalam hal pengkajian pembentukan migas
> secara anorganik.
>
> Nah, di Kalimantan kita punya craton kecil (Schwaner) yang disebut dan
> disatukan dengan Laut Jawa sampai ke Malaya oleh Ian Metcalfe (1996)
> menjadi SW Kalimantan craton. Dan di Kalimantan, intan tak hanya ada di
> Martapura, tetapi juga di Purukcahu (KalTeng) dan Sanggau (KalBar). Mengapa
> kita tak mencoba mengkaji origin of diamonds in Kalimantan secara lebih
> serius ?
>
> Tetapi secara ringkas boleh disebutkan bahwa belum ada bukti intrusi pipa
> kimberlite ditemukan di Kalimantan. Pak Dr. Ade Kadarusman (INCO) yang
> pernah mempelajari asal intan di Kalimantan pernah menulis (2005)
> alternatif2 asal intan di Kalimantan sebagai berikut:
>
> -Ultrahigh pressure (UHP) metamorphic origin; source from Meratus Complex
> -Peridotitic origin (Pearson et al., 1995); source from Bobaris peridotite
> (largely based on Koolhoven and van Bemmelen description).
> -Meteoritic origin; presence of textites and impact-crater like structure
> in north Martapura
> -Kimberlite/lamproite origin (Bergman et al, 1987;1988; Spencer et al,
> 1988); source from the cratonic core of central Borneo (now eroded)
> -Lamproite origin (Parkinson et al, 2000); source from rifted Australian
> fragment containing diamondiferous craton.
>
> (4) Tidak ada hubungan antara superplume atau plume yang mungkin ada di
> bawah SE Sundaland dengan petroleum system Barito Basin yang Tersier. Kaitan
> ke heatflow mungkin kalau dihubung2kan bisa saja, tetapi harus dikaji lebih
> jauh. Mantle plume atau superplume mungkin ada pengaruhnya ke rifting Selat
> Makassar pada saat Paleogen, tetapi itu baru hipotesis spekulatif sebab
> mekanisme pembukaan Selat Makassar bisa dicari dengan berbagai pendekatan,
> dan apa yang terjadi sebenarnya bisa juga merupakan gabungan berbagai
> mekanisme (Satyana, 2003- Accretion and Dispersion
> of Southeast Sundaland : the Growing and Slivering of a Continent, Joint
> Convention of IAGI-HAGI; Satyana, 2010 - Crustal Structures of the Eastern
> Sundaland’s Rifts, Central Indonesia: Geophysical Constraints and Petroleum
> Implications, SEG-HAGI Convention).
>
> Demikian, semoga cukup menjawab pertanyaan2.
>
> salam,
> Awang
>
> --- Pada Sen, 17/10/11, Aditya Ariewijaya <adtarie32...@gmail.com>
> menulis:
>
>
> Dari: Aditya Ariewijaya <adtarie32...@gmail.com>
> Judul: Superplume (Plume Tectonic)
> Kepada: awangsaty...@yahoo.com
> Tanggal: Senin, 17 Oktober, 2011, 4:23 AM
>
>
> Selamat Pagi Pak Awang,
>
>
> Saya mahasiswa teknik geologi UGM, yang tempo hari mengikuti Course AAPG
> mengenai "Tectonics, Basin Cnfigurations, and Petroleum System" . Kemarin,
> karena keterbatasn waktu ada beeberapa pertanyaan saya yang tidak bisa saya
> ajukan. Terutama mengenai mantle plume (plume tectonic)
>
>
> 1. Superplume pada model maruyama adalah salah satu model dari superplume,
> mengenai kaitannya dan bagaimana terjadinya, adakah paper-paper lain
> mengenai plume tectonic ini? terutama model - model yang mampu mengakomodasi
> tectonic configuration yang terjadi di dunia (indonesia) yang telah mampu
> dijelaskan oleh lateral tectonic (Plate Tectonics)?
>
>
> 2. Dalam model Maruyama (1999), akan terjadi suatu intrusi ke arah kerak
> dari arah mantel, setelah terjadi akumulasi dari krak samudera pada mantel.
> Yang saya tanyakan, apakah yang mempengaruhi suatu Superplume yang menyembul
> ke atas (kerak) menjadi suatu
>
>
>
> - hot spot?
> - LIP (Large Igneous Province)?
> - sebagai "penggerak" dari spreading pada kerak?
>
>
>
>
>
> 3. Pda Model Maruyama (1999), terdapat superplume yang akan menuju ke arah
> kerak apbila akumulasi kerak samudera telah mencapai mantel bawah. Terkait
> dengan hal tersebut, ada teori yang saya pernah baca yang mengatakan ada
> keterkaitan antara intrusi hot spot yang muncul pada kraton, akan
> menghasilkan kimberlit, yang contohnya terdapat di Afrika. Kalimantan,
> Martapura, memiliki tambang berlian yang hingga kini hanya diketahui sebagai
> placer deposit (sejauh yg saya tahu). Yang ingin saya tanyakan; apakah
> mungkin kimberlit telah terjadi di Martapura (Kalimantan) akibat dari
> superplume yang terjadi tepat pada saat akumulasi krak samudera hasil
> subduksi akhir kapur mencapai ambang batasnya, dan akhirnya meengintrusi
> kraton (kerak benua) Sundaland dan menghasilkan kimberlit sebagai sumber
> dari placer deposit dari berlian di kalimantan?
>
>
> 4. Kemudian terakhir, apakah ada keterkaitan superplume yang terjadi
> berdasarkan pertanyaan no. 3, terhadap terjadinya petroleum system di
> cekungan Barito dan cekungan sekitarnya?
>
>
> Demikian hal-hal yang masih membingungkan dan menarik bagi saya untuk saya
> ketahui pak. Semoga pertanyaan saya ini tidak mengganggu kegiatan bapak.
> Maafkan apabila masih terdapat banyak salah istilah ataupun pemahaman yang
> salah dalam pertanyaan saya pak.
>
>
> Terimakasih sebesar-besarnya atas waktu yang diberikan.--
> Best Regards
> Aditya Ariewijaya TGL UGM '07
>
>
>
>
>
> --------------------------------------------------------------------------------
> PP-IAGI 2008-2011:
> ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
> sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
> * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
>
> --------------------------------------------------------------------------------
> Ayo siapkan diri....!!!!!
> Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29
> September 2011
>
> -----------------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
>
> For topics not directly related to Geology, users are advised to post the
> email to: o...@iagi.or.id
>
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net 
> <http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/%0AIAGI-net>Archive 2:
> http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted
> on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall
> IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct
> or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss
> of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any
> information posted on IAGI mailing list.
> ---------------------------------------------------------------------
>
>

Kirim email ke