Pak Koesoema ysh,

Perkenankan  saya ngobrol agak panjang sedikit.  Yang dimaksud katastrofi
disini tidak harus katastrofi global seperti letusan Toba yang konon
memusnahkan 95% populasi mahluk hidup (termasuk Homo Sapiens/manusia).  

Ahli geologi kita fasih bercerita tentang sedimentary basin dan proses
geologi dalam skala jutaan dan puluhan juta, terutama di Zaman Tersier.
Tapi cobalah tanya tentang sejarah geologi Indonesia dalam kurun satu juta
tahun terakhir dan lebih kritikal lagi dalam kurun 20.000 tahun terakhir,
proses geologi yang banyak membentuk bentang alam yang  kita lihat sekarang,
dimana terjadi kenaikan muka air laut dari -130m di bawah present sea level
samapi muka airlaut sekarang yang membuat daratan besar Sunda menjadi
sebagian besar tenggelam dan terpecah menjadi Jawa-Sumatra-Kalimantan dan
daratan besar Sahul terpecah menjadi Australia, wilayah NTT dan Papua.
Adakah bencana katastrofi yang terjadi?  Pengetahuan geologi kita pada
perioda ini masih sangat minim untuk menjawab apa-apa.   Dari rekonstruksi
Global Sea-level changes pada perioda 20.000 - ~14.800 tahun lalu msl (mean
sea level) naik 15m dari ~-125m (di bawah present msl) ke ~-110m, jadi
kenaikan rata-rata msl (mean-sea-level) sekitar 3 mm/tahun - artinya dua
kali lebih cepat dari the  present global Eustatic sea-level changes (1-2
mm/tahun).  Kemudian pada  ~14.800 BP terjadi kenaikan msl yang sangat tajam
- sekitar 30 meter dari -110m ke -85m hanya dalam kurun waktu ~1000 tahun
(paling lama) atau sampai dengan ~13.800 BP, artinya minimal rata-rata
naiknya Global sea level adalah 3cm/tahun!  Namun  mungkin saja naik 30
meter ini dalam tempo yang jauh lebih singkat, atau jangan-jangan "instant"
- pastinya tidak tahu karena datanya kurang banyak.  Dari 13.000 - 12.000 BP
air laut kembali naik ~20m total atau rata-rata naik 2cm/tahun  sehingga msl
menjadi -60m di tahun 12.000 BP; Laut Jawa masih sebagian besar daratan.
Sejak 11.000 - 7000-an BP air laut naik terus sampai sekitar   ~2m di atas
present sea level atau naik rata-rata sekitar 1.5 cm/tahun.  State of Art
pengetahuan kita belum mengetahui apa penyebab kenaikan laut yang sangat
cepat atau bahkan mungkin ada yang tiba-tiba tersebut.  Apakah semua itu
akibat akselerasi pencairan es karena pemanasan global akibat cosmic atau
atmospheric semata. Ataukan ada kejadian katastrofi geologi yang memicunya.
Ada seorang professor geologi dari US (saya lupa namanya) yang pernah
memberikan seminar di AGU Fall Meeting San Fransisco tahun 2000-an  bahwa
dia yakin bahwa ada  letusan gunung api Krakatau Purba yang meletus tahun
11,000 tahunan lalu, meskipun dari tafsiran Pararaton terjadinya sekitar
tahun 400 Masehi (menurut professor itu ini tafsiran salah).  Menurut hemat
saya, walau tidak ada katastropik besar yang tiba-tiba, naiknya airlaut
beberapa cm/tahun saja pastinya disertai oleh perubahan iklim yang
luarbinasa, dan ini  sudah LETHAL untuk (peradaban) manusia - jadi bolehlah
kita sebut "slow catastrophic" (ngarang sedikit pak J ).  

 

Kalo boleh saya menyerempet agama sedikit, Banjir besar nabi Nuh paling
masuk akal terjadi ketika perioda antara 14.800 sampai 7000 tahun lalu.
Setelah itu tidak ada banjir besar dalam sejarah geolog.  Lebih tua lagi
adalah ketika peralihan Jaman Es sebelumnya, yaitu sekitar 120.000 tahun
lalu, tapi terlalu tua saya kira karena ini terjadi ketika homo Sapiens
belum mengalami loncatan inteligensi pada sekitar 98.000 tahun lalu itu.
Saya lebih curiga lagi karena ada Ayat Qur'an bilang kurang lebih "Setelah
banjir besar itu maka Aku perintahkan bumi untuk menelan kembali air yang
dimuntahkannya" - artinya siapa tahu grafik Global Sea-Level Changes in the
last 20.000 years yang kita tahu itu "missing" satu "spike"tsunami, air laut
naik sangat-sangat tinggi  dengan cepat kemudian turun ke posisi yang tetap
lebih tinggi dari sebelumnya.  Wallahu Alam.

 

Hubungan dengan Sadahurip? Sekarang ini belum jelas.  Tapi hipotesisnya
apabila kita beranggapan bahwa manusia sekitar 10.000 tahunan lalu dan lebih
muda adalah primitif (misalnya atas dasar penemuan manusia Gua Pawon dan
banyak ditemukan artefak-artefak sederhana dari obsidian di sekitar danau
bandung purba), maka apabila ada orang yang bisa menemukan suatu tinggalan
purba pertanda ada peradaban maju yang umurnya lebih dari 10.000 tahun lalu,
apapun bentuknya (bisa berupa pyramid, bangunan lain, perangkat modern dari
logam dll)  baik di Sadahurip atau dimanapun di Indonesia, maka berdasarkan
prinsip geologi yang bapak ajarkan dulu ini berarti ada
KETIDAKSELARAN/UNCONFORMITY dari stratigrafi peradaban.  Dan
ketidakselarasan ini bisa "bencana katastropik geologi".  Alternatifnya,
mungkin ada perang 'bharatayuda' yang konon pake nuklir purba (kalau ini
bercanda Pak, maap) J 

 

Melanjutkan obrolan, barangkali Pak Koesoema ingat, dulu kita pernah ketemu
di bandara dan saya bertanya kepada bapak  tentang kenapa para ahli geologi,
paleontologi, arkeologi sepertinya yakin benar bahwa "10.000 BC and beyond
is always the STONE AGE" padahal kita pun yakin bahwa Homo Sapiens/manusia
sudah ada sejak paling tidak 150.000 tahun lalu!  Artinya kita terpaksa
yakin juga bahwa ras manusia ini pernah super dungu selama paling tidak
140.000 tahun - hidup dari gua ke gua terusss  J  Waktu itu Pak Koesoema
pergi sebelum menjawab pertanyaan saya ini.  Setelah itu saya masih
penasaran pak.  Kebetulan selang waktu kemudian pada bulan Desember 2010
saya bertemu dengan bekas pembimbing disertasi dulu di Caltech, Pak Kerry
Sieh, di Jakarta,  lalu saya tanyakan hal yang sama.  Beliau ini selain
dikenal sebagai si-mbah-nya earthquake geology khususnya paleoseismology,
tapi juga sangat menyukai dan menekuni sejarah.  Beliau selalu mengkaitkan
kronologis kejadian gempa-gempa besar dengan peristiwa sejarah besar dari
peradaban manusia (maksudnya supaya para mahasiswa lebih tertarik dan jadi
lebih gampang mengingat-nya).  Jawaban Pak Kerry: "berdasarkan fakta ilmiah
yang ada, memang benar manusia belum dapat menetap, bertani dsb, dan
bermasyarakat - alias tidak punya peradaban sebelum 10.000 BC". Alasannya:
karena sebelum Zaman Holocene Iklim Bumi tidak stabil alias ekstrim .
sehingga manusia hanya bisa sekedar bertahan untuk tetap hidup saja.  Kata
Pak Kerry lagi data-analisa "climate instability" ini sangat sahih.  Kami
diskusi masalah ini sampai ber-jam-jam dari sore sampai larut malam,
termasuk juga membahas bahwa walaupun Homo Sapiens sudah sejak 150.000 tahun
tapi ada penelitian evolusi DNA manusia yang memperlihatkan bahwa ada satu
loncatan intelegensi yang misterius pada sekitar 98.000 tahun lalu ( dimana
setelah itu sudah ada data artefak artefak yang mengindikasikan bahwa
manusia sudah kenal Tuhan).  Bagi saya tetap saja perioda antara 98.000 s/d
10.000 tahun lalu itu terlalu lama untuk 'memenjarakan' manusia, Sang
Khalifah di muka bumi, dalam Jaman Batu.   Coba kita bandingkan dengan
peradaban "high tech" yang kita kenal sekarang yang berkembang hanya dalam
kurun waktu ratusan tahun saja setelah ditemukannya Hukum Faraday, Maxwell,
dll.   Keesokan harinya, saya sarapan bersama Pak Kerry , kemudian
iseng-iseng saya perlihatkan foto G. Sadahurip yang memperlihatkan sisi yang
terlihat perfect pyramid.   Pak Kerry sangat piawai dibidang analisa
geomorfologi dan geologi Kuarter (di Caltech mengajar mata kuliah "The Past
Million Years").   Lalu saya tanya Pak Kerry, apakah dia bisa menerangkan
bagaimana proses geologi yang membentuk bukit seperti itu di lingkungan
batuan vulkanik Kuarter di lokasi ybs.  Singkat jawabannya: tidak gampang
dijelaskan.  Dibilang gunung api purba engga keliatan kawahnya, dibilang
sisa dari erosi sebuah intrusi - engga lazim bentuknya seperti pyramid
begitu, dsb,dll. Terus saya tambah jahil bilang bahwa hasil trenching di
puncak G. Sadahurip itu dan hasil  dating-nya adalah dari 7000 rb  s/d
10.500 carbon-dating Age (~lebih dari 11.000 BP) .  Singkatnya kemudian, Pak
Kerry bilang, tidak ada salahnya diteliti siapa tahu memang ada tinggalan
peradaban purba yang maju.  Saya masih ngoceh lagi "kalau ternyata benar ada
gimana"?  Pak Kerry bilang: "Well, then I and all other people in the world
are totally wrong, and you can forget what I said to you last night for
hours."  Itulah tantangannya.  "Nusantara, with all earthquakes, volcanoes
and  great floods, is a perfect place to bury and preserve ancient
civilization if they were exist".  Nah, mudah-mudahan sekarang Pak Koesoema
berkenan menjawab pertanyaan saya di bandara dulu itu Pak.  Haturnuhun.

 

Wass

Danny

 

From: koeso...@melsa.net.id [mailto:koeso...@melsa.net.id] an
Sent: Tuesday, January 31, 2012 8:33 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Susunan Acara Sarasehan BKP BENCANA
KATASTROPIK PURBA - SKP BSB

 

Bukankah katastrofi Toba itu 70.000 th yg lalu (atau lebih tepat 65.000).
Kekurangan satu 0 kalau 7000 th SM. Saya masih tetap tdk mengerti kalau
'piramid' Sadahurip dihubungkan dg katastrofi purba, apakah ada katastrofi
apa yg terjadi sehubungan dg Sadahurip itu? RPK

Powered by Telkomsel BlackBerryR

  _____  

From: Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com> 

Date: Tue, 31 Jan 2012 20:12:16 +0700

To: <iagi-net@iagi.or.id>

ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> 

Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Susunan Acara Sarasehan BKP BENCANA
KATASTROPIK PURBA - SKP BSB

 

2012/1/31 Ruskamto <rsoeri...@yahoo.com>

Ini kan ranah arkeologi, kok gak ada kutipan ahli sejarah ya.. Terlalu berat
kearah Geomythologist.. Dari logika awam arkeologi saja rasanya ada hiatus
budaya.. Peradaban piramid adalah 2,000 SM sedangkan budaya bernegara di
Tanahair yang mampu membuat artifak besar baru mulai abad ke 5, Kerajaan
Kutai. Dari skala waktu ada hiatus.. Pertanyaannya apakah 
ada kerajaan lebih tua dari Kutai ? 
Perioda tsb. dipengaruhi Hindu dan Budha dan di India gak kenal piramid..
Trus yang bikin piramid kerajaan apa ya.. Ternyata dari sudut sejarah saja
gak masuk logika.... 
Ruskamto

 

Pakdhe Rus, 

Kalau dugaannya Paleolithic ya mungkin saja. Artinya ini peninggalan mirip
Gua Pawon. Memang budaya saat itu dalam ranah "main-stream" arkeologi,
terjadi ketidak selarasan. Setahu saya Paleolithik di Indonesia saat ini
yang tertua kalau ga salah di Nias. Kalau dihubungkan dengan katastropik
saat itu barangkali berhubungan dengan Toba yang diperkirakan meletus 7000
tahun BC.

 

Memang tidak sebombastis penemuan kebudayaan moderen, seperti INCA atau
pertemuan UFO yang mampu terbang dsb. Tetapi mungkin mengisi sisi kosong
dalam pengungkapan perjalanan manusia paleolithic di Indonesia. Dimana jaman
itu manusia suka membuat tugu-tugu Menhir dengan batu. Nah yang jadi seru
karena adanya batuan panjang kotak-kotak mirip pilar, yang kalau geologist
bilang columnar joint tapi kalau orang sejarawan bisa menganggapnya batu
menhir

Mnurut bacaan beberpa sumber kebudayaan megalitik orintasi pada
kekuatan-kekuatan supra natural sebagai kepercayaan. Memang sering
berhubungan dengan keyakinan akan adanya kekuatan gaib pada benda maupun
makhluk hidup dan kepercayaan adanya kekuatan roh dan kekuatan pada arwah
nenek moyang dsb. 

Yang menarik buat saya, sejak kapan manusia ini mengenal tuhan, surga dan
neraka ? Karena yg pernah saya baca konsep adanya neraka (tempat dihukumnya
orang-orang jahat) dalam peradaban mesir kuno belum dikenal (cmiiw).

 

Sepertinya memang yang dikejar bukan sejarah Indonesia moderen, tetapi
sejarah kuno. 

 

rdp

 

Kirim email ke