Penelitian terbaru menunjukkan bahwa airtanah di sistem tertekan (confined aquifer) Jakarta memiliki umur yang lebih muda ...
Pertanyaan mendasar adalah apakah MEMANG airtanah memerlukan waktu yang sangat panjang untuk mencapai daerah lepasan (discharge)nya atau airtanah (yang diukur tersebut) itu SUDAH cukup lama berada di daerah tersebut? Ada baiknya hasil pengukuran tersebut disebandingkan juga dengan metode pengukuran untuk airtanah muda (0-60 th) seperti Tritium, CFCs dan banyak lagi.... Daerah resapan lebih dicirikan dengan gerakan airtanah yang menjauhi muka airtanah dan pengurangan tekanan head secara vertikal. Misal: jika muka airtanah berada hampir mendekati permukaan tanah (+ 0-0,5 m dpl) maka penanaman vegetasi tidak akan berdampak banyak. Daerah resapan lepasan inipun bersifat dinamis, pengambilan airtanah yang melebihi kemampuan kambuh (recovery)nya akan mengubah suatu daerah lepasan menjadi daerah resapan. Hal ini sudah terjadi di kota-kota besar Indonesia dan akan saya usulkan untuk dipresentasikan pada PIT IAGI tahun ini (jangan lupa kalau hari ini adalah batas akhir pengumpulan abstrak :) ..mudah-mudahan kali ini abstrak saya dapat diterima. Salam, Fajar (2114) "Pengambilan airtanah boleh-boleh saja, selama pengambilan ini dapat bersifat menerus (sustainable)" ________________________________ From: Bandono Salim <bandon...@gmail.com> To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, February 27, 2012 9:19 PM Subject: Re: [iagi-net-l] SELAMATKAN AIR SEKARANG Itu airtanah dalam. Kalau yang dangkal yaa tak setua itulah. Kan ada juga daerah resapan yang dekat. Powered by Telkomsel BlackBerry® ________________________________ From: Agus Mochamad Ramdhan <agusmr1...@yahoo.com> Date: Mon, 27 Feb 2012 05:29:07 -0800 (PST) To: iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id> ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> Subject: Re: [iagi-net-l] SELAMATKAN AIR SEKARANG Yth. Pak Bandono, Betul Pak, saya pernah juga mendengarkan presentasi isotop airtanah Bapak dari Batan, airtanah di Jakarta Utara memang berumur sangat tua, ada yang sampai berumur 10.000 Tahun. Kalau berumur 10.000 Tahun, sepertinya akan sulit untuk melakukan penggantian airtanah tersebut secara alamiah (mengandalkan dari daerah resapan). Diambil atau tidak diambil di daerah resapan, tetap akan terjadi amblesan kalau umur airnya demikian tua. Di daerah seperti ini, yang dapat dilakukan mungkin adalah program injeksi airtanah dalam. Tapi hal inipun tidak dapat mengembalikan tanah yang ambles, karena prosesnya yang irreversible. Berbicara mengenai amblesan tanah, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan: airtanah, beban bangunan, kompaksi alamiah, dan tektonik. Hal ini sangat menarik terutama untuk kota besar seperti Jakarta, dimana keempat faktor tersebut sangat boleh jadi hadir secara bersamaan. Salam, Agus MR From: Bandono Salim <bandon...@gmail.com> To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, 27 February 2012 8:04 PM Subject: Re: [iagi-net-l] SELAMATKAN AIR SEKARANG Ia aku pernah iseng ukur air tanah dari bogor baru sampai jakarta utara 10.000thn. Masalahnya kalau dihulu diambil, air tua tak tergantikan, penyedotan akan mengakibatkan amblesan dan membuatnya jadi daerah banjir. Hwarakadal mau apa? Powered by Telkomsel BlackBerry® From: Agus Mochamad Ramdhan <agusmr1...@yahoo.com> Date: Mon, 27 Feb 2012 04:59:20 -0800 (PST) To: iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id> ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> Subject: Re: [iagi-net-l] SELAMATKAN AIR SEKARANG Ikut urun rembug mengenai daerah resapan ini…Sering terjadi perdebatan mengenai daerah resapan ini: apakah airtanah di daerah resapan boleh diambil atau tidak?. Beberapa regulasi kalau saya tidak salah mempersyaratkan bahwa tidak boleh terjadi pengambilan airtanah di daerah resapan. Padahal, kalau menurut buku-buku teks hidrogeologi, justru pengambilan airtanah ‘dianjurkan’ untuk dilakukan di daerah resapan, dibandingkan dengan di daerah-daerah lainnya. Beberapa argumen yang diajukan untuk mendukung hal ini antara lain adalah: - Air di daerah resapan berumur relatif muda, sehingga tidak diperlukan waktu yang lama untuk pengisiannya. Di daerah bukan resapan (sebagai contoh daerah aliran), airtanah dapat berumur cukup tua. Sebagai contoh, analisis isotop di beberapa sumur airtanah di daerah Bandung Tengah (bukan daerah resapan) yang dilakukan oleh PAG (Pusat Airtanah dan Geologi Lingkungan/dulunya GTL) menunjukkan umur airtanah yang cukup fantastis, yaitu ribuan tahun (mungkin kawan-kawan PAG bisa menambahkan hal ini). Artinya di daerah bukan resapan ini, butuh ribuan tahun untuk airtanahnya dapat diisi kembali. Mungkin kita bisa sebutkan bahwa airtanah di daerah-daerah seperti ini adalah practically unrenewable resources. Sedihnya, airtanah yang relatif bagus itu, yang practically unrenewable itu, kadang-kadang digunakan sembarangan, misalnya hanya untuk mencuci motor bakar…ah… - Secara teori juga, di daerah resapan ini terdapat zona yang dinamakan ‘rejected recharge’, zona dimana air yang masuk ‘ditolak’ untuk meresap karena berbagai alasan hidrogeologis. Pengambilan airtanah di daerah recharge akan mengurangi ‘rejected recharge area’. Mungkin simplenya: semakin banyak air yang diambil di daerah resapan, semakin berkurang kejenuhan tanahnya, sehingga semakin banyak yang meresap. Jadi, sehubungan dengan konservasi airtanah, yang harus dilakukan di daerah resapan adalah mempertahankan fungsi resapannya, bukan tidak boleh mengambil airtanahnya. Correct me if I am wrong… Agus MR