di sumsel konsesinya PTBA diserobot bupati diberikan ke konco pating
militer..
what a bupati

2012/4/19 Bandono Salim <bandon...@gmail.com>

> **
> Hehehe kenyataan pak, yaa makanya itu, dari gaji, dari uang resmi ndak
> mungkin.
> Mungkin dia juga punya kp sendiri, dikelola rame2 dan/atau dijual.
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> ------------------------------
> *From: * Dedi Rustandi <dedi.rusta...@yahoo.co.id>
> *Date: *Thu, 19 Apr 2012 16:13:44 +0800 (SGT)
> *To: *<iagi-net@iagi.or.id>
> *ReplyTo: * <iagi-net@iagi.or.id>
> *Subject: *Re: [iagi-net-l] cukup menarik untuk disimak
>
> Pak salim,
>
> Jangan suudzon gitu. Enggak mungkin pak uang gituan buat beli heli pasti
> gampang ketahuan kalau jaman sekarang lagian jumlahnya masih kecil, gak
> tahu kalau dari yang jalur belakang2 hehehe.
>
> Salam
> DR
>
> --- Pada *Kam, 19/4/12, Bandono Salim <bandon...@gmail.com>* menulis:
>
>
> Dari: Bandono Salim <bandon...@gmail.com>
> Judul: Re: [iagi-net-l] cukup menarik untuk disimak
> Kepada: "Iagi" <iagi-net@iagi.or.id>
> Tanggal: Kamis, 19 April, 2012, 2:23 PM
>
> Ooo, saya kira meleg2 (bulat2) untuk pemerintah.
> Wah kan daerah sdh ambil pajak?, pantes bupati bisa beli heli, memang
> hokinya lagi baik.
>
> Yaa usul saja begitu, spy pln gak usah beli btbr, kan katanya BArang TUhan
> BAgi RAkyat?
>
> Salam.
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> ------------------------------
> *From: * Dedi Rustandi <dedi.rusta...@yahoo.co.id>
> *Date: *Thu, 19 Apr 2012 15:12:19 +0800 (SGT)
> *To: *<iagi-net@iagi.or.id>
> *ReplyTo: * <iagi-net@iagi.or.id>
> *Subject: *Re: [iagi-net-l] cukup menarik untuk disimak
>
> Pak Salim,
> 13,5% itu setau saya baru PNBP yang kalo ga salah dari PP PNBP atau Bagi
> Hasil *(PP No. 55 Tahun 2005*) terdiri dari 3-7% royalti (tergantung
> kualitas) yang jumlah totalnya dibagi-bagi pusat 20%, 16% prov, 32 kab
> penghasil dan 32% kab lainnya se provinsi.
>
> Sisanya Dana pengembangan 13,5% - royalty (3 sd 7%) itu buat pusat doang.
> Kalau ngambil yang 13,5% bisa ngamuk daerah karena berkurang revenuenya.
> Btw tapi itu ide yang bagus kalau bisa diimplementasikan.
>
> Kalau DMO diluar dari itu. Cuma yah itu PLN disuruh kompetisi sama
> kumpeni2 gede pasti kalah lah. menurut saya bagaimana kalau subsidi listrik
> itu berupa barang (batubara dan gas di tempat) bukan berupa uang. Atau
> aturan DMOnya diubah sehingga harga jual batubara tuk PLN maksimal yang di
> HBA bukan minimal seperti yang diterapkan saat ini.
>
> Salam,
> DR
>
>
> --- Pada *Kam, 19/4/12, Bandono Salim <bandon...@gmail.com>* menulis:
>
>
> Dari: Bandono Salim <bandon...@gmail.com>
> Judul: Re: [iagi-net-l] cukup menarik untuk disimak
> Kepada: "Iagi" <iagi-net@iagi.or.id>
> Tanggal: Kamis, 19 April, 2012, 1:29 PM
>
> Kenapa gak ambil bagian pemerintah yang 13,5%? Terima di tempat gitu loh.
> Sekalian sdh dioplos sesuai dengan spec teknis yang digunakan pln?
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> ------------------------------
> *From: * Dedi Rustandi <dedi.rusta...@yahoo.co.id>
> *Date: *Thu, 19 Apr 2012 13:29:40 +0800 (SGT)
> *To: *<iagi-net@iagi.or.id>
> *ReplyTo: * <iagi-net@iagi.or.id>
> *Subject: *Re: [iagi-net-l] cukup menarik untuk disimak
>
> Bicara soal kebijakan DMO, saya denger terhambat sama kebijakan kewajiban
> HBA (harga batubara acuan) atau ICRP (Indonesian Coal Reference Price) yang
> dikeluarkan tiap bulan....
>
> Jadi si PLN disuruh beli dengan harga pasar sedang kemampuan financial PLN
> yah tahu sendiri lah kalau disuruh diadu sama perusahaan2 luar pasti
> kalah...makanya PLN selalu ngeluh kekurangan batubara. Belum lagi masalah
> infrastruktur unloadingnya yang belum memadai....
>
> DR
>
> --- Pada *Kam, 19/4/12, yoga suryanegara <yoga_suryaneg...@yahoo.com>*menulis:
>
>
> Dari: yoga suryanegara <yoga_suryaneg...@yahoo.com>
> Judul: Re: [iagi-net-l] cukup menarik untuk disimak
> Kepada: "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id>
> Tanggal: Kamis, 19 April, 2012, 12:01 PM
>
> Nambahin aja infonya, sejak beberapa tahun yang lalu kita pun sudah
> memiliki apa yang disebut ICP Index = Indonesia Coal Price Index.
> Sebelum itu memang coal price kita mengacu pada info2 price yang
> dikeluarkan oleh beberapa institusi coal trader global, misalnya glencore
> dlsb.
> Saya pikir babapk2 kita yang di esdm juga punya beberapa kebijakan yang
> cukup ketat dalam memonitor inside trading dengan jalan transfer pricing
> yang mungkin dilakukan oleh para pelaku industri ini.
> Buat kumpeni2 besar mungkin sangat mudah untuk memonitornya, tapi yang
> relatif sulit adalah yang terjadi di kp2 kecil dan trader2 lokal.
>  Agak sulit memang untuk mengatasi dan membuktikan adanya kebocoran
> resource kita dari proses transfer pricing ini, hal ini terutama mungkin
> disebabkan karena beberapa hal, diantaranya: adanya sister atau head
> kumpeni yang didirikan oleh para pelaku industri di negara tetangga kita
> (singapur) walaupun kenyataannya area kerja mereka ada di indo, biasanya
> sister atau head kumpeni di singapur ini yang kemudian bertindak mengontrol
> proses marketing batubara itu ke customer.
> Yang kedua adalah bahwa sedari dulu, market comoditas tambang, apapun itu
> comoditynya, sudah banyak yang dikuasai oleh mafia trader2 besar, dimana
> mereka bisa dengan seenaknya mengatur harga pasar dunia.
> Dengan perkembangan yang terjadi semenjak 2002 dalam hal supply demand
> yang demikian intensive-nya, banyak akhirnya customer2 luar terutama china
> dan india yang langsung touch ke mining player di negara kita.
> Yang mungkin kita perlu cermati adalah bahwa saat ini banyak para pemilik
> pltu luar yang juga bertindak sebagai investor di tambang kita untuk
> menjaga jaminan kelangsungan supply. Yang jadi pertanyaannya adalah harga
> untuk coal yang disupply ke pltu mereka apakah juga mengikuti harga pasar
> atau seperti apa?
> Tapi saya percaya bapak2 kita di esdm telah memiliki kebijakan dan
> regulasi yang mengatur itu semua.
>
> Just info, sampai 1st kuartal produksi coal kita sudah mencapai 90 juta
> ton, dimana dimungkinkan sampai akhir tahun diperkirakan bisa tembus di
> angka 380-an juta.
> Semoga saja beberapa crash program-nya pltu2 yang selama ini sedang
> digarap dapat segera diselesaikan agar DMO dari sekian ratus juga produksi
> di atas dapat kita nikmati.
>
> Untuk di share:
> dalam kurun waktu 20-an tahun, produksi coal kita meningkat dari 3juta
> ke 300-an juta (seratus kali lipat)
> Dalam kurun waktu satu dekade dari tahun 2000, export kita meningkat dari
> 58 menjadi >220-an juta
> Dalam kurun waktu satu dekade dari tahun 2002, reserve kita meningkat
> dari 5.3 Bil ton menjadi >34-an bil ton (700 persen).
>
> Dari data terakhir ini terlihat bahwa perkembangan industri coal jauh
> lebih intensive dan produktif dalam hal kegiatan explorasi yang dilakukan.
>
> Bandingkan dengan perkembangan total reserve minyak kita yang justru
> menurun dari tahun 2000 ke 2009 dari 9.61 bil barrel menjadi 8 bil barrel.
> Mungkinkah jika industri minyak diperlakukan seperti coal akan memicu
> temuan2 baru dan besar seperti dalam coal industry?
>
> Ditambah lagi dengan keputusan pemerintah dalam hal added value untuk
> mineral comodity yang akan memicu penggunaan peningkatan energy secara
> besar. Hal ini akan memicu DMO akan semakin besar dalam penggunaan coal.
>
> Salam
> Ysn
>
>   *From:* "parlaunga...@gmail.com" <parlaunga...@gmail.com>
> *To:* IAGI <iagi-net@iagi.or.id>
> *Sent:* Thursday, 19 April 2012 12:54 PM
> *Subject:* Re: [iagi-net-l] cukup menarik untuk disimak
>  Urusan checking dan audit data keuangan domainnya BPK, kalau ada temuan
> transfer pricing baru dilaporkan ke KPK.
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>  *From: *"Bandono Salim" <bandon...@gmail.com>
> *Date: *Thu, 19 Apr 2012 01:16:29 +0000
> *To: *Iagi<iagi-net@iagi.or.id>
> *ReplyTo: *<iagi-net@iagi.or.id
> *Subject: *Re: [iagi-net-l] cukup menarik untuk disimak
>
> MrLaung, krn pemerintah minta di"jualkan" jatahnya, disini jadi sangat
> menarik. Kpk pernah cek tidak? Terus bgmana perusahaan menjual dgn harga
> murah pada anak perusahaan yang berdomisili di luar btas negara, dan anak
> ini jual mahal diluar? Hehehe pemerintah dpt 13,5% dari penjualan ke anak
> pershaan. Ini mrnarik untuk disimak.
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>  *From: *parlaunga...@gmail.com
> *Date: *Wed, 18 Apr 2012 03:08:28 +0000
> *To: *IAGI<iagi-net@iagi.or.id>
> *ReplyTo: *<iagi-net@iagi.or.id>
> *Subject: *Re: [iagi-net-l] cukup menarik untuk disimak
>
> Royalty adalah PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak) dan harus disetorkan
> ke Kas Negara bukan ke Kementrian ESDM. Pada pengaturan awal PKP2B, royalty
> yang 13,5% harus disetorkan dalam bentuk "in kind" atau berupa batubara.
> Ttp karena Pemerintah tdk mau repot aturan tsb dirobah, sehingga Pemegang
> PKP2B menyetorkan dalam bentuk uang (Pemerintah minta perusahaan menjualkan
> bagian negara yg 13,5% tsb lalu menyetorkan ke Kas Negara). Sehingga
> akibatnya jika Negara/Pemerintah perlu batubara harus membeli. Tks
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>  *From: *Hikmatulloh Geologist <hikmat_geolog...@yahoo.com>
> *Date: *Tue, 17 Apr 2012 19:54:03 -0700 (PDT)
> *To: *iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id>
> *ReplyTo: *<iagi-net@iagi.or.id>
> *Subject: *Re: [iagi-net-l] cukup menarik untuk disimak
>
>  berarti yg di dapat negara adalah royalti ya? masuk kedalam pendapatan
> ESDM? berarti dalam hal ini negara kurang bisa mengarahkan kemana batubara
> akan dijual oleh si perusahaan?
> mungkin perlu adanya regulasi tambahan untuk minerba untuk mengarahkan
> penjualan batubara oleh si perusahaan terhadap kepentingan kesejahteraan
> masyarakat indonesia. contoh,,Mewajibkan melakukan penjualan batubara
> kepada negara lebih dari 50% (misalkan). agar pihak PLN tidak kesulitan
> dalam pencarian batubara guna memperlancar proses operasionalnya,,sehingga
> dari pihak PLN bisa mudah dalam melakukan pengembangan pendirian pembangkit
> listrik dan masyarakat kita bisa merasakan listrik.
>
> Salam,
> FGMI,
>
> Hikmatulloh
>
>   *From:* "ajis...@ymail.com" <ajis...@ymail.com>
> *To:* "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id>
> *Sent:* Wednesday, April 18, 2012 8:53 AM
> *Subject:* Re: [iagi-net-l] cukup menarik untuk disimak
>  Royalti penjualan batubara disesuaikan dg harga batubara yg sesuai HBA
> atau newcastle index. Royalti IUP tsb bervariasi dari 3% dr harga jual, 5%
> dari harga dan maksimal 7% tergantung kalori, semakin tinggi kalori maka
> royalti akan mjd 7%. Sedangkan untuk PKP2B, royalti pemerintah adala 13.5
> persen dr harga jual. Akan tetapi tidak ada cost recovey spt di migas.
> Artinya gagal dan berhasilnya eksplorasi ditanggung sepenuhnya oleh prshn.
> Salam
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>  *From: *Hikmatulloh Geologist <hikmat_geolog...@yahoo.com>
> *Date: *Tue, 17 Apr 2012 18:26:45 -0700 (PDT)
> *To: *iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id>
> *ReplyTo: *<iagi-net@iagi.or.id>
> *Subject: *Re: [iagi-net-l] cukup menarik untuk disimak
>
>  kalau di batubara negara mendapatkan berapa persen batubara yg di keruk
> oleh perusahaan ya? apa sama sekali tidak kebagian karena kontraknya beda
> dengan migas? kalau negara tidak dapat batubara dari perusahaan yg mengeruk
> batubara,,apakah mungkin ini salah satu penyebab pihak negara dalam hal ini
> PLN sangat sulit untuk mendapatkan batubara untuk operationalnya..
>
>
> Salam,
> FGMI,
>
> Hikmatulloh
>
>   *From:* "ajis...@ymail.com" <ajis...@ymail.com>
> *To:* "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id>
> *Sent:* Wednesday, April 18, 2012 7:54 AM
> *Subject:* Re: [iagi-net-l] cukup menarik untuk disimak
>  Batubara langsung diawasi oleh dirjen minerba pelaksanaannya. Baik untuk
> PKP2B maupun IUP. Ada Pengawas Inspektur Tambang (PIT) yang dibagi bbrp
> zona dan selalu berkeliling tambang diseluruh Indonesia unt pengawasan
> safety, environment dan produksi. Salam SA Sekjen IAGI
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>  *From: *fatchur zamil <fatchurza...@yahoo.co.id>
> *Date: *Wed, 18 Apr 2012 08:44:41 +0800 (SGT)
> *To: *<iagi-net@iagi.or.id>
> *ReplyTo: *<iagi-net@iagi.or.id>
> *Subject: *RE: [iagi-net-l] cukup menarik untuk disimak
>
>   BUMN batubara kayaknya  PTBA = PT Bukit Asam yang mungkin kalah besar
> dari perusahaan lainya.
> Kalau ada BP Migas, kok gak ada ya BP Batubara yang mengontrol
> perusahaan2/PT2 batubara. Fz
>
> --- Pada *Rab, 18/4/12, Muharram Jaya Panguriseng <muhar...@pertamina.com>
> * menulis:
>
>
> Dari: Muharram Jaya Panguriseng <muhar...@pertamina.com>
> Judul: RE: [iagi-net-l] cukup menarik untuk disimak
> Kepada: "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id>
> Tanggal: Rabu, 18 April, 2012, 7:31 AM
>
>   Setuju dengan usulan Abah Yanto, namun barangkali bukan hanya sektor
> MIGAS yang perlu di-review lagi term & condition kontraknya, tetapi juga
> mineral logam dan batubara. Kalau sudah ada ANTAM yang punya hak pengelola
> beberapa WK mineral logam, kelihatannya perlu pula dibuat BUMN yang
> mengelola batubara (atau sudah ada ya?) agar hasilnya dapat dipergunakan
> sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, dalam pengertian kalau BUMN yang
> kelola hasilnya akan jadi pendapatan Negara dan mudah-mudahan kembali
> kepada rakyat.
> Banyak diantara kita yang kalau membahas masalah subsidi BBM dengan lancar
> mengulas pasal 33 UUD 45 tetapi kalau membahas harga emas, tembaga dan
> batubara yang sebagian hasilnya untuk pemilik perusahaan kok agak melempem
> ya he he he... Padahal kenaikan harga BBM sesungguhnya dinikmati oleh
> Negara (walaupun sebagian orang menganggap menyusahkan rakyat), sementara
> emas, tembaga, nikel, mangan, batubara dst lebih banyak dinikmati oleh
> perusahaan yang bersangkutan.
> Jadi pantas lah kalau saat ini orang-orang terkaya Indonesia didominasi
> oleh pemain batubara, sementara bagian yang diperoleh Negara tidak cukup
> untuk memperbaiki jalan raya yang dirusak selama pengangkutan batubara dari
> tambang ke pelabuhan. Harganya pun harga pasar…enak tenan
> pengusaha-pengusaha batubara ini.
>
> Salam,
> MJP – 3048
>
>
> *From:* nyoto - ke-el [mailto:ssoena...@gmail.com]
> *Sent:* Tuesday, April 17, 2012 3:55 PM
> *To:* iagi-net@iagi.or.id
> *Subject:* Re: [iagi-net-l] cukup menarik untuk disimak
>
>  Benar Abah, semua kekayaan alam ada ditangan negara dan oleh Pemerintah
> dimanfaatkan utk se-banyak2nya kemakmuran rakyat Indonesia, tapi Pemerintah
> kita dari dulu selalu nggak berani, terutama sama negara2 adidaya...repot
> dah.
>
>  wass,
>  nyoto
>
>  2012/4/17 Yanto R. Sumantri <yrs_...@yahoo.com>
>    Pak Yoga
>
>  Sebenarnya bukan "nasionalisasi" akan tetapi mungkin merubah term &
> condition dari DMO , dengan mewajibkan Kontarktor - nya menyerahkan lebih
> banyak lagi bagian roksinya untuk keperluan dometik.
>  Jadi judul beritanya agak agitatif.
>  Sebenarnya hal ini harus dilakukan oleh Indonesia , re-negosiasi ?
>  Mungkin saja , kenapa tidak ! Toh , "mineral right" ada ditangan negara
> melalui Pemerintah untuk se-besar2nya kesejahteraan rakyat.
>
>  si Abah
>
>    *From:* yoga suryanegara <yoga_suryaneg...@yahoo.com>
> *To:* iagi iagi <iagi-net@iagi.or.id>
> *Sent:* Tuesday, April 17, 2012 10:36 AM
> *Subject:* [iagi-net-l] cukup menarik untuk disimak
>
>   Nemu berita bagus dari Media Indonesia ttg apa yg dilakukan Argentina
> dlm hal kebijakan migas-nya
>
>
> http://www.mediaindonesia.com/read/2012/04/17/313465/39/6/Argentina-Nasionalisasi-Perusahaan-Migas-Asing
>
>
>  Salam
>  *Yoga Suryanegara*
>
>
> ***** This message may contain confidential and/or privileged information.
> If you are not the addressee or authorized to receive this for the
> addressee, you must not use, copy, disclose or take any action based on
> this message or any information herein. If you have received this
> communication in error, please notify us immediately by responding to this
> email and then delete it from your system. PT Pertamina (Persero) is
> neither liable for the proper and complete transmission of the information
> contained in this communication nor for any delay in its receipt. *****
>
>


-- 
Sent from my Computer®

Kirim email ke