Ya silahkan saja. Ini pendapat pribadi saja kok. Permasalahan seperti ini tidak hanya untuk pemeliharaan lingkungan juga bahkan soal HAM. Ini salah satu alasan mengapa Suharto dulu tidak serta merta menerima atau meratifikasi tentang aturan usia kerja. Di Indonesia banyak anak-anak yang bekerja. Ini sama halnya terjadi di Amerika pada awal kemerdekaannya. Setelah sekarang Amerika maju tentunya hal ini menjadi tidak lagi pantas. Pertanyaannya apakah Indonesia pantas hanya karena relatif baru merdeka ?
Juga safety. Dahulu keselamatan kerja di gedung tinggi Amerika dibangun oleh keberanian suku Indian yang dengan santai melenggang di ketinggian. Sekarang hal ini dianggap membahayakan dan ada aturan keselamatan yang sangat ketat. Dahulu ketika minyak muncrat keluar dari sumur, dianggap kesuksesan karena berarti sumurnya banyak minyaknya. Ingat foto yang memperlihatkan orang tersenyum didepan sumur yang muncrat. Saat ini gejala ini disebut Blow Out yang harus dihindari karena masalah lingkungan dan safety. Salam RDP 2012/6/8 <yanto...@yahoo.co.id> > ** > Bung Rovicky, > > Minta ijin mensharing email ini ke tetangga. > > Terimakasih, > > Yanto Salim > Powered by Telkomsel BlackBerry® > ------------------------------ > *From: * Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com> > *Date: *Fri, 8 Jun 2012 07:37:17 +0700 > *To: *<iagi-net@iagi.or.id> > *ReplyTo: * <iagi-net@iagi.or.id> > *Subject: *Re: [iagi-net-l] Ekonomi hijau..Ada buku baru > > Untuk negara-negara masju US dan EU, greenomics sudah sewajarnya bahkan > sudah seharusnya negara-negara maju ini menjalankannya. Karena mereka dulu, > ratusan tahun lalu, mereka sudah menghabiskan hutannya serta banyak > pertambangan yang sudah dikeruk. Kerja yang diakatakan ngawur ketika > memanfaatkan hutan ini telah menjadikan posisi mereka yg cukup tinggi saat > ini, diantara negara-negara lain di dunia. Kesadaran Greenomics muncul > setelah mereka sadar bahwa lingkungannya rusak ambyar akibat ulahnya itu. > Dengan ulah mereka itu jugalah akhirnya negeri-negeri ini memiliki posisi > "pengontrol dunia" baik mengontrol ekonomi, politik bahkan cara berpikir > yang lebih maju. > > Nagara-negara yang memiliki hutan rata-rata adalah negara yang berkembang > yang "belum sempat:" mengoptimumkan memanfaatkan hutannya namun sudah > dihantam dengan cara berpikir greenomics. > > Benar, Greenomics akan menciptakan lapangan kerja cukup banyak, ya itu > untuk negeri maju yang saat ini daya dukung lahannya sudah kacau seperti di > beberapa tempat di US dan EU. > > Apakah Greenomics akan menyelamatkan dan mengangkat negara-negara > berkembang menjadi setara dengan mereka ? Ataukah negara-negara berkembang > tetap nasibnya menjadi penyokong dunia termasuk menyokong habitat global > termasuk negara-negara maju ? > > Nah apa yang perlu kita sikapi dengan greenomics. Apakah negara-negara > yang masih "menyisakan hutan dunia" harus merawatnya atau kita ikut merayah > kekayaan hutan supaya ada "leverage" dan mendudukkan diri setara dengan > mereka ? > > Up 2 u > > RDP > 2012/6/8 amien widodo <amienwid...@yahoo.com> > >> Bapak bapak dan ibu ibu pecinta atau tertarik dengan EKONOMI HIJAU >> >> Transisi ke ekonomi hijau dapat menghasilkan hingga 60 juta pekerjaan >> >> Transformasi menuju ekonomi hijau bisa menghasilkan 15-60000000 pekerjaan >> tambahan secara global selama dua dekade berikutnya dan mengangkat puluhan >> juta pekerja keluar dari kemiskinan, menurut sebuah laporan baru yang >> dipimpin oleh * ILO / UNEP bersama Green Jobs Initiative. >> >> lenkapnya silahkan baca disini >> >> http://www.environmental-expert.com/news/transition-to-green-economy-could-yield-up-to-60-million-jobs-297462 >> >> >> Silahkan menikmati >> Buku Laporan - *Working towards sustainable development: Opportunities >> for decent work and social inclusion in a green >> economy<http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_emp/---emp_ent/documents/publication/wcms_181836.pdf> >> * >> >> >> >> >> Aw >> > > > > -- > *"Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari"* > -- *"Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari"*