Bosman

Mungkin anda bisa menangkap kekhawatiran dan suudzon saya tentang hal
ini. Terutama ketika berbicara lingkungan dan menyangkut "carbon
trading". Carbon trading ini (dibenak saya) seolah sebuah penciptaan
komoditi baru (yang tidak riil). Memperjual belikan "barang" dimana
"barang" ini (dikatakan) akan dipakai untuk "menyelamatlkan bumi".
Namun "barang" ini sangat sarat dan jenuh dengan tehnologi. Dan
ujung-ujungnya yang memperoleh keuntungan terbesar dalam jual beli
"barang" ini adalah mereka yang memiliki tehnologi.

Misalnya memanfaatkan sampah untuk menghasilkan listrik. Dengan
memanfaatkan sampah yang diubah menjadi listrik, kita memperoleh
insentif karena mengurangi emisi karbon ke udara. Ntah seperti apa
ngitungnya, tetapi ada insentif supaya project ini menjadi ekonomis.
Tentusaja, untuk menjalankan proyek ini perlu tehnologi khusus yang
dikuasai oleh negeri maju. Artinya pemilik tehnologi ini telah
menciptakan pasar yang baru dibuatnya supaya tehnologinya laku.

Dulu mereka menjajah dengan penguasaan dan mencerabut dan merampas
kemerdekaan, kemudian menjarah dengan melalui perdagangan dan akhirnya
menjarah dengan tehnologi.

Sorry aku masih suudzon tentang carbon trading

RDP

2012/6/8 bosman batubara <bosman200...@yahoo.com>
>
> Saya pernah berdiskusi soal green economy ini di salah satu group FB; maap
> ya untuk copas-nya. meramaikan diskusi aja.
>
> ***
>
> Dalam sekitar sebulan ke depan akan berlangsung Konferensi Rio+20. banyak
> hal yang berubah dalam 20 tahun terakhir, mobile phone, internet dan
> facebook merupakan beberapa di antaranya.
>
> saya dengar2 agenda pembahasan utama di Rio+20 adalah permasalahan "Green
> Economy".
>
> Pada prinsipnya green economy adalah bagian dari sustainable development.
> melakukan pembangunan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ekologi dan
> lingkungan. merubah paradigma ekonomi ekstraktif ke ekonomi dengan emisi
> karbon yang lebih rendah, lebih elasitis terhadap iklim, lebih inklusif
> secara sosial, lebih efisien dalam penggunaan resources, dan tentu saja
> menghargai ecosystem services.
>
> Eropa (terutama bagian barat dan skandinavia) adalah contoh yang lumayan
> sukses, meski belum semuanya, melaksanakan Green Ekonomi ini. Mereka sanggup
> menarik investasi dan menciptakan lapangan kerja dari berbagai sektor Green
> Ekonomi, sehingga konsep Green Ekonomi tidak melulu menjadi macan kertas.
>
> Ada memang negara yang tampil secara mengejutkan seperti Brasil yang
> dibawah Presiden Lula sukses mengangkat 30 juta penduduknya dari bawah garis
> kemiskinan, dan menargetkan akan mengangkat sekitar 50 juta lagi di bahwa
> Presiden Roussef dengan resep yang sama.
>
> Kritik terhadap pertumbuhan ekonomi Brasil yang begitu bagus adalah: bahwa
> resep yang mereka gunakan masih bergantung pada ekstraksi sumber daya alam
> seperti minyak, yang jelas tidak sustainable. Masih ada cara yang lebih
> sustainable dalam menggunakan SDA dan akan mengangkat lebih banyak populasi
> Brasil dari bawah garis kemiskinan.
>
> Di Indonesia, meski pertumbukan tidak sefantastis Brasil, resep yang
> digunakan tetaplah sama: mengandalkan ekonomi ekstraktif SDA yang tak
> sustainable.
>
> Barangkali kekhawatiran kalangan Selatan selama ini bahwa :"Green Economy"
> adalah sebuah konsep yang dilahirkan di Eropa (dimulai dari perkembangan isu
> lingkungan di Denmark dan Swedia sekitar awal 70-an), dan sekarang menjadi
> komoditas yang akan menyebabkan ketergantungan, persis seperti yang
> sudah-sudah. Tetapi aku pikir kekhawatiran ini agak tidak proporsional
> karena "green economy" bukanlah sebuah halaman guideline yang sudah jadi,
> tetapi perlu improvisasi di sana-sini termasuk kreasi di tingkatan lokal.
>
> Lantas apa kepentingan kalangan seperti Eropa untuk melakukan kampanye
> Green Economy dan mulai mentraining banyak orang dari Selatan? Mungkin kalau
> ditelisik lebih jauh, pasti memang ada logika ketergantungan di dalamnya,
> itu tidak bisa dihindari. Mulai dari ketergantungan epistemologi sampai ke
> ketergantungan teknologi. Tetapi, hal yang paling besar di atas itu semua
> adalah, karena kita semua hidup dalam satu Bumi. Degradasi lingkungan di
> Selatan, akan berdampak bagi mereka di Utara (keywords untuk yang terakhir
> ini: Climate Change, Virtual Water); dan sebaliknya.
>
>
> tabik
> bosman batubara
>
> ________________________________
> From: Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Sent: Friday, June 8, 2012 9:24 AM
>
> Subject: Re: [iagi-net-l] Ekonomi hijau..Ada buku baru
>
> Ya silahkan saja. Ini pendapat pribadi saja kok.
> Permasalahan seperti ini tidak hanya untuk pemeliharaan lingkungan juga
> bahkan soal HAM. Ini salah satu alasan mengapa Suharto dulu tidak serta
> merta menerima atau meratifikasi tentang aturan usia kerja. Di Indonesia
> banyak anak-anak yang bekerja. Ini sama halnya terjadi di Amerika pada awal
> kemerdekaannya. Setelah sekarang Amerika  maju tentunya hal ini menjadi
> tidak lagi pantas. Pertanyaannya apakah Indonesia pantas hanya karena
> relatif baru merdeka ?
>
> Juga safety. Dahulu keselamatan kerja di gedung tinggi Amerika dibangun
> oleh keberanian suku Indian yang dengan santai melenggang di ketinggian.
> Sekarang hal ini dianggap membahayakan dan ada aturan keselamatan yang
> sangat ketat.
>
> Dahulu ketika minyak muncrat keluar dari sumur, dianggap kesuksesan karena
> berarti sumurnya banyak minyaknya. Ingat foto yang memperlihatkan orang
> tersenyum didepan sumur yang muncrat. Saat ini gejala ini disebut Blow Out
> yang harus dihindari karena masalah lingkungan dan safety.
>
> Salam
>
> RDP
>
> 2012/6/8 <yanto...@yahoo.co.id>
>
> Bung Rovicky,
>
> Minta ijin mensharing email ini ke tetangga.
>
> Terimakasih,
>
> Yanto Salim
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> ________________________________
> From: Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>
> Date: Fri, 8 Jun 2012 07:37:17 +0700
> To: <iagi-net@iagi.or.id>
> ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id>
> Subject: Re: [iagi-net-l] Ekonomi hijau..Ada buku baru
>
> Untuk negara-negara masju US dan EU, greenomics sudah sewajarnya bahkan
> sudah seharusnya negara-negara maju ini menjalankannya. Karena mereka dulu,
> ratusan tahun lalu, mereka sudah menghabiskan hutannya serta banyak
> pertambangan yang sudah dikeruk. Kerja yang diakatakan ngawur ketika
> memanfaatkan hutan ini telah menjadikan posisi mereka yg cukup tinggi saat
> ini, diantara negara-negara lain di dunia. Kesadaran Greenomics muncul
> setelah mereka sadar bahwa lingkungannya rusak ambyar akibat ulahnya itu.
> Dengan ulah mereka itu jugalah akhirnya negeri-negeri ini memiliki posisi
> "pengontrol dunia" baik mengontrol ekonomi, politik bahkan cara berpikir
> yang lebih maju.
>
> Nagara-negara yang memiliki hutan rata-rata adalah negara yang berkembang
> yang "belum sempat:" mengoptimumkan memanfaatkan hutannya namun sudah
> dihantam dengan cara berpikir greenomics.
>
> Benar, Greenomics akan menciptakan lapangan kerja cukup banyak, ya itu
> untuk negeri maju yang saat ini daya dukung lahannya sudah kacau seperti di
> beberapa tempat di US dan EU.
>
> Apakah Greenomics akan menyelamatkan dan mengangkat negara-negara
> berkembang menjadi setara dengan mereka ? Ataukah negara-negara berkembang
> tetap nasibnya menjadi penyokong dunia termasuk menyokong habitat global
> termasuk negara-negara maju ?
>
> Nah apa yang perlu kita sikapi dengan greenomics. Apakah negara-negara
> yang masih "menyisakan hutan dunia" harus merawatnya atau kita ikut merayah
> kekayaan hutan supaya ada "leverage" dan mendudukkan diri setara dengan
> mereka ?
>
> Up 2 u
>
> RDP
> 2012/6/8 amien widodo <amienwid...@yahoo.com>
>
> Bapak bapak dan ibu ibu pecinta atau tertarik dengan EKONOMI HIJAU
>
> Transisi ke ekonomi hijau dapat menghasilkan hingga 60 juta pekerjaan
>
> Transformasi menuju ekonomi hijau bisa menghasilkan 15-60000000 pekerjaan
> tambahan secara global selama dua dekade berikutnya dan mengangkat puluhan
> juta pekerja keluar dari kemiskinan, menurut sebuah laporan baru yang
> dipimpin oleh * ILO / UNEP bersama Green Jobs Initiative.
>
> lenkapnya silahkan baca disini
>
> http://www.environmental-expert.com/news/transition-to-green-economy-could-yield-up-to-60-million-jobs-297462
>
> Silahkan menikmati
> Buku Laporan - Working towards sustainable development: Opportunities for
> decent work and social inclusion in a green economy
>
>
>
>
> Aw
>
>
>
>
> --
> "Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari"
>
>
>
>
> --
> "Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari"
>
>



--
"Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari"

--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2011-2014:
Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com
Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com
--------------------------------------------------------------------------------
Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012.
Kirim abstrak ke email: pit.iagi.2012[at]gmail.com. Batas akhir pengiriman 
abstrak 28 Februari 2012.
--------------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email 
to: o...@iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke