Wah , perumpamaan Cak Phie OK banget .
Tapi pagi ini saya baca koran Suara Rakyat Merdeka Pak WaMen ESDM mengatakan 
Mahakam akan diberikan kepada PTM ,tetapi harus menggandeng BUMD ,dan (in yang 
agak aneh) juga KKKS.
Saham (???) PTM minimal sekali lagi minimal 51 % - 70 %.
Menarik sekaligus agak membingungkan berita ini !!!

si Abah




________________________________
 From: Achmad Luthfi <aluthfi...@gmail.com>
To: "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id> 
Sent: Monday, October 22, 2012 1:02 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?,
 

Pak Avi, Natuna D Alpha itu dulu dihuni Janggo Exxon, Janggo lebih serem. 
Sedangkan Blok Mahakam dihuni Total gayanya mirip James Bond yang flamboyan 
dikerubungi cewek. Ya gak salah Wamen milih ngerjain PR yang serem Janggonya 
kalau melotot. Kan dulu Janggo juragannya Cak Avi


On Sunday, October 21, 2012, rakhmadi avianto  wrote:

Dear all SEMANGAT PAGI
>
>Saya kira mana yg LEBIH Penting antara Blok Mahakam dan Natuna D-Alpha, 
>jawabannya simple, Natuna kurang penting..... yg urgent justru Blok Mahakam. 
>Itu saja kelihatan bahwa statement pak Wamen udah SALAH ..... sekali lagi 
>SALAH.
>
> Kalau di lihat back ground pak Wamen ini setahu saya, blio ini adalah ahli di 
>bidang drilling operation, jadi bagaimana sbg "drilling engineer" bisa tahu 
>mengenai blok Mahakam as a whole, mungkin IAGI perlu menerangkan kepada beliau 
>tentang blok Mahakam ini. Secara praktisi di Oil and Gas blio memang telah 
>berhasil dalam memadamkan Blow-out di JOB Petrochina dg membuat Relieve well, 
>demikian juga yg blio usulkan untuk BP-1 nya Lapindo. Padahal dalam akuisisi 
>blok yg maju duluan kan G&G, kalau G&Gnya udah OK baru Drilling dan Facilitis 
>diperlukan untuk scoping potential Capex yg di butuhkan untuk menghitung 
>ke-ekonomiannya. Seingatku di Migas itu sangat jarang pakar G&G migas (apa aku 
>salah ya? mohon maaf sebelumnya), pakar ini dalam artian orang yg betul2 
>pernah berkecimpung di O&G bukan yg cuman baca, shg karena blio tidak punya 
>penasehat ahli di biadng G&G maka pak Wamen mereka-reka sendiri shg 
>menimbulkan statement yg ANEH.
>
>Menambahin masukan dari pak Luthfi dan mungkin masukan buat pak Ong mengenai 
>financial di TEPI, mestinya jauh lebih bagus dari di Arun, bbrp bulan yg lalu 
>saya ikut evaluasi blok Arun-NSO...yg kebetulan mau di "spin off" punya 
>ExxonMobil yg mau expire di 2019, projected cash flownya di 2012 sekitar 
>USD250jt-an turun turun "as production declined" krn dipakai"mode do nothing" 
>sampai sekitar USD80jt di ahir kontrak, dg total NPV @12% DCF maka dapat 
>USD830jt net (2012-2019), memang di 2019 cash flow tinggal USD 80jt (hampir 
>1T), kalau blok ini di lepas jadi kan yg ambil bisa dapat sekitar 1T di tahun 
>2020 (harap di ingat net 1T itu buat ExxonMobil loh). Nah up-side potentialnya 
>juga ada, lah ini kan artinya dapat tambahan P1+P2 gratis, krn lokasi 
>Prospectnya sudah di bor, ada oil ada gas ada lognya ada DST data apa lagi. 
>Untuk hal yg sama tentunya berlaku buat blok Mahakam. Dengan demikian Negara 
>banyakan untungnya, karena kalaupun Pertamina dapat split
 60:40 (in favor for GOI), tapi yg 40% itu kan larinya ke pemerintah juga, 
artinya kalau perlu sewaktu-waktu Negara bisa aja menjualnya aset Pertamina ke 
Lokal or ASING shg Negara tetap dapat 100%. Kalau di split 85:15, yg 15% kan 
semuanya lari dari GOI dan GOI harus menanggung burden CR yg cukup besar krn 
per Bule itu budgetin/th sekitar USD400K itu yg paling bawah, kalau yg boz boz 
bisa sampe USD700K/th. Kalau Senior VP Nasional paling USD100K-150K, jadi 
secara ekonomi dg memberdayakan Pertamina maka:
>
>1. Untung Pemerintah 100% tidak 85% spt kalau yg mengerjakan orang luar.
>2. Beban CR akan lebih kecil
>3. Bottom line Pendapatan pemerintah pasti lebih BESAR
>
>Ayo apa lagi...... Mohon pak Ong mempelajari ini.
>
>I used to respect pak Wamen when he was proposing Lapindo but now he is 
>totally different person.
>
>Aku memerlukan menonton life X-fire antara pak Wamen, Kurtubi dan Marwan 
>Batubara di TV, aku dulunya juga agak minor sama Kurtubi tapi setealah melihat 
>di TV ternyata Kurtubi memang lebih make sense pola pikirnya, jelas2 pak Wamen 
>di X-fire tersebut menyatakan "Pertamina punya luas wilayah 47% tapi 
>produksinya no.3" ini jelas jelas pembodohan publik, begitu blio ngomong itu 
>maka pak marwan langsung membantahnya, bahwa pak Wamen telah melakukan 
>pembodohan publik dg mengeluarkan statement itu. Kita semua tahu yg aktif di 
>perminyakan bahwa luas wilayah tidak selalu sama dg jumlah reserves di 
>subsurface, tapi reserves itu memang terletak di kedalaman dan lapisan 
>tertentu di daerah tertentu, tidak di semua lokasi.
>
>Aku yakin se yakin yakinnya pak Wamen ini sekarang lagi maen "mumpet show" 
>atau si "cepot"
>
>
>Salam
>Avi
>Tiadk pernah kerja di Pertamina tapi betul2 PRIHATIN dg statement Wamen lately.
>
>
>2012/10/22 Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>
>
>Ada satu alinea menarik dari tulisan Pak Wamen yg menurut saya akan 
>memperlihatkan strategi Pak Wamen. Atau mungkin strategi pemerintah, karena 
>bagaimanapun Wamen ESDM ini posisinya tertinggi dalam kompetensi perminyakan. 
>Ya, karena Pak Jero bukan ahli migas (energi).
>>
>>
>>Quote "Jadi, biarkanlah saya tidak TERKECOH oleh isue BLOK MAHAKAM, karena 
>>BLOK EAST NATUNA bagi saya lebih urgent karena POA nya akan berakhir di akhir 
>>november 2012, sehingga harus segera diputuskan, apakah permintaan insentif 
>>tersebut diterima atau tidak oleh pemerintah."
>>
>>
>>Saya rasa mendiskusikan hal ini, mungkin dapat kita lihat sejauh mana sense 
>>of urgency. Ketika dihadapkan pada satu pilihan yg unik, setiap orang akan 
>>menunjukkan aslinya. Tulisan diatas memperlihatkan kalimat Pak Wamen yg tidak 
>>terdistorsi oleh wartawan.
>>
>>
>>Bagaimana menurut anda strategi Pak Wamen ini ? 
>>Siapa yg terkecoh, dan siapa yg mengecoh ?
>>
>>
>>Rdp
>>
>>-- 
>>"Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari"
>>
> 

Kirim email ke