Ibaratnya Punya sawah sendiri dikerjakan sendiri ,  buruh sendiri/buruh lokal  
dg upah murah shg hasil panennya bisa  murah untuk memenuhi kebutuhan keluarga 
sendiri dg harga yg terjangkau,{ maklum keluarganya hanya bisa beli dg harga  
murah}
Kalau puso ditanggung sendiri sendiri

  
Sent by Liamsi's Mobile Phone

-----Original Message-----
From: "Bandono Salim" <bandon...@gmail.com>
Date: Thu, 1 Nov 2012 23:15:05 
To: Iagi<iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: Re: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

Nggak laku dijual? Pakai sendiri saja, wong rAkyat di jawa banyak yang pake 
gas, dan sering agak sulit dapatnya. Atau mobil2 tambang di bpakai kon verter 
supaya pakai gas, hemat diesel/solar yang jauh lebih mahal.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: yustinus yuwono <yustinus.suyatno.yuw...@gmail.com>
Date: Thu, 1 Nov 2012 22:37:59 
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: Re: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?
Itung-itungan profit dan resiko yang bagus sekali P Ong,
Yang gini-gini memang harus dicermati bok!
Salam,
YSY

On 11/1/12, Ong Han Ling <wim...@singnet.com.sg> wrote:
> Pak Avi,
>
>
>
> Saya berpikir mengapa teman-teman dari IAGI, tetap berpikir "pokoknya
> Pertamina". Mungkin kita berbeda  karena persepsi risiko yang berbeda
> perihal extension Mahakam?
>
>
>
> Saya melihanya begini:
>
> 1.       Total telah mengambil risiko besar sekali tahun 1967 dengan
> ditemukan gas yang pada waktu itu tidak ada harganya di Kalimantan. Badak
> adalah salah satu dari tiga world Class LNG plant pertama didunia.  Karena
> memang gas pada waktu itu tidak laku dipasar domestik, DMO tidak ada.
> Inilah
> adalah salah satu penyebab utama perusahaan Perncis CFP (Compagnie
> Francaise
> du Petrole) yang masuk Indonesia tahun 1967, menjadi perusahaan raksasa
> Internasional Total. LNG dijual dengan harga tinggi karena dipatok dengan
> harga minyak. Reward-nya bagi Total juga besar sekali selama 45 tahun tanpa
> dibebania DMO. Teori high risk - high reward berlaku. Waktu CFP masuk
> Indonesia tidak ada apa-apanya dibandingkan Pertamina. Sekarang terbalik.
> Dengan demikian juga dapat dimengerti bahwa keuntungan yang demikian
> besarnya menjadi orang iri dan sebagai konsekwensi kita katakan pada Total,
> "Enoug is enough", dan Pertamina akan ambil over.
>
> 2.       Mahakam sudah dioperasikan selama 40 tahun hingga subsurface,
> perilaku reservoir, dan production decline curve sudah kita ketahui
> sifat-sifatnya dengan betul.  Jadi dari sudut production, dari sudut
> cadangan, dari sudut operasi dengan memakai orang-orang Indonesia sendiri,
> dan dari sudut marketing ke Taiwan dan Jepang semua sudah confirm sampai
> selesainya kontrak tahun 2017 dan tidak akan ada soal. Tingkat keberhasilan
> tinggi sekali, 90%.
>
> 3.       Menurut saya teman-teman dari IAGI melihatnya sampai disini saja.
> Risiko kecil. Keuntungan besar. Kenapa tidak diberikan saja kepada
> Pertamina.
>
> 4.       Namun saya melihatnya beyond 2017, yaitu setelah selesainya
> kontrak
> dengan Total dan lapangan minyak dikembalikan kepada ESDM. Dengan
> selesainya
> kontrak, putuslah kontrak dengan pembeli luar negeri. Harga LNG dilempar ke
> pasar bebas dan harus dirunding lagi. Pembeli lama tidak mau dengan harga
> lama karena kebetulan sekarang pasaran LNG sangat berlainan. Pembeli ingin
> melepaskan terkaitannya dari harga minyak. Hal ini disebabkan karena
> penemuan gas secara besar-bersaran di Western Australia, CBM di Queenland,
> dan baru-baru ini shale gas di USA dan Canada.  Sekarang ini sekeliling
> Pacific basin sedang dibangun 9 LNG Plant dan 14 dalam perencanaan. Harga
> gas di USA anjlok dari $7/mmbtu beberapa tahun yang lalu menjadi $2/mmbtu.
> Semua receiving LNG terminals di US dirubah menjadi LNG plant untuk ekspor.
> Karena harga gas di US anjlok, Quatar akan mengalihkan penjualan LNG ke
> Asia
> Pacific yang paling lucrative. Demikian juga Alaska yang kelebihan gas
> karena terlalu mahal untuk kirim lewat pipa ke continental US dan bahkan
> Lousiana lewat Panama canal yang telah diperlebar (lih., email Bambang
> Istadi, 25 Oct.). Petronas sedang menungu izin ekspor dari Canada dan jika
> diberikan akan menanam US$5.5 milliar untuk LNG Plant dari shale gas di
> British Columbia dengan tujuan exspor ke Malaysia.
>
> 5.       Disinilah risiko timbul. Saat ini harga LNG sangat tidak menentu.
> Bagaimana dengan envronmental issue untuk CBM dan shale gas? Bagaimana
> kalau
> US dan Canada membatasi atau bahkan melarang ekspor LNG mengingat security
> energy dimana mereka tidak ingin ketergantungan dari Middle East oil. Atau
> Jepang yang sekarang akan menutup semua nuclear power plant dalam kurun
> waktu 20 tahun, berubah pikiran setelah masyarakat Jepang disuru membayar
> harga energy yang jauh lebih mahal? Bagaimana kalau Taiwan dan Korea pindah
> ke Nuclear atau energi lainnya seperti angin dan matahari yang sekarang
> sedang maju-majunya? Dll. Karena faktor tidak menentu ini, harga LNG kita
> berikan probability sebesar 50%. Berarti operasi Mahakam untuk mengharapkan
> keuntungan seperti yang diharapkan sebelum-sebelumnya, "probablility of
> sukses" berubah menjadi 90X50% atau hanya 45%. Ini berarti mengelola
> Mahakam
> mengandung risiko tinggi, tidak lagi seperti sebelumnya yang 90%. Karena
> risiko tinggi, maka itu saya cenderung untuk dilakukan tender dan Pertamina
> diberi preference, entah matching, 10% atau berapa saja, tetapi for sure
> not
> "Pokoknya Pertamina". Menurut tulisan Pak Luthfi, "rasanya matching bagi
> Pertamina tidak jadi soal". Menurut saya memberikan preference 10-15%
> adalah
> fair. Preference diberikan untuk hal-hal yang tidak terukur seperti
> kebanggaan, nasionalism, Indonesian content, dsb.
>
> 6.       Inilah yang perlu dipikirkan oleh Pertamina waktu mengambil
> extension Mahakam, tidak hanya dari sudut operasi yang relatip mudah tetapi
> juga dari sudut harga LNG "beyond 2017".
>
> 7.       Dalam extension nantinya akan ada 10% Indonesia participation.
> Biasanya diberikan kepada daerah. Saya pikir kalau lobbying kita kuat,
> mungkin Kanwil IAGI Kaltim bisa minta 10% share untuk dijual kepada
> anggotanya. Disini baru terlihat sokongan kita kepada Pertamina, tidak
> dengan kata tapi dengan perbuatan, yaitu ikut investasi di Mahakam setelah
> 2017.
>
>
>
> Maaf sekali lagi kalau tidak lagi.
>
>
>
> HL Ong
>
>
>
>
>
> From: rakhmadi avianto [mailto:rakhmadi.avia...@gmail.com]
> Sent: Monday, October 22, 2012 1:10 PM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?
>
>
>
> Iya deh, tapi sekarang gue udah diluar boz Luthfi, bener juga tuh Jango dan
> 007 ....
>
> Avi
>
> 2012/10/22 Achmad Luthfi <aluthfi...@gmail.com>
>
> Pak Avi, Natuna D Alpha itu dulu dihuni Janggo Exxon, Janggo lebih serem.
> Sedangkan Blok Mahakam dihuni Total gayanya mirip James Bond yang flamboyan
> dikerubungi cewek. Ya gak salah Wamen milih ngerjain PR yang serem
> Janggonya
> kalau melotot. Kan dulu Janggo juragannya Cak Avi
>
>
>
> On Sunday, October 21, 2012, rakhmadi avianto wrote:
>
> Dear all SEMANGAT PAGI
>
> Saya kira mana yg LEBIH Penting antara Blok Mahakam dan Natuna D-Alpha,
> jawabannya simple, Natuna kurang penting..... yg urgent justru Blok
> Mahakam.
> Itu saja kelihatan bahwa statement pak Wamen udah SALAH ..... sekali lagi
> SALAH.
>
>  Kalau di lihat back ground pak Wamen ini setahu saya, blio ini adalah ahli
> di bidang drilling operation, jadi bagaimana sbg "drilling engineer" bisa
> tahu mengenai blok Mahakam as a whole, mungkin IAGI perlu menerangkan
> kepada
> beliau tentang blok Mahakam ini. Secara praktisi di Oil and Gas blio memang
> telah berhasil dalam memadamkan Blow-out di JOB Petrochina dg membuat
> Relieve well, demikian juga yg blio usulkan untuk BP-1 nya Lapindo. Padahal
> dalam akuisisi blok yg maju duluan kan G&G, kalau G&Gnya udah OK baru
> Drilling dan Facilitis diperlukan untuk scoping potential Capex yg di
> butuhkan untuk menghitung ke-ekonomiannya. Seingatku di Migas itu sangat
> jarang pakar G&G migas (apa aku salah ya? mohon maaf sebelumnya), pakar ini
> dalam artian orang yg betul2 pernah berkecimpung di O&G bukan yg cuman
> baca,
> shg karena blio tidak punya penasehat ahli di biadng G&G maka pak Wamen
> mereka-reka sendiri shg menimbulkan statement yg ANEH.
>
> Menambahin masukan dari pak Luthfi dan mungkin masukan buat pak Ong
> mengenai
> financial di TEPI, mestinya jauh lebih bagus dari di Arun, bbrp bulan yg
> lalu saya ikut evaluasi blok Arun-NSO...yg kebetulan mau di "spin off"
> punya
> ExxonMobil yg mau expire di 2019, projected cash flownya di 2012 sekitar
> USD250jt-an turun turun "as production declined" krn dipakai "mode do
> nothing" sampai sekitar USD80jt di ahir kontrak, dg total NPV @12% DCF maka
> dapat USD830jt net (2012-2019), memang di 2019 cash flow tinggal USD 80jt
> (hampir 1T), kalau blok ini di lepas jadi kan yg ambil bisa dapat sekitar
> 1T
> di tahun 2020 (harap di ingat net 1T itu buat ExxonMobil loh). Nah up-side
> potentialnya juga ada, lah ini kan artinya dapat tambahan P1+P2 gratis, krn
> lokasi Prospectnya sudah di bor, ada oil ada gas ada lognya ada DST data
> apa
> lagi. Untuk hal yg sama tentunya berlaku buat blok Mahakam. Dengan demikian
> Negara banyakan untungnya, karena kalaupun Pertamina dapat split 60:40 (in
> favor for GOI), tapi yg 40% itu kan larinya ke pemerintah juga, artinya
> kalau perlu sewaktu-waktu Negara bisa aja menjualnya aset Pertamina ke
> Lokal
> or ASING shg Negara tetap dapat 100%. Kalau di split 85:15, yg 15% kan
> semuanya lari dari GOI dan GOI harus menanggung burden CR yg cukup besar
> krn
> per Bule itu budgetin/th sekitar USD400K itu yg paling bawah, kalau yg boz
> boz bisa sampe USD700K/th. Kalau Senior VP Nasional paling USD100K-150K,
> jadi secara ekonomi dg memberdayakan Pertamina maka:
>
> 1. Untung Pemerintah 100% tidak 85% spt kalau yg mengerjakan orang luar.
> 2. Beban CR akan lebih kecil
> 3. Bottom line Pendapatan pemerintah pasti lebih BESAR
>
> Ayo apa lagi...... Mohon pak Ong mempelajari ini.
>
> I used to respect pak Wamen when he was proposing Lapindo but now he is
> totally different person.
>
> Aku memerlukan menonton life X-fire antara pak Wamen, Kurtubi dan Marwan
> Batubara di TV, aku dulunya juga agak minor sama Kurtubi tapi setealah
> melihat di TV ternyata Kurtubi memang lebih make sense pola pikirnya,
> jelas2
> pak Wamen di X-fire tersebut menyatakan "Pertamina punya luas wilayah 47%
> tapi produksinya no.3" ini jelas jelas pembodohan publik, begitu blio
> ngomong itu maka pak marwan langsung membantahnya, bahwa pak Wamen telah
> melakukan pembodohan publik dg mengeluarkan statement itu. Kita semua tahu
> yg aktif di perminyakan bahwa luas wilayah tidak selalu sama dg jumlah
> reserves di subsurface, tapi reserves itu memang terletak di kedalaman dan
> lapisan tertentu di daerah tertentu, tidak di semua lokasi.
>
> Aku yakin se yakin yakinnya pak Wamen ini sekarang lagi maen "mumpet show"
> atau si "cepot"
>
>
> Salam
> Avi
> Tiadk pernah kerja di Pertamina tapi betul2 PRIHATIN dg statement Wamen
> lately.
>
> 2012/10/22 Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>
>
> Ada satu alinea menarik dari tulisan Pak Wamen yg menurut saya akan
> memperlihatkan strategi Pak Wamen. Atau mungkin strategi pemerintah, karena
> bagaimanapun Wamen ESDM ini posisinya tertinggi dalam kompetensi
> perminyakan. Ya, karena Pak Jero bukan ahli migas (energi).
>
>
>
> Quote "Jadi, biarkanlah saya tidak TERKECOH oleh isue BLOK MAHAKAM, karena
> BLOK EAST NATUNA bagi saya lebih urgent karena POA nya akan berakhir di
> akhir november 2012, sehingga harus segera diputuskan, apakah permintaan
> insentif tersebut diterima atau tidak oleh pemerintah."
>
>
>
> Saya rasa mendiskusikan hal ini, mungkin dapat kita lihat sejauh mana sense
> of urgency. Ketika dihadapkan pada satu pilihan yg unik, setiap orang akan
> menunjukkan aslinya. Tulisan diatas memperlihatkan kalimat Pak Wamen yg
> tidak terdistorsi oleh wartawan.
>
>
>
> Bagaimana menurut anda strategi Pak Wamen ini ?
>
> Siapa yg terkecoh, dan siapa yg mengecoh ?
>
>
>
> Rdp
>
>
>
> --
> "Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari"
>
>
>
>
>
>

--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2011-2014:
Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com
Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com
--------------------------------------------------------------------------------
Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012.
REGISTER NOW !
Contact Person:
Email : pit.iagi.2...@gmail.com
Phone : +62 82223 222341 (lisa) 
--------------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email 
to: o...@iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke