Kang Awang dan Abah. Punten pisan kalau pandangan abdi agak beda. Kalau kita jabarkan pasal 33 UUD kita, maka arti se besar-2 nya utk kemakmuran rakyat bisa punya arti "konservasi???", artinya kita harus memanage sumberdaya alam kita selama mungkin utk keperluan anak cucu kita bukan? ESDM kita umumnya "unrenewable" supaya sustainable bisa dg cara menggunakan se besar-2nya renewable energy atau "meng conserve" yg non-renewable se besar-2 nya. Memang agak dilematis, disatu sisi kita perlu revenue di lain sisi kita perlu jaga sumber daya energi kita yg non-renewable utk selama mungkin artinya hrs ada langkah konservasi yg significant. Sebagai contoh, pengeloaan batubara kita dilakukan secara ugal-2 an, dalam artian, cadangan kita hanya kurang 3% cadangan dunia, tapi kita merupakan produsen dan eksportir terbesar ke 3 di dunia (terutama thermal coal). Minyak juga demikian, targetnya adalah lifting minyak, maka kinerja instansi terkait dinilai berhasil jika tercapai se besar-2nya produksi migas bukan se optimumnya produksinya. Kondisi demikian yg perlu menjadi perhatian serius pengambil keputusan termasuk DPR dan Executifnya. Konsekuensi dari konservasi sdh barang tentu menyangkut penghematan produksi dan konsumsi. Kalau produksi dalam negeri dihemat maka seperti yg dilakukan negara maju spt Amerika, China dll yaitu dengan meng import energi dari negara2 lain dan menghemat produksi dalam negerinya utk semua komoditas energi. Atau membuat aktivitas bisnis ke energian di luar negaranya seperti yg dilakukan Amerika, Janada, China dan msh banyak lagi negara yg melakukan bisnis energinya diuar negaranya.. Walaupun PERTAMINA sdh merintisnya, tapi mesti diikuti oleh pemilik-2 modal dlm negeri yg mampu utk itu, bukan jadi ayam sayur.
Jadi bukanlah tabu bagi Indonesia utk meng import energi dan "memperlambat" produk dalam negeri. Pertanyaannya, sanggupkah kita kehilangan revenue dari migas??? Disinilah peran Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Kementerian terkait utk dapat menggenjot pendapatan negara sebagai pengganti dari pendapatan negara dari migas dan batubara serta mineral. Sanggupkah? Kayaknya bisa lho kalau memang ditangani secara komprehensif-integral. Bukankah 2/3 wilayah NKRI adalah laut yg memiliki potensi sumber daya laut yg luar biasa? Belum klapa sawit, belum peternakan dan masih banyak potensi yang menganggur, seperti jahe, singkong, palawija dll yg permintaan pasarnya luar biasa tapi kita belum sanggup memenuhinya, padahal kita banyak lahan yg terlantar. So, apa yg dicari negeri ini, mau memperbesar kesejahteraan rakyat yg se besar-2 nya dan sustain atau hanya sesaat saja (sesaat disini bisa 20 tahun atau lebih). Ada baiknya umur geologi yg mesti jadi patokan utk mengartikan se besar-2nya kemakmuran rakyar ( paling tidak jutaan tahun??? ), sehingga pasal 33 UUD kita (kalau tdk dirubah kelak) bisa abadi seabadi warna mawar yg diciptakan Tuhan? Ngimpi bole dong.... Udah dulu ya, nanti tambah nglantur. Untuk Abah, tos lami teu kepanggih euy... Iraha atuh ngopi-2 bari ngobrol ngalor ngidul. Bangga dg Abah, aktif keneh di millist. Hayu atuh SEMANGAT teras! Salam Aak ________________________________ Dari: Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com> Kepada: IAGI <iagi-net@iagi.or.id> Dikirim: Senin, 28 Januari 2013 9:59 Judul: Bls: [iagi-net] Informasi yang' disembunyikan." Abah, NKRI tidak kaya dengan cadangan migas, itu betul. Bisa dihitung dengan mudah bahwa cadangan terbukti minyak kita tidak akan tahan sampai 15 tahun ke depan dengan tingkat produksi harian seperti sekarang. Tetapi NKRI kita memang kaya POTENSI migas, bukan cadangan migas. Ada semua catatannya di kami. Berapa banyak struktur dan perhitungan sumberdayanya (bukan cadangan) tentu ada. Masalahnya, itu tetap hitungan di atas kertas sebab eksplorasi kita menurun drastis dalam sepuluh tahun terakhir ini, maka potensi sebagian besar tetap menjadi potensi. Kita juga punya hitungan potensi CBM, shale gas, oil shale, gas hidrat. Panas bumi? Terbesar potensinya di dunia. Sekali lagi, akan tetap potensi bila tidak dikerjakan. Dan bahwa potensi itu akan tetap dijadikan potensi saja, sebab lebih mudah dan menguntungkan segolongan pihak untuk mengimpor minyak mentah atau BBM saja, wajar memang dicurigai sebab di sektor yang lain pun ada kecurigaan seperti itu. Kita mau dijadikan bangsa pembeli saja, sekalipun negara kita kaya dengan berbagai sumberdaya energi atau hasil bumi lainnya; patut dicurigai dan ditanyakan sebagai permainan kalangan atas. Contoh sederhana saja, sebuah negara kepulauan terbesar di dunia, dengan garis pantai kedua terpanjang di dunia, dengan luas laut pedalaman (di antara pulau2) terluas di dunia, masa mengimpor garam? Kecurigaannya, sebab ada yang diuntungkan dengan mengimpor garam itu. Disebutkan alasannya bahwa kualitas garam petani kita rendah, ah itu kan bisa ditingkatkan dengan teknologi, apa sulitnya. Senang juga kemarin mendengar berita di radio bahwa untuk enam bulan ke depan, beberapa buah2an impor akan dilarang masuk Indonesia, termasuk durian monthong dari Thailand, alasannya adalah buah2an dari petani kita tak kalah mutunya. Kalau harus diproteksi, proteksilah... Selama ada kalangan2 yang bermain, makan tulang kawan, Negara kaya ini hanya akan mengayakan kalangan2 tersebut. Semoga tidak terjadi "resource curse". Salam, Awang ________________________________ From: Yanto R. Sumantri <yrs_...@yahoo.com>; To: iagi-net@iagi.or.id <iagi-net@iagi.or.id>; Subject: [iagi-net] Informasi yang' disembunyikan." Sent: Mon, Jan 28, 2013 2:31:18 AM Rekan rekan Data yang menarik , sayang didapat dari luar Indonesia ,apakah "valid" ? . Semestinya data seperti ini harus dibuka se-lebar2nya kepada masyarakat , dan disampaikan oleh otoritas di ESDM/MenDag. Ada kecenderungan bahwa data impor crude dan BBM "disembunyikan" dari rakyat ..........,termasuk (or terutama ?) siapa yang ngimpor , berapa banyak , dari mana , dsb. Adalah satu keniscayaan pada era "keterbukaan" ini hal tersebut juga di informasikan kepada masyarakat. Sehingga dengan demikian masyarakat tahu bahwa NKRI tidak sekaya dulu , dan dengan demikian Era "bahwa energi murah dan mudah" sudah lewat disadari oleh masyarakat. Dan , bahwa NKRI yang kaya raya dengan cadangan migas , sebagaimana disampaikan oleh banyak "peng - amat" , (mantan Menteri , anggota DPR , para "ahli" ekonomidsb) , ada batasan batasannya. Hal ini dengan sendirinya akan merupakan "sosialisasi " bahwa kita sudah krisis bbm_ ,cara yang mudah dan murah yang paling tepat dibandingkan dengan cara cara "inkonvensional" seperti striker , himbauan dsb. si Abah ________________________________ From: Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com> To: IAGI <iagi-net@iagi.or.id> Sent: Sunday, January 27, 2013 9:37 PM Subject: Re: [iagi-net] "Indonesia membutuhkan energi itu." Lampiran lupa :) 2013/1/27 Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com> Mas Henky info yang menarik ttg kesuksesan eksplorasi tahun 2012 lalu. > >Secara khusus saya memang menyoroti tahun 2020-2030 yg "sebentar lagi" akan >kita alami bersama. Kalau perhitungan saya tidak meleset, karena asumsi saya >berdasarkan trend produksi dan konsumsi gas. Kemungkinan net importir gas akan >terjadi tahun 2022, kemarin Pak Dodi Priambodo (PHE) mengemukakan sekitar >2023. Dimana dalam waktu dekat hanya beberapa lapangan baru akan mulai >produksi. Tetapi untuk jangka panjang, tentusaja eksplorasi menjadi hal yang >utama. >Untuk memenuhi kebutuhan saat adanya puncak bonus demografi 2020-2030 ini >tentusaja kita harus impor, dan memang berdasarkan data selama ini kita sudah >impor minyak dengan prosentase seperti grafik terlampir. > >Untuk impor gas tentunya perlu recieving terminal LNG. Dan ini memerlukan >waktu lebih 5 tahunan. > > >Dalam setiap kuliah tamu saya sering mengemukakan ke mhs, "jangan takut impor >migas, tapi hindari dan jauhilah orang-orang yang pesimis menghadapinya". > > >Salam sukses ! > > >Rovicky DP > > > > >2013/1/27 Henricus Herwin <henricus_her...@yahoo.com> > >Pak Rovicky, >>Terima kasih untuk sharing presentasinya yang sangat menarik. >> >>Seperti yang disampaikan Mas Noor diemail yang lain, saya setuju bahwa >>receiving LNG terminal adalah teknologi yang sudah kita kuasai, yang menjadi >>pertanyaan adalah bagaimana mendapat pasokannya. >> >>Beberapa potensi untuk pasokan masa depan: >>1. Potensi pasokan utama mungkin bisa dari East Natuna (Natuna D Alpha di >>presentasi bapak). Reserves yang dipublikasi di media masa 46 TCF (IGIP 222 >>TCF dengan CO2 71% yang membuat development lapangan ini sangat menantang). >>Kita doakan saja semoga lapangan ini dapat segera dikembangkan. >> >>2. Explorasi frontier terutama di daerah Timur Indonesia. Sebagai catatan >>dari ex^plorasi tahun lalu (2012) sekitar 50 TCF dibukukan di laut sangat >>dalam (>1500m) dan 35 TCF dibukukan di laut dalam (400 - 1500m) dibelahan >>dunia lain. >> >>3. Shale gas dan CBM. Setuju dengan bapak, potensinya harus digarap. Perlu >>dicatat ketika blok shale gas nanti ditawarkan, mungkin titik berat terhadap >>komitment program explorasi dan appraisal harus tegas. >> >>4. Sebagai Plan B, kenapa tidak dipikirkan untuk membeli gas dari tempat >>lain. Bila USA membuka pintu expor gas nya, lapangan2 baru di Afrika Timur >>mulai berproduksi, project shale gas di Australia dan Cina berhasil, mungkin >>harga gas akan menjadi murah. Bila kita bisa memanfaatkan energi murah untuk >>industri kita sehingga bisa membuat barang dengan harga yang lebih tinggi, >>kenapa tidak ? :) >> >>Note: Saya lampirkan resume penemuan tahun 2012. Sebagian besar dari penemuan >>itu didapat oleh International Oil Company. Salah satu national company yang >>berhasil adalah PETRONAS dengan penemuan 8 TCF di Serawak yang mendukung >>proyek Malaysia LNG (MLNG) mereka. >> >>Salam hangat, >>Henky >> >> >> >>--- On Sat, 1/26/13, Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com> wrote: >> >> >>>From: Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com> >>> >>>Subject: [iagi-net] "Indonesia membutuhkan energi itu." >>>To: "IAGI" <iagi-net@iagi.or.id>, "geologi...@googlegroups.com" >>><geologi...@googlegroups.com> >>>Date: Saturday, January 26, 2013, 9:34 PM >>> >>> >>> >>>Dear All, >>>Terlampir abstract serta presentasi saya sewaktu mengisi acara IndoGas-2013 >>>di JHCC Jakarta pekan lalu. >>> >>>Satu hal yang saya soroti adalah adanya potensi besar di Indonesia pada >>>tahun 2020-2030 dimana Indonesia mendapatkan bonus demografi. Saat itu nanti >>>lebih dari 50% penduduk Indonesia masuk dalam usia produktif. >>> >>>Adalah tanggung jawab generasi saat ini, yang rata-rata sedang menduduki >>>posisi kunci, untuk menyediakan sumberdaya alam dan energi untuk membuat >>>mereka sibuk dan berprestasi. Tidak hanya migas dan energi, namun juga bahan >>>mineral tambang dan sumberdaya alam lainnya termasuk air bersih serta >>>lingkungan yang sehat dan aman. >>> >>>Dalam diskusinya saya menekankan untuk penyediaan energi ini tidak hanya >>>dari eksplorasi saja, karena proyeksi supply produksi domestik serta >>>eksplorasi pada tahun 2020 akan masih jauh dibawah dari kebutuhan. Sehingga >>>menjadi tugas para pemerhati dan investor energi untuk mulai membangun >>>recieving LNG terminal di Indonesia. >>> >>>Proyeksi saya memperkirakan Indonesia akan menjadi net importir gas pada >>>2022, dan net-importir energi pada tahun 2028. Sehingga persiapan pembuatan >>>dan konstruksi LNG recieving terminal ini harus sudah dimulai dari sekarang. >>>Lokasi-lokasi pembangunan recieving terminal ini menjadi sebuah keputusan >>>penting dan strategis karena ini akan menjadi sentra pertumbuhan ekonomi >>>nantinya. >>> >>> >>>Dengan tersedianya sumberdaya dan lingkungan sehat dan aman ini tidak >>>mustahil Indonesia akan masuk dalam jajaran 10 negara perekonomian terbesar >>>di dunia pada 2030 mendatang. Mengalahkan Jerman dan Inggris !. >>> >>>Salam >>> >>>Rovicky DP >>> >>>-- >>>"Good idea is important key to success, "working on it" will make it real." > > >-- >"Good idea is important key to success, "working on it" will make it real." -- "Good idea is important key to success, "working on it" will make it real."