Kayu bisa menjadi silika (silicified wood) bila terpapar pada larutan yang mengandung silika pada ambang batas temperature yang memungkinkan silika tersebut mengendap, yaitu antara 70-80 derajad celsius, dalam waktu yang cukup lama (pelahan-lahan) sehingga silika yang menginvasi dan mengganti struktur jaringan kayu tersebut akan membentuk kristal2 sempurna sambil tetap mempertahankan tekstur kayunya (lingkaran tahun, kambium, xylem, serabut akar, dsb).
Proses penggantian jaringan yang pelahan tersebut sering disebut sebagai proses histometabasis. Proses tsb bisa terjadi apabila ada larutan hidrotermal yg berasal dari sisa pergerakan magma yg banyak mengandung silika menggenangi / merendam sang kayu. Selain itu, cara lain terjadinya –tanpa harus ada kegiatan volkanisme / magmatisme - adalah melalui proses diagenesa batuan sedimen, yaitu: penguburan (burial) sang kayu pada lingkungan batuan sedimen pasir kwarsa yang porous sampai di kedalaman cekungan yang memungkinkan temperatur bawah permukaan berada di ambang batas 70-80 derajad celcius. Dengan demikian kayu yang ada dalam lapisan sedimen pasir kwarsa tersebut akan mulai mendapatkan pasokan larutan silika dari arah cekungan yang lebih dalam dan lebih panas dan sekaligus pelan-pelan mengganti struktur-tekstur kayunya dengan silika2 yang mengendap sempurna. Itulah tadi salah satu ayat – sunatullah yg kupelajari di depan singkapan PIT-202, Seam 46U, Separi, Samarinda; dimana terlihat banyak sekali glondongan kayu silika menyisip di foreset maupun bottom-set dari satuan batupasir kasar kerikilan-konglomeratan, fasies sungai teranyam yang menggerus endapan pasang-surut, selang-seling lempung pasir mengkasar-menebal keatas, fasies muka delta. Benar-benar batas sikuen dan marker korelasi yang sempurna. Pertanyaannya adalah: Apakah kitab Allah dan sunnah Nabi sudah merendam dan menghistometabasis kayu jiwa kita? (sehingga posisi kita bisa makin tinggi di atas sequence boundary….?) ADB Separi, Samarinda ,26 Januari 2013