ADB, kayaknya JW yg mungkin tidak mengerti mengenai perminyakan dan Prof RRR yg pura-pura pikun atau pikun benaran sudah tidak punya hati nurani lagi???
MIK Powered by Telkomsel BlackBerry® -----Original Message----- From: abacht...@cbn.net.id Sender: <iagi-net@iagi.or.id> Date: Wed, 20 Feb 2013 01:07:24 To: <iagi-net@iagi.or.id> Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net] Mudah2an koran salah tulis lagi ttg pernyataan2 ini (BLok Mahakam - Jilid ke sekian) Segala macam cara penyesatan opini dilakuKan oleh penguasa dlm rangKa menjustifikasi perlunya asset cadangan migas kita diserahkan kpd pihak asing. Ya, Allah, apa nggak malu ya, orang2 ini pada dirinya sendiri? Koran Tempo Rabu 20 Feb 2013 hal.B4 ................................. Jero Wacik (Men ESDM): "Pertamina dan perusahaan nasional ada kemungkinan hanya mampu menguasai 40% kepemiLikan blok Mahakam. Asumsi ini didasari pertimbangan kemampuan finansiaL Pertamina dan perusahaan minyak nasional. Calon pembeLi lapangan tsb hrs berhati-hati krn wajib menyetor triliunan rupiah" .................................. Rudi Rubiandini (Ka SKMigas): "Operator hrs menggenjot eksplorasi tambahan lantaran sumur2nya berusia tua. Uang itu bisa hilang jika eksplorasi gagal. Kemampuan menahan resiko ini tdk dimiliki perusahaan nasional" * Kalau memang berniat menguasai asset migas demi kepentingan nasional tanpa hrs terpapar pd resiko eksplorasi, khan bisa saja diatur spy perusahaan asing -nya dikasi area di Luar Lapangan2 yg sdh berproduksi tp masih di dLm bloK Mahakam, smntara u/pengoperasian lapangan2 asset itu serahkan saja pada Pertamina. Kalau mrk masih ngotot mau ikutan di lapangan2 yg produksi tsb ya mrk harus bayar ke Pertamina sbg premium participating interest, trus Pertamina setor ke Pemerintah. Bukannya maLahan Pertamina ditakut2i terus dg modal besarLah, resiko tinggiLah, dsb. ** Ungkapan2 argumen mrk sama sekali tdk mencerminKan bhw mrk mengerti ttg aliran dana dan resiko dlm industri ekspLorasi dan produksi migas dan reguLasi yg terkait PSC/KKKS. Sangat-sangat-sangat memprihatinkan. *** Terlihat sekaLi kesan sangat memaksakan dg alasan pokrol bambu (asal2an) yg melecehkan professionalisme teknis dan bisnis Pertamina yg notabene adalah perusahaan milik negara kita sendiri. Kasihan juga ya, pejabat2 kita ini. Mencoreng arang di muKa logika, KredibiLitas, dan nasionaLisme mrk sendiri. ADB, prihatin banget. 20Feb 2013 Powered by Telkomsel BlackBerry®