Wah....
Semua maki2 pejabat ya? Saya sih cuma ngelus dada, ini betul-betul bangsa
tempe bongkrek, nggak punya nyali sama sekali, mental inlander nya muncul,
gak mau susah, maunya yang enak2 sesaat aja, menunggu rezeki jatuh dari
langit. Masyaallah, ADB saya setuju mudah2an beritanya salah, klo memang
beritanya benar trus kita mau apa lagi ya??
YSY

2013/2/20 <mustotomoeh...@gmail.com>

> Kang ADB,
> Sepanjang pemimpin2 kita masih memikirkan diri sendiri dan golongannya
> tanpa mikirin untuk negara, rasanya sulit negara kita ini bener2 bisa maju
> dan makmur. Lha wong ama perusahaan negara aja  tidak pernah memberi
> kesempatan dan  melindunginya, mau kapan lagi bisa maju kita ini.
>
> MM_Yg sebel ama pejabat bunglon.
> Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung
> Teruuusss...!
>
> -----Original Message-----
> From: abacht...@cbn.net.id
> Sender: <iagi-net@iagi.or.id>
> Date: Wed, 20 Feb 2013 01:07:24
> To: <iagi-net@iagi.or.id>
> Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: [iagi-net] Mudah2an koran salah tulis lagi ttg pernyataan2 ini
> (BLok Mahakam - Jilid ke sekian)
> Segala macam cara penyesatan opini dilakuKan oleh penguasa dlm rangKa
> menjustifikasi perlunya asset cadangan migas kita diserahkan kpd pihak
> asing. Ya, Allah, apa nggak malu ya, orang2 ini pada dirinya sendiri?
>
> Koran Tempo Rabu 20 Feb 2013 hal.B4
>
> .................................
> Jero Wacik (Men ESDM): "Pertamina dan perusahaan nasional ada kemungkinan
> hanya mampu menguasai 40% kepemiLikan blok Mahakam. Asumsi ini didasari
> pertimbangan kemampuan finansiaL Pertamina dan perusahaan minyak nasional.
> Calon pembeLi lapangan tsb hrs berhati-hati krn wajib menyetor triliunan
> rupiah"
> ..................................
> Rudi Rubiandini (Ka SKMigas): "Operator hrs menggenjot eksplorasi tambahan
> lantaran sumur2nya berusia tua. Uang itu bisa hilang jika eksplorasi gagal.
> Kemampuan menahan resiko ini tdk dimiliki perusahaan nasional"
>
> * Kalau memang berniat menguasai asset migas demi kepentingan nasional
> tanpa hrs terpapar pd resiko eksplorasi, khan bisa saja diatur spy
> perusahaan asing -nya dikasi area di Luar Lapangan2 yg sdh berproduksi tp
> masih di dLm bloK Mahakam, smntara u/pengoperasian lapangan2 asset itu
> serahkan saja pada Pertamina. Kalau mrk masih ngotot mau ikutan di
> lapangan2 yg produksi tsb ya mrk harus bayar ke Pertamina sbg premium
> participating interest, trus Pertamina setor ke Pemerintah. Bukannya
> maLahan Pertamina ditakut2i terus dg modal besarLah, resiko tinggiLah, dsb.
>
> ** Ungkapan2 argumen mrk sama sekali tdk mencerminKan bhw mrk mengerti ttg
> aliran dana dan resiko dlm industri ekspLorasi dan produksi migas dan
> reguLasi yg terkait PSC/KKKS. Sangat-sangat-sangat memprihatinkan.
>
> *** Terlihat sekaLi kesan sangat memaksakan dg alasan pokrol bambu
> (asal2an) yg melecehkan professionalisme teknis dan bisnis Pertamina yg
> notabene adalah perusahaan milik negara kita sendiri. Kasihan juga ya,
> pejabat2 kita ini. Mencoreng arang di muKa logika, KredibiLitas, dan
> nasionaLisme mrk sendiri.
>
> ADB, prihatin banget.
> 20Feb 2013
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>

Kirim email ke