Hallo juga,
Petronas dan Sonangol memakai expat karena tidak punya tenaga  yang cukup untuk 
melakukan operasi nya.
Kalau Pertamina, Medco dan EMP ngak ada yang pake expat setahu saya, entah 
perusahaan nasional yang lainnya.

fbs



________________________________
 From: H Herwin <henricus.her...@gmail.com>
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, April 7, 2013 6:52 PM
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
 

Hallo,
Mungkin nggak terlalu berhubungan dengan diskusi ini.
 
Saya mewakili TOTAL dalam salah satu Joint Venture yang melibatkan Petronas, 
dalam setiap workshop yang diadakan, Petronas selalu diwakili oleh delegasi 
yang terdiri dari Expat dan Malaysian National. Saya lihat para expat Petronas 
banyak memberi kontribusi dalam workshop dan juga membantu pihak management 
Pertronas untuk mengambil keputusan.
 
Rekan2 kita juga banyak yang bekerja di Petronas dan pasti mereka memberi 
kontribusi utk perusahaan. Pak Frank, saya lihat juga bekerja untuk perusahaan 
nasional Angola, Sonangol.
 
PS: Berdasarkan riset di dunia HR, perbedaan (diversity) bisa memberi 
added-value terhadap perusahaan, makanya banyak perusahaan berusaha mempunyai 
target level keragaman karyawan (mis: perempuan vs laki2, negara asal dll).
 
Kalau di Pertamina dan perusahaan2 nasional di tanah air bagaimana ? Siapa tahu 
tenaga expat juga bisa mampu mendongkrak performa perusahaan, dan akhirnya 
meningkatkan penerimaan perusahaan perusahaan/negara. PS: Lionel Messi aja di 
import ke Spanyol sama Barcelona, PSG impor Ibrahimovic, Beckham dll hehehe 
...............
 
Salam hangat,
Henky


2013/4/7 Franciscus B Sinartio <fbsinar...@yahoo.com>


>
>Abah,
>kalau mau lebih murah ya  itu salah satu solusi nya Bah,
>jadi ngak punya pegawai, adanya kontrakan semua yang dipakai dan dibayar kalau 
>diperlukan.
>dan goalnya jelas  dan time frame nya juga jelas
>
>
>saya yakin pegawai2 nya akan lebih professional, karena kalau ngak maka tidak 
>akan terpakai.
>demikian pula perusahaan minyaknya akan lebih professional dan efisien.
>
>
>ngomong2 di tempat saya kerja disini sudah mulai menjajagi outsource lagi.  
>dulu pernah jaman perang waktu tidak ada yang mau kesini, maka dikirim keluar 
>kerjaannya.
>
>
>Sebelumnya diadakan benchmarking dari kondisi sekarang, supaya yakin benar2 
>akan lebih murah dan efisien.  dan ada ukurannya yaitu jumlah area yang 
>dikerjakan, jumlah lead dan prospect di generated  dalam kurun waktu tertetntu 
>dengan biaya sekian.  ukurannya bukan discovery atau ngak discovery pada 
>contoh ini (banyak hal lain yang sedang atau akan di outsource).   Terserah 
>service provider nya mau pake 1 orang dari sini atau 10 orang dari luar.  jadi 
>komposisi jumlah dan kebangsaan orangnya terserah service provider nya yang 
>penting ada hasilnya dan selesai dalam waktu yang ditentukan dan tentu saja 
>tidak melebihi perkiraan biaya  awalnya.
>
>
>jadi tidak perlu di demo, karena tujuannya bagus, dan kalau dikerjakan dengan 
>bagus akan memberikan hasil yang bagus.
>
>
>
>
>
>
>selamat berakhir pekan Abah.
>
>
>salam,
>
>
>frank
>
>
>
>
>
>
>
>________________________________
> 
>From: Yanto R. Sumantri <yrs_...@yahoo.com>
>To: "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id> 
>Sent: Sunday, April 7, 2013 12:41 PM 
>
>Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
>
>
>
>Frank
>
>
>Bicaranya kok melawan "ARUS" ............kan lagi anti "outsourcing" hahahaha 
>,apa perus minyak siap di demo ?
>
>
>si Abah
>
>
>
>________________________________
> From: Franciscus B Sinartio <fbsinar...@yahoo.com>
>To: "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id> 
>Sent: Sunday, April 7, 2013 2:47 PM
>Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
>
>
>Ikutan ya....  mumpung weekend....
>
>
>saya kali ini mau bahas dari segi UUD (Ujung-Ujung nya Duit)
>
>
>kalau dilihat dari biaya operasi nya.  gaji pegawai itu kecil sekali 
>pengaruhnya(persentase nya) dari total biaya.
>justru itu ada perusahaan yang berani pakai "expat beneran" dan "expat 
>nasional"
>yang penting operation jalan lancar.
>(catatan: operation maksudnya semua kegiatan opearsional di perusahaan).
>
>
>tetapi kalau dilihat lagi dari segi biaya sektor tenaga kerja nya,  mungkin 
>lebih efisien(maksudnya murah?) kalau tidak ada expat sama sekali. (beneran 
>atau nasional).
>dengan catatan qualitas dan quantitas kerjaan tetap sama kalau pake expat.  
>jadi study cost/benefit harus ada.  tentu saja selalu benefit nya sangat 
>relatif.
>
>
>kalau mau lebih efisien lagi di outsource saja  yang bukan core business (VICO 
>pernah study BPR(business process reengineering) dan hasilnya bia 
>mengidentifikasikan core business nya tetapi hanya melaksanakan sebagian dan 
>tidak semua outsourcing sesuai dengan kesimpulan  BPR study nya mereka.  Waktu 
>opening remark nya sebelum mulai tugasnya satgas,  Kepala SatGas  BPR waktu 
>itu bilang kalau misalnya harus zero employee kenapa tidak,  dan berarti 
>termasuk posisi beliau sebagai VP juga harus hilang ngak apa2.  jadi waktu itu 
>satgas nya dikasih kebebasan sebebas bebas nya dalam membahas yang mana yang 
>bisa di outsource yang mana tidak).
>
>
>catatan: mungkin cara BPR seperti ini bisa dipakai untuk membahas apakah suatu 
>unit di perusahaan perlu expat(beneran atau nasional) atau tidak.
>
>
>nah sekarang saya mau tambahin pendapat pribadi lagi yang mungkin tidak begitu 
>populer:
>kalau WNI yang ada diluar negeri diundang untuk balik ke Indonesia dan dibayar 
>seperti expat, dimana efisiensi nya di biaya?  ini dengan catatan akan 
>mengerjakan hal yang sama dan menghasilkan hasil yang sama dalam kurun waktu 
>yang sama.
>
>
>
>
>salam,
>frank
>sekarang harus bersihkan lantai halaman samping rumah dulu karena pembantu 
>ngak kerja pada weekend, dan kemarin habis hujan deras, dan lantai kotor 
>sekali. dan anak2 mau bermain dihalaman.  jadi expat juga ada kenyamanan yang 
>di sacrafice.  apalagi kawan2 yang kerja  ditempat  yang local helper nya 
>susah didapatkan. ini hanya  salah satu contoh.
>
>
>
>
>
>
>
>________________________________
> From: "nugraha...@yahoo.com" <nugraha...@yahoo.com>
>To: iagi-net@iagi.or.id 
>Sent: Sunday, April 7, 2013 5:21 AM
>Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
>
>
>
>
>Sepengetahuanku, SKK Migas (atau BPMIGAS atau Pertamina BPPKA) enggak punya 
>aturan soal nasional gajinya segini atau yg expat gajinya segitu. CMMIW. Yg 
>membuat peraturan tsb adalah Pemerintah (Bappenas ?? Dept. Tenaga Kerja ?). 
>Jadi mestinya enggak merujuk ke peraturan SKK Migas, melainkan ke peraturan 
>Pemerintah RI (bila memang ada). Sesuai namanya, hanya Badan Pelaksana atau 
>sekarang Satuan Kerja Khusus, yg bukan regulator / pembuat regulasi (itu 
>tugasnya Pemerintah). 
>SKK Migas hanya mengevaluasi usulan KKKS, menyelaraskan dgn Peraturan 
>Pemerintah. 
>
>Jadi betul, itu tergantung pada niat baik oil company-nya saja. 
>Sepengetahuan saya (setidaknya saat saya menjadi Ketua Tim WPnB) tidak pernah 
>kami menolak ataupun mengurangi usulan gaji dari para pekerja nasional. Pd 
>beberapa KKKS malahan kami yg mendorong si KKKS utk menaikkan level gaji 
>pegawai nasionalnya. Dan kami juga acapkali meminta mengurangi jumlah ekspat 
>dan juga gajinya, meski kadang kala tidak berhasil, dgn berbagai alasan. 
>
>Secara umum, sepengetahuan saya, jumlah expat maupun alokasi biayanya menurun 
>dari tahun ke tahun. Ini bukan isu lagi, kecuali di beberapa gelintir KKKS. 
>
>Btw, bila Pertamina punya Blok di luar negeri, kayaknya Pertamina pun 
>berkepentingan utk menempatkan para pegawainya (Indonesian) di posisi 
>tertentu, di negara tsb (sbg Expat). 
>
>
>
>Salam,
>Nuning
>
>
>
>
>
>
>
>

Kirim email ke