Benar sekali mas Herwin Ada dua hal yang diharapkan dari setiap tenaga expart yaitu Transfer Ilmu pengetahuan / Pengalaman/ Best Practice dan kedua untuk Memberikan Dinamika tersediri pada perusahaan tersebut agar (salah satunya menjadi International Kompani dan satu saat bisa masuk ke negara tersebut). Pertamina akan susah masuk ke luar Indonesia karena tenaga expartnya (mungkin tidak ada), Ujungnya ya susah untuk Go International.
Memang jadi Expart tidak selamanya enak .. seperti yang di tulis mas Rovicky , ada ongkos deg-deg-an karena kerja atas dasar kontrak (jarang ada yang permanent) . Satu lagi masalah Social Rejection (penolakan social secara halus) seperti "expart itu bisanya apa" , atau kalau orang di Malaysia sering bilang Orang Indon ... dan selalu saya tambahkan ....esia, kemudian si malaysia ngeles .. Nama negara mu Panjang sangat heheheh Kalau kerja di negara yang santun masih enak , kalau kerja di Timur tengah siap - siap aja makan hati .. banyak supervisor expart kadang ngerangkap kerja untuk bahwannya karena mereka santai (untuk tidak menyebut malas) , atau kalau Orang mesir suka Arogan .. maklum masih keturuan Firaun . Teman dari Schlumberger pernah berkelahi sampai di pulangkan tapi tidak di pecat , karena orang tahu dia kerja benar , sementara anak buahnya santai jam lima selesai nggak selesai pulang . nggak peduli . Rasisme dalam dunia kerja masih sering terjadi , dan ini pengalaman pribadi saya di Oman , Supervisor orang India bawahan orang Oman .. apa kata Supervisor anak buah enggan melaksanakan , mereke menununggu perintah assistant supervisor yang adalah orang Oman . Saya termasuk beruntung karena datang sebagai Company Man .... kalau nggak nggak tahu dech. Nah kembali dalam hukum dasar .. semua ada kurang dan lebihnya . Mau duit gede .. silahkan jadi expart .. mau hidup tenang silahkan jadi national.. No Pain No Gain .. Gitu aja kok Report Salam Dandy .. 2013/4/8 H Herwin <henricus.her...@gmail.com> > Hallo, > Mungkin nggak terlalu berhubungan dengan diskusi ini. > > Saya mewakili TOTAL dalam salah satu Joint Venture yang melibatkan > Petronas, dalam setiap workshop yang diadakan, Petronas selalu diwakili > oleh delegasi yang terdiri dari Expat dan Malaysian National. Saya lihat > para expat Petronas banyak memberi kontribusi dalam workshop dan juga > membantu pihak management Pertronas untuk mengambil keputusan. > > Rekan2 kita juga banyak yang bekerja di Petronas dan pasti mereka memberi > kontribusi utk perusahaan. Pak Frank, saya lihat juga bekerja untuk > perusahaan nasional Angola, Sonangol. > > PS: Berdasarkan riset di dunia HR, perbedaan (diversity) bisa memberi > added-value terhadap perusahaan, makanya banyak perusahaan berusaha > mempunyai target level keragaman karyawan (mis: perempuan vs laki2, negara > asal dll). > > Kalau di Pertamina dan perusahaan2 nasional di tanah air bagaimana ? Siapa > tahu tenaga expat juga bisa mampu mendongkrak performa perusahaan, dan > akhirnya meningkatkan penerimaan perusahaan perusahaan/negara. PS: Lionel > Messi aja di import ke Spanyol sama Barcelona, PSG impor Ibrahimovic, > Beckham dll hehehe ............... > > Salam hangat, > Henky > > 2013/4/7 Franciscus B Sinartio <fbsinar...@yahoo.com> > >> >> Abah, >> kalau mau lebih murah ya itu salah satu solusi nya Bah, >> jadi ngak punya pegawai, adanya kontrakan semua yang dipakai dan dibayar >> kalau diperlukan. >> dan goalnya jelas dan time frame nya juga jelas >> >> saya yakin pegawai2 nya akan lebih professional, karena kalau ngak maka >> tidak akan terpakai. >> demikian pula perusahaan minyaknya akan lebih professional dan efisien. >> >> ngomong2 di tempat saya kerja disini sudah mulai menjajagi outsource >> lagi. dulu pernah jaman perang waktu tidak ada yang mau kesini, maka >> dikirim keluar kerjaannya. >> >> Sebelumnya diadakan benchmarking dari kondisi sekarang, supaya yakin >> benar2 akan lebih murah dan efisien. dan ada ukurannya yaitu jumlah area >> yang dikerjakan, jumlah lead dan prospect di generated dalam kurun waktu >> tertetntu dengan biaya sekian. ukurannya bukan discovery atau ngak >> discovery pada contoh ini (banyak hal lain yang sedang atau akan di >> outsource). Terserah service provider nya mau pake 1 orang dari sini atau >> 10 orang dari luar. jadi komposisi jumlah dan kebangsaan orangnya terserah >> service provider nya yang penting ada hasilnya dan selesai dalam waktu yang >> ditentukan dan tentu saja tidak melebihi perkiraan biaya awalnya. >> >> jadi tidak perlu di demo, karena tujuannya bagus, dan kalau dikerjakan >> dengan bagus akan memberikan hasil yang bagus. >> >> >> >> selamat berakhir pekan Abah. >> >> salam, >> >> frank >> >> >> >> ------------------------------ >> *From:* Yanto R. Sumantri <yrs_...@yahoo.com> >> *To:* "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id> >> *Sent:* Sunday, April 7, 2013 12:41 PM >> >> *Subject:* Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL >> >> Frank >> >> Bicaranya kok melawan "ARUS" ............kan lagi anti "outsourcing" >> hahahaha ,apa perus minyak siap di demo ? >> >> si Abah >> >> ------------------------------ >> *From:* Franciscus B Sinartio <fbsinar...@yahoo.com> >> *To:* "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id> >> *Sent:* Sunday, April 7, 2013 2:47 PM >> *Subject:* Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL >> >> Ikutan ya.... mumpung weekend.... >> >> saya kali ini mau bahas dari segi UUD (Ujung-Ujung nya Duit) >> >> kalau dilihat dari biaya operasi nya. gaji pegawai itu kecil sekali >> pengaruhnya(persentase nya) dari total biaya. >> justru itu ada perusahaan yang berani pakai "expat beneran" dan "expat >> nasional" >> yang penting operation jalan lancar. >> (catatan: operation maksudnya semua kegiatan opearsional di perusahaan). >> >> tetapi kalau dilihat lagi dari segi biaya sektor tenaga kerja nya, >> mungkin lebih efisien(maksudnya murah?) kalau tidak ada expat sama sekali. >> (beneran atau nasional). >> dengan catatan qualitas dan quantitas kerjaan tetap sama kalau pake >> expat. jadi study cost/benefit harus ada. tentu saja selalu benefit nya >> sangat relatif. >> >> kalau mau lebih efisien lagi di outsource saja yang bukan core business >> (VICO pernah study BPR(business process reengineering) dan hasilnya bia >> mengidentifikasikan core business nya tetapi hanya melaksanakan sebagian >> dan tidak semua outsourcing sesuai dengan kesimpulan BPR study nya mereka. >> Waktu opening remark nya sebelum mulai tugasnya satgas, Kepala SatGas >> BPR waktu itu bilang kalau misalnya harus zero employee kenapa tidak, dan >> berarti termasuk posisi beliau sebagai VP juga harus hilang ngak apa2. >> jadi waktu itu satgas nya dikasih kebebasan sebebas bebas nya dalam >> membahas yang mana yang bisa di outsource yang mana tidak). >> >> catatan: mungkin cara BPR seperti ini bisa dipakai untuk membahas apakah >> suatu unit di perusahaan perlu expat(beneran atau nasional) atau tidak. >> >> nah sekarang saya mau tambahin pendapat pribadi lagi yang mungkin tidak >> begitu populer: >> kalau WNI yang ada diluar negeri diundang untuk balik ke Indonesia dan >> dibayar seperti expat, dimana efisiensi nya di biaya? ini dengan catatan >> akan mengerjakan hal yang sama dan menghasilkan hasil yang sama dalam kurun >> waktu yang sama. >> >> >> salam, >> frank >> sekarang harus bersihkan lantai halaman samping rumah dulu karena >> pembantu ngak kerja pada weekend, dan kemarin habis hujan deras, dan lantai >> kotor sekali. dan anak2 mau bermain dihalaman. jadi expat juga ada >> kenyamanan yang di sacrafice. apalagi kawan2 yang kerja ditempat yang >> local helper nya susah didapatkan. ini hanya salah satu contoh. >> >> >> >> ------------------------------ >> *From:* "nugraha...@yahoo.com" <nugraha...@yahoo.com> >> *To:* iagi-net@iagi.or.id >> *Sent:* Sunday, April 7, 2013 5:21 AM >> *Subject:* Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL >> >> >> >> Sepengetahuanku, SKK Migas (atau BPMIGAS atau Pertamina BPPKA) enggak >> punya aturan soal nasional gajinya segini atau yg expat gajinya segitu. >> CMMIW. Yg membuat peraturan tsb adalah Pemerintah (Bappenas ?? Dept. Tenaga >> Kerja ?). Jadi mestinya enggak merujuk ke peraturan SKK Migas, melainkan ke >> peraturan Pemerintah RI (bila memang ada). Sesuai namanya, hanya Badan >> Pelaksana atau sekarang Satuan Kerja Khusus, yg bukan regulator / pembuat >> regulasi (itu tugasnya Pemerintah). >> SKK Migas hanya mengevaluasi usulan KKKS, menyelaraskan dgn Peraturan >> Pemerintah. >> >> Jadi betul, itu tergantung pada niat baik oil company-nya saja. >> Sepengetahuan saya (setidaknya saat saya menjadi Ketua Tim WPnB) tidak >> pernah kami menolak ataupun mengurangi usulan gaji dari para pekerja >> nasional. Pd beberapa KKKS malahan kami yg mendorong si KKKS utk menaikkan >> level gaji pegawai nasionalnya. Dan kami juga acapkali meminta mengurangi >> jumlah ekspat dan juga gajinya, meski kadang kala tidak berhasil, dgn >> berbagai alasan. >> >> Secara umum, sepengetahuan saya, jumlah expat maupun alokasi biayanya >> menurun dari tahun ke tahun. Ini bukan isu lagi, kecuali di beberapa >> gelintir KKKS. >> >> Btw, bila Pertamina punya Blok di luar negeri, kayaknya Pertamina pun >> berkepentingan utk menempatkan para pegawainya (Indonesian) di posisi >> tertentu, di negara tsb (sbg Expat). >> >> >> >> Salam, >> Nuning >> >> >> >> >> >> >> >> >