Pak Luthfi,
Sangat menarik dan mendasar pertanyaan soal bagaimana seharusnya kita
mengelola gas...

Saya sepaham bahwa itu harus menjadi alat pemerintah utk menjaga kedaulatan
negeri ini. Tapi saya tergelitik utk bertanya lbh lanjut:
- kalau jatah LNG diswap ke domestik, maka jatah GOI juga berkurang banyak
dan ujungnya DAU utk daerah jg berkurang banyak.... Apa para pemimpin
daerah ikhlas menerimanya?
- kalau eknomi bukan pertimbangan utama dlm memutuskan suatu proyek, ya
shrsnya ada insentif supaya POD bisa layak eksekusi... Contoh yg bagus
adalah di salah satu lapangan baru di offshore kalsel: pemerintah mau
mengurangi split jatahnya karena harga dipatok cukup rendah...
- saya kira faktor ekonomi proyek mrpkan parameter dasar dalam memutuskan
satu investasi di manapun.... Ini jg mungkin yg menjadi kendala kenapa
banyak lapangan kecil punya Pertamina yg blm bisa dikembangkan saat ini...


Salam,

On Monday, April 8, 2013, Achmad Luthfi wrote:

>
> Ini berita di Koran Bisnis Indonesia edisi hari ini (Senin, 8-4-2013):
>
> Gas Industri: HARGA NAIK SUPLAI MASIH MINIM
> RINGKASAN BERITA;
>
> Kebutuhan Gas Industri di Sejumlah Daerah 2013 (MMscfd)
> Jawa Barat = 801,4
> Kalimantan Timur = 522,3
> Banten = 466,6
> Jawa Timur = 464
> Sumatra Selatan = 317
> Aceh = 130
> Jakarta = 94,6
> Sumatra Utara = 70,2
> Riau = 55,8
> Jambi = 30
> Jawa Tengah = 20
>
> JAKARTA- Pemerintah hingga saat ini belum bisa memenuhi kebutuhan gas
> untuk Industri Dalam Negeri, meskipun harga energi itu sudah dinaikkan dua
> kali, yaitu pada September 2012 sebesar 35% dan April 2013 sebesar 15%.
>
> Forum Industri Pengguna Gas Bumi pesimistis pasokan Meningkat setelah
> penaikan harga. Penaikan harga diharapkan meningkatkan pasokan gas.
> Penambahan pasokan energi untuk Industri idealnya 2 kali lipat dibandingkan
> dengan pertumbuhan ekonomi.
>
> Komentar saya:
> Apakah kita akan mengelola gas kita semata berdasarkan
> keekonomian/komersial semata? Yang sangat di-drive oleh harga gas ?
>
> Coba kita lihat kembali SILA KETIGA DAN SILA KELIMA DARI PANCASILA. Sila
> ketiga adalah " PERSATUAN INDONESIA", dan Sila kelima adalah "KEADILAN
> SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA". Seharusnya pengelolaan sumberdaya
> alam termasuk minyak dan gas yang diatur oleh pasal 33 UUD 45
> pengelolaannya lebih mendasarkan pada Sila Ketiga dan Kelima baru diikuti
> oleh aspek ekonomi/komersial. Menurut hemat saya petinggi di Negeri kita
> paham betul akan hal ini karena itu Pemerintah terlihat mengelola "Trade
> Off" antara aspek yang termaktub di Sila Ketiga dan Sila Kelima dari
> PANCASILA . Kita punya pelajaran yang sangat berharga walau sangat pahit.
> PELAJARAN APA ITU ? ACEH !!!
> Qonun/Perda terkait bendera Aceh yang mirip dengan bendera GAM memusingkan
> Pemerintah, masa lalu Aceh terus bergolak berindikasi separatisme (Sila
> PERSATUAN INDONESIA TERANCAM). Dengan perundingan marathon yang
> difasilitasi oleh negara lain akhirnya tercapai kesepakatan ACEH MENJADI
> DAERAH OTONOMI KHUSUS, salah satu syarat kesepakatan adalah PKPD
> (Perimbangan Keuangan Pusat Daerah) dari hasil SDA Aceh menjadi 70% untuk
> Aceh dan 30% untuk Pusat, sebelumnya sebaliknya. Gas/LNG ARUN dahulu
> Primadona, masyarakat Aceh menilai tidak mendapat Keadilan Sosial dari
> pendapatan LNG ARUN (Sila Kelima terancam). Saat ini dari 8 train ARUN
> hanya satu yang beroperasi karena cadangan gas menipis. Ada tiga Pabrik
> Pupuk di Aceh, Pabrik Pupuk Aceh Asean Fertilizer (sudah sekarat tak ada
> pasokan gas, kedua dan ketiga adalah Pabrik Pupuk Iskandar Muda (PIM) I &
> II. Pemerintah strong effort untuk mempertahankan PIM dapat pasokan gas
> agar tetap bisa beroperasi kalau sampai PIM mati gejolak politik di Aceh
> bisa terjadi, solusinya adalah "SWAP LNG ARUN-BONTANG". Gas ARUN tidak
> diproses untuk LNG tetapi untuk memasok PIM I DAN PIM II, sementara itu LNG
> yang harus dipasok ARUN ke Korea Selatan digantikan dipasok oleh BONTANG.
> Untuk merealisasikan SWAP LNG/GAS ini perundingannya memakan waktu lebih
> dari setahun karena melibatkan raksasa EXXON dan TOTAL. Seandainya saja
> ARUN dan MAHAKAM dioperasikan oleh PERTAMINA perundingan Swap LNG/Gas
> tersebut makan waktu dalam hitungan HARI BUKAN TAHUN. Karena kalau
> Pertamina diperintah oleh Indonesia untuk Negara ya "Sami'na wa ato'na"
> (kami dengar kami laksanakan). Lha kalau EXXON dan TOTAL diperintah
> Indonesia untuk kepentingan keutuhan Negara, ya nanti dulu banyak bak bik
> buk-nya karena EXXON dan TOTAL punya negara sendiri. Semoga Pemerintah
> dalam memutuskan pengelolaan Gas yang primadonanya dari Blok Mahakam dapat
> memetik pelajaran berharga dari Aceh dan LNG Arun.
>
>
> Salam,
>
>
> On Monday, April 8, 2013, noor syarifuddin wrote:
>
> Rekans,
>
> Saya kira import gas akan menjadi solusi pragmatis yang paling mudah
> dan sederhana (tinggal beli aja kok... :-)
>
> Tapi dengan mulai ditandatanganinya kontrak LNG ke Jepang oleh
> produsen shale gas untuk delivery tahun 2015/2016 dengan harga yang
> cukup tinggi dibanding harga HH (16$/mmbtu), maka sebaiknya kita mawas
> diri....
>
> kalau pasar internasional nantinya jenuh karena ekspor shale gas ini,
> maka "berkah"nya adalah gas Indonesia harus masuk pasar
> lokal/domestik.... tapi kalau harganya masih di bawah 7-8 $/mmbtu
> apakah akan menjadi ekonomis untuk proyek-proyek di daerah
> forntier?... kalau tidak, maka sudah pasti proyeknya akan tertunda
> atau terhenti
>
> ibarat sakit jantung, ini adalah "pembunuh senyap" eksplorasi dan
> eksploitasi migas kita..... silakan diterka akan berapa banyak
> aktifitas eksplorasi dan pengembangan yang akan tertunda atau ditunda
> karenanya...
>
>
> salam,
>
>
> On 4/8/13, H Herwin <henricus.her...@gmail.com> wrote:
> > Hallo Pak Rovicky,
> > Saya rasa fokus ke shale business di Amerika lebih di dorong oleh
> > kepentingan bisnis dibanding dengan sekadar nasionalisme. Keberhasilan
> > shale gas memang membuat harga gas di sana (Henry Hub) menjadi sangat
> > rendah, ini yang membuat industri di sana berpindah ke shale "wet gas"
> dan
> > shale oil. Produksi liquid yang membuat shale industry di Amerika masih
> > menarik walaupun harga gasnya sangat rendah.
> >
> > Iseng2 saya lihat draft corporate meeting HESS May ini di internet.
> > http://www.transforminghess.com/
> >
> > HESS mempunyai asset Shale Oil yang bagus di Bakken (17% prod, 23%
> reserves
> > Hess group ada di sana) dan di emerging Utica Shale. Di Indonesia sendiri
> > asset mereka relatif kurang baik dibanding asset2 HESS yang lain dan
> hasil
> > ekplorasi mereka di tahun2 belakangan ini juga negative.
> > Saya tidak punyak akses ke www.ogj.com. Apakah Pak Rovicky bisa kirim
> > artikelnya. Export gas dari Amerika memang patut dicermati karena akan
> > mempengaruhi harga jual gas di Asia ................... Well, seperti
> bapak
> > bilang, bila harga gas sangat murah, tidak ada salahnya kita beli gas kan
> > ?? :)
> >
> > Salam hangat,
> > Henky
> > 2013/4/5 Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>
> >
> >>  On Fri, Apr 5, 2013 at 2:24 AM, H Herwin
> >> <henricus.her...@gmail.com>wrote:
> >>
> >>> Abah,
> >>> Kebetulan Newfield sedang berencana menjual portfolio mereka di Asia
> (Di
> >>> Cina dan di Malaysia), walaupun mereka mungkin berubah pikiran setelah
> >>> discovery ini :) Atau malah mengambil keuntungan karena nilainya jadi
> >>> lebih
> >>> tinggi .......... Strategi mereka ingin focul dgn shale asset mereka di
> >>> USA.
> >>>
> >>
> >> Wah kok strateginya mirip HESS juga ya.
> >> Shale gas/oil di Amerika ini banyak menyedot perhatian investor lokal
> >> untuk menanamkan di negerinya sendiri. Walau harga gas disananya jatuh
> >> tetep saja mereka ingin mengembangkan negaranya sendiri dengan dana
> >> sendiri
> >> dan dipakai sendiri (setahu saya debat ijin ekspor masih berlangsung
> >> seru).
> >> Intinya Amerika sedang berusaha untuk mencari pasokan "energi" untuk
> >> negerinya sendiri.
> >>
> http://www.ogj.com/articles/print/volume-111/issue-4/special-report-lng-update/us-debate-on-lng-exports-centered.html
> >>
> >> Sementara saya sedang berpikir realis (walau sebagai explorer tetap
> harus
> >> optimis), sedang concern kemungkinan Indonesia menjadi net importir LNG
> >> (2016) dan menjadi net import energi (setelah 2025). Padahal kita
> >> memiliki
> >> insentive demografi atau Demography Bonus tahun 2020-2030 dimana akan
> ada
> >> 180 juta tenaga kerja siap menjadi mesin yang perlu bahan bakar dan
> bahan
> >> baku.
> >>
> >> Kalau pembangunan FSRU, Electric Plant, pipelines, jaringan kabel
> >> distribusi dan infrastruktur lainnya tidak disiapkan maka akan terjadi
> >> braindrain tenaga kerja Indonesia ke negara-negara yang mampu memberikan
> >> "kerja".
> >>
> >> Doh piye iki ?
> >>
> >> RDP
> >>
> >>
> >
>
>

Kirim email ke