Rekan-rekan IAGI-Netter ysh, Saya sedang otw transit di Den Pasar dari Makasar ke Bandung setelah penelitian di tengah laut selama hampir 10 hari, sebenarnya masih sangat lelah dan terkena sakit gigi lumayan senut-senut, tapi sebagai koordinator Tim mandiri Terpadu G.Padang kiranya perlu memberikan beberapa pandangan mengenai isyu yang dilontarkan oleh Mang Okim. Komentar singkat: ini luar binasa aneh bin-ajaib (dibaca: ngawur). Sy bisa uraikan bahwa setiap butir pernyataan 'Petisi 34' yang maksud adalah plintiran atau tudingan palsu yang lebih kejam dari kasus alamat palsunya Ayu Ting-ting. Tapi terlalu panjang kalau diurai satu-satu. Inti masalahnya saja.
Pertama-tama, mohon ditanggapi dengan jernih dan itikad baik. Sudah cukup masalah penelitian ilmiah di G.Padang ini dikacaukan dengan isyu macam-macam tidak karuan yang akhirnya menjadikan hal ini kontroversial yang tidak jelas juntrungannya (Mudah-mudahan tidak ada konspirasi sekelompok orang yang justru bertujuan agar tidak jelas juntrungannya). Saya tahu ada 'petisi 34' baru tadi malam setelah ada signal dan akses internet. Petisi ini dibuat setelah acara forum diskusi (ilmiah?) yang diprakarsai oleh kelompok yang menamakan diri Forum Pelestari Gunung Padang, dihadiri cukup banyak orang yang bukan sembarangan, dengan tujuan untuk menghujat dan menghentikan penelitian yang dilakukan oleh Tim Mandiri Terpadu yang tidak diundang dalam forum itu. Logika sehatnya, Bukankah seharusnya Tim Mandiri diundang untuk diajak berdialog dan berdiskusi bukan malah diadili di belakang punggung? bahkan kalau Tim ini mau 'dibantai' secara ilmiah juga sah-sah saja kalau memang berani. Prihatin juga, kok sepertinya dialog ilmiah macet? Atau ini memang bukan masalah kebenaran ilmiah tapi ada kepentingan lain, atau jangan-jangan ada pihak yang sengaja mengadu-domba? Kok bisa-bisanya melarang penelitian dengan alasan pelestarian yang tidak jelas alasannya? Saya, Mas ADB, Mas Ali Akbar dan Tim Arkeologi UI juga rekan-rekan lain yang bergabung dalam tim melakukan penelitian di G.Padang ini dengan serius dan tentu saja mengikuti kaidah ilmiah. Tidak ada niatan lain selain untuk menguak fakta dengan seilmiah-ilmiahnya, baik segi geologinya ataupun arkeologinya. Kami bukan peneliti 'kemarin-sore' yang bisa seenaknya dituduh sebagai peneliti tidak kompeten yang tidak becus meneliti serta tidak tahu hukum. Itu keterlaluan. perlu diketahui juga bahwa DR Ali Akbar itu arkeolog spesialis pra-sejarah salah satu penerus Alm Prof Soejono. Dia juga mengajar mata kuliah perihal peraturan-perundangan kepurbakalaan di Indonesia. Tentu kami ada ijin penelitian termasuk dari bupati walaupun lokasi yang sedang yang kami teliti sekarang sebenarnya di luar pagar Situs Cagar Budaya G Padang. Malah ARKENAS pun kalau mau meneliti di situs harus se-ijin Bupati/PEMDA, tidak bisa seenaknya, apalagi memonopoli penelitian. LIPI, sebagai lembaga penelitian negara, kalau mau meneliti di satu wilayah juga harus lapor dan se-ijin PEMDA. Tidak bisa juga LIPI atau BPPT atau lembaga penelitian apapun melarang peneliti yang melakukan penelitian tidak atas nama lembaga pemerintah. Sedangkan para peneliti asing malah bebas merajalela (tentu ada prosedur hukumnya). Yang menandatangani petisi itu di-daftar di-afilisiasikan dengan organisasi profesi termasuk IAGI. Apakah IAGI diundang? Mohon klarifikasi dari Ketum. Diantara yang menandatangani ada Ketua IAAI (Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia). Apakah dia bicara a/n organisasinya atau pribadi tidak jelas. Tapi kami disamping merasa disodok patut berbesar hati juga karena penelitian kami, yang notabene sudah membuat G.Padang sebelumnya diterbengkalaikan sekarang jadi perhatian nasional dan internasional, ternyata dianggap demikian pentingnya oleh forum para cendekiawan ini (catatan: walaupun jadi kontradiktif sendiri dengan pernyataan mereka yang melecehkan kemampuan Tim), sehingga forum menganggap perlu membuat petisi yang ditandatangani 34 orang ini langsung ke Presiden RI dengan tujuan supaya penelitian Tim Mandiri diberangus, kemudian tanggung jawab (penelitian)nya sepenuhnya diambilalih oleh lembaga berwenang, begitu. DAHSYAT! Di tanah Sunda ada istilah "DIPOYOK DILEBOK". Begitulah kira-kira. Pengunjung G.Padang yang jadi membludak malah dijadikan alasan bahwa sekarang kelestariannya menjadi terancam gara-gara penelitan Tim mandiri. Mungkin ada baiknya IAGI bekerja sama dengan IAAI bertindak sebagai mediator membuat acara seminar untuk ajang berdialog supaya tidak tambah salah-paham dan kacau, efeknya bisa serius. Dunia pendidikan dan riset di Indonesia sekarang sudah cukup lumpuh, jangan malah diinjak-injak. Mari kita bangun dan kembangkan sama-sama. Dengan segala keterbatasan yang ada, sejujurnya kami katakan bahwa kasus di Gunung Padang adalah kasus besar yang sangat menarik karena data kelihatannya mengarah ke sesuatu yang 'fantastis' dan seperti tidak masuk akal memang karena bertentangan dengan pengetahuan mainstream (arkeologi). Aspek geologinyapun tidak kalah menarik. "We just follow where data lead". Berbeda pendapat boleh saja, tapi mari sama-sama hormati azas dan etika ilmiah, berdiskusi dan berdebat dengan sehat. Jangan mau di adu-domba, nanti bener-bener jadi domba-domba yang menjadi makanan empuk para srigala. 2013/4/30 Sujatmiko <m...@cbn.net.id> > Rekan-rekan IAGI yang budiman, > > > > > Mang Okim sungguh tidak menduga diberikan kepercayaan menjadi nara sumber > di > Diskusi Ilmiah Sehari yang digelar oleh Puslit Arkenas di Pejaten Jakarta > pada Jum'at 26 April 2013 dengan tema : Rasionalitas Gunung Padang dan > Piramida Atlantis. Adalah Prof.Ris. H. Truman Simanjuntak yang menelpon > mang > Okim beberapa hari sebelumnya untuk minta kesediaan mang Okim. Mungkin > karena Dr.Budi Brahmantyo , Koordinator KRCB, tidak berada di tempat, maka > mang Okim ketiban pulung. Selain mang Okim dari KRCB, dari Bandung > diundang > juga Prof.Ris.Sutikno Bronto yang didampingi Ir.Pudjo Asmoro MSc. dari PSG, > Dr. Ony Suganda dari PVMBG., dan Drs. Lutfi Yondrie dari Balar Bandung. > Karena dari awalnya mang Okim memang kurang sependapat dengan > hipotesis-hipotesis Tim Katastropik Purba bentukan Stafsus Presiden Bidang > Bantuan Sosial dan Bencana, maka mang Okim langsung saja menerima undangan > Prof Truman tersebut. > > > > Yang hadir di diskusi ilmiah sekitar 40 orang ( 6 Profesor, banyak Doktor, > banyak S2 dan S1, serta wartawan cetak dan elektronik ). Diskusinya > dipimpin > Drs Bambang Budi Utomo, Peneliti Utama Puslit Arkenas , didampingi oleh > Dr.Bambang Sulistyanto, Ka.Puslit Arkenas. Sebagai pembukaan, Prof Truman > Simanjuntak memaparkan tentang makna rasionalitas, halusinasi, dan > hipotesis > Atlantis yang terkesan dijadikan pegangan oleh Tim Terpadu Penelitian > Mandiri Gunung Padang (TTPMGP). Selanjutnya dijelaskan tentang penelitian > TTPMGP yang inappropriate, yang tidak mematuhi Undang-undang Cagar Budaya > dan mengabaikan proses yang baku ( karena memburu temuan ). Selain dari > itu, > TTPMGP dianggap terlalu cepat memberikan interpretasi temuannya yang tanpa > digodog langsung dilempar ke sarana publik. TTPMGP dianggap juga kurang > memahami prasejarah nasional sehingga memunculkan hal-hal sensasional > seperti adanya bangunan budaya yang maha hebat di perut G. Padang, > teknologi > lebih maju dari Mesir purba, dan lain-lain. Prof. Truman menyinggung juga > tentang pseudo archeology, fantastic archeology, dll.nya. > > > > Jalannya diskusi dan lahirnya petisi > > > > Nara sumber lainnya yang mendapat kesempatan berbicara adalah Prof. > Mundardjito dari UI, Prof. Sutikno Bronto dari PSG, Drs. Lutfi Yondri dari > Balar Bandung, Dr. Ony Suganda dari PVMBG Bandung, Prof. Wahyu Hantoro dari > LIPI, Drs. Junus Satrio Atmodjo Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia, mang > Okim dari KRCB, dan lain-lainnya. Hal-hal yang disampaikan meliputi antara > lain legalitas penelitian Tim Mandiri termasuk leadernya, MOP dari setiap > penelitian arkeologi, arkeolog pendamping dari instansi terkait sesuai > dengan yang diamanatkan dalam UU Cagar Budaya, pengerahan tenaga massa yang > dapat membahayakan keselamatan cagar budaya, dan lain-lain. Mang Okim > sendiri mengawali sharingnya dengan menyitir pesan Frederic Lahee : One > must be careful not to draw conclusions from too brief an examination > (Field > Geology, 1961, hal. 41). Karena mengabaikan pesan tersebut maka muncullah > interpretasi sensasional yang langsung diumumkan ke luar, antara lain > tentang piramida tertinggi di dunia, pasir ayakan manusia purba lebih > 10.000 > tahun yang lalu, semen perekat kekar kolom, gumpalan besi sisa pekerjaan > metalurgi ribuan tahun yang lalu, pintu gerbang 18 meter, pintu masuk ke > ruangan di perut G. Padang yang diduga kuat mengandung emas murni, > bangunan budaya berukuran lebih 10 kali Borobudur, dll. > > > > Diskusi ilmiah yang direncanakan berlangsung dari pkl 13.00 sampai pkl > 16.00 > terpaksa diperpanjang sampai pkl 22.00 karena seluruh peserta sepakat > untuk > membuat petisi ke Presiden SBY dengan harapan agar beliau dapat segera > menghentikan sepak terjang TTPMGP yang selama ini dianggap telah > mengabaikan norma-norma hukum dan MOP penelitian arkeologi. Tujuan hakiki > dari petisi tersebut selain menyelamatkan Situs G.Padang adalah juga untuk > menjaga martabat dan kehormatan Presiden dan Ibu Negara yang selama ini > terkesan mendapatkan masukan-masukan yang tidak benar. Tepat pada pukul > 22.00, pembahasan petisi yang dipimpin oleh Drs. Junus Satrio Atmodjo > berhasil dirampungkan dan ditanda-tangani oleh 34 peserta. Petisi yang > dikirimkan ke Presiden dengan tembusan ke 3 Kementerian dan Bupati Cianjur > tersebut kemudian mendapat reaksi yang sangat keras dari Pak Andi Arief, > Stafsus Presiden ( beliaulah yang memperkenalkan istilah Petisi 34 ). > > > > Ekskavasi TTMGP akhirnya dihentikan > > > > Puji syukur kehadlirat Tuhan YMK bahwa setelah Pak Andi Arief sempat > meradang pada 27 April dengan mencap beliau-beliau yang hadir di diskusi > ilmiah sebagai PENJAHAT INTELEKTUAL dan mengharuskan 3 Menteri Kabinet dan > 1 Wamen untuk mundur dari jabatannya karena dituduh mendukung petisi, > maka > pada 28 April beliau sudah agak melunak dengan mengharapkan agar Tim Petisi > 34 dapat duduk bersama dengan TTPMGP untuk mendiskusikan hasil penelitian > masing-masing. Pada 29 April, akhirnya Pak Andi Arief mengumumkan bahwa > TTPMGP akan menghentikan ekskavasi lanjutannya yang direncanakan pada > tanggal 11 Mei. Dengan demikian maka acara kunjungan Ibu Negara ke G. > Padang kemungkinan besar dibatalkan juga . > > > > Untuk mang Okim sendiri, alhamdulilah selain mendapat gelar Doktor , dapat > juga cap sebagai penjahat intelektual dan geolog gaeg. Yang sungguh > mengherankan adalah tuduhan bahwa mang Okimlah yang menyebar luaskan > tentang adanya harta karun di perut G. Padang dan gunung - gunung piramida > lainnya. Mungkin karena kemarahan yang tidak terkendali maka Pak Andi Arief > menyangka bahwa mang Okimlah komandan Turangga Seta yang sejak awal > menginspirasi Tim Katastropik Purba tentang adanya bangunan piramida dan > timbunan harta karun di perut G. Lalakon, G. Sadahurip, dan G. Padang. > Sebagai pelengkap, di bawah ini mang Okim lampirkan reaksi spontan dari Pak > Andi Arief seperti yang disiarkan di Merdeka Online. > > > > Salam cinta Geo-Arkeologi, > > > > Mang Okim > > > > > ---------------------------------------------------------------------------- > > ---------------------------------------------------------------------------- > ----------------------- > > Rakyat Merdeka Online > > <http://www.rmol.co/> Home > > <http://www.addthis.com/bookmark.php?v=250&username=irvandeddy> More > Sharing ServicesShare | > < > http://www.rmol.co/read/2013/04/27/108157/Andi-Arief:-Petisi-Tak-Membuat-Ka > mi-Berhenti-<http://www.rmol.co/read/2013/04/27/108157/Andi-Arief:-Petisi-Tak-Membuat-Kami-Berhenti->> > Share on facebook > < > http://www.rmol.co/read/2013/04/27/108157/Andi-Arief:-Petisi-Tak-Membuat-Ka > mi-Berhenti-<http://www.rmol.co/read/2013/04/27/108157/Andi-Arief:-Petisi-Tak-Membuat-Kami-Berhenti->> > Share on twitter Share on google > < > http://www.rmol.co/read/2013/04/27/108157/Andi-Arief:-Petisi-Tak-Membuat-Ka > mi-Berhenti-<http://www.rmol.co/read/2013/04/27/108157/Andi-Arief:-Petisi-Tak-Membuat-Kami-Berhenti->> > Share on favorites > > PIRAMIDA GUNUNG PADANG > Andi Arief: Petisi Tak Membuat Kami Berhenti > Sabtu, 27 April 2013 , 17:39:00 WIB > > Laporan: Aldi Gultom > > > > > > http://www.rmol.co/images/berita/normal/684773_05400027042013_Gunung_Padang. > jpg<http://www.rmol.co/images/berita/normal/684773_05400027042013_Gunung_Padang.jpg> > > > > > > RMOL. Staf Khusus Presiden Andi Arief kembali menegaskan bahwa penelitian > yang dilakukan Tim Terpadu Riset Mandiri tidak dalam rangka mencari harta > karun seperti yang dituduhkan segelintir peneliti lain dari Pusat > Penelitian > Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas). Kemarin (Jumat, 26/4) Puslit Arkenas > menggelar pertemuan yang diakhiri dengan penandatanganan petisi yang > meminta > Presiden SBY menghentikan penelitian Tim Terpadu Riset Mandiri yang > dikordinir kantor Andi Arief. > > Dalam pesan yang dikirimkan Andi Arief beberapa saat lalu (Sabtu, 27/4) > Andi > Arief menjawab tuduhan lain bahwa penelitian yang dilakukan DR. Danny > Hilman > Natawidjaja cs itu merusak areal situs megalitikum. Andi menegaskan bahwa > penelitian mereka lakukan di luar kawasan cagar budaya situs megalitikum. > Berikut adalah penjelasan utuh Andi Arief tersebut: > > ADALAH geolog DR. Sudjatmiko yang selalu bilang kemana-mana bahwa Tim > Terpadu ini mencari harta karun. Bahkan kemarin geolog gaek itu menyatakan > bahwa dipastikan ada harta karun di bawah situs Gunung Padang.Inilah > kekeliruan mendasar dari Sudjatmiko. Pertama kami tidak pernah kenal yang > namanya Karun. Dan kami sampai saat ini tidak tertarik pada cerita Karun > yang memiliki emas yang kuncinya saja segudang. Sangatlah aneh jika ada > yang > berpendapat ada harta Karun. Geolog Sudjatmiko terperangkap dalam pandangan > seakan-akan Karun itu memiliki harta banyak. > > Kedua, secara tak sadar ia menyatakan cerita harta karun itu ada di bumi > Indonesia. Artinya, secara tak sadar Sudjatmiko mengakui ada masa pra > sejarah yang maju di Indonesia. Berdasarkan riset yang ada, selama dua > tahun > ini kami tidak mendeteksi di dalam bangunan itu ada peninggalan si Karun. > Kami mengendus, dengan menggunakan berbagai pendekatan dan teknologi > canggih, ada satu maha karya berupa bangunan yang didirikan dengan > teknologi > canggih, dan di dalam bangunan itu terindikasi ada satu teknologi 'luar > biasa' yang bisa mengagetkan kita semua yang merasa saat ini hidup di zaman > sudah maju. Jelas sudah. Tim ini tak memikirkan Karun yang menurut > Sudjatmiko ada dan lahir seta meninggalkan harta di bumi Indonesia. > > Kami sedang mengungkap peradaban tinggi leluhur kita yang selama ini > ditimbun. Belum jelas apakah perang atau bencana yang menyebabkan Mahakarya > Agung ini ditimbun. Adalah Prof. Munardjito yang selalu mengkampanyekan > bahwa situs megalitikum Gunung Padang akan rusak karena riset Tim Terpadu > sehingga sampai membuat pertisi segala. Munardjito adalah arkeolog yang > mendadak peduli situs ini setelah hasil riset Tim Terpadu ramai > diberitakan. > Seperti diketahui bersama semua arkeolog itu hanya mengakui bahwa yang > dinamakan situs megalitikum Gunung Padang adalah luasan tanah di atas situs > yang ukurannya sekitar 900 meter per segi, beserta batu-batu yang > bergelimpangan di atasnya. Entah apa yang membuat arkeolog kemudian > menyebutkan tanah seluas itu beserta batu bergelimpangan itu sebagai > mahakarya agung nenek moyang kita seperti dalam paper Lutfi Yondri. > Penghinaan terhadap kita semua kalau mahakarya agung itu adalah hanya batu > bergelimpangan di tanah yang areal yang hanya 900 meter per segi. > > Dimana riset ini merusak situs megalitkum? Semua riset setelah 7 Februari > 2011 dilakukan di luar situs. Ada di tanah masyarakat, ada di tanah negara. > Miris, jika dibandingkan dengan peneliti asing yang bebas dimana-mana > mengutak-atik berbagai situs bukan untuk kepentingan bangsa ini.Belum ada > satu bukti yang menyatakan riset ini merusak situs. Tetapi semua orang tahu > bahwa arkeolog yang berteriak kami merusak situs, justru dialah yang > merusak > situs dengan memasang menara di areal situs itu. Orang itu bernama Lutfi > Yondri. > > Dari kesemua ini, adalah hal yang aneh jika arkeolog menentang riset ini. > Bukankah semua eskavasi akan dilakukan oleh arkeolog? Masyarakat hanya > membantu arkeolog bekerja. Mereka merasa memiliki, mengontrol dan > sebagainya.Tengoklah situs Batu Jaya. Mengapa seperti ditinggalkan? > Menunggu > dana UNESCO? > Belajarlah dari Borobudur. Kita memiliki fisiknya, tapi kita dipaksa untuk > tidak mengerti banyak hal dari penemuan, pemugaran dan lain-lain. Harusnya > momentum penelitian Gunung Padang ini menjadi kebangkitan arkeolog > Indonesia > di mata dunia. > > Sayang sungguh sayang, sekali lagi momentum disia-siakan. Salah besar, jika > gertakan petisi akan membuat Tim Terpadu akan mundur. Tanggung jawab > intelektual sebagai peneliti kepada rakyat. Apalagi ini menyangkut > peradaban > masa lalu kita. Jelas tak bisa dihentikan dengan petisi! Sampai hari ini > semua hanya common sense menilai riset Tim Terpadu: Tolong buktikan satu > saja langkah Tim Terpadu yang tidak ilmiah, yang merusak situs dan yang > melanggar UU. [ald] > > > ____________________________________________________________________________ > _____________________ > > Andi Arief: Tiga Menteri dan Satu Wamen Harus Mundur! > Sabtu, 27 April 2013 , 11:30:00 WIB > > Laporan: Aldi Gultom > > > > > > RMOL. Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam yang juga > inisiator Tim Terpadu Riset Mandiri, Andi Arief, tidak memahami persis > mengapa pertemuan di Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) > Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kemarin (Jumat, 26/4) bisa > menyatakan > bahwa riset yang dilakukan di situs Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, > tidak menggunakan kaidah ilmiah. Mereka yang berkumpul di Puslit Arkenas > itu > membuat petisi yang meminta agar penelitian di Gunung Padang dihentikan. > > "Mereka tidak menjelaskan di mana letak tidak ilmiahnya. Apakah yang > dimaksud ilmiah itu adalah duplikasi riset seperti yang berulangkali > dilakukan oleh peneliti atas sebuah objek seperti praktek selama ini? > Ataukah yang disebut ilmiah itu adalah habisnya uang pemerintah namun > proyek > penelitian di Trowulan, misalnya, gagal dibereskan oleh Prof. Munardjito?" > gugat Andi Arief kepada Rakyat Merdeka Online, Sabtu (27/4). > > Prof. Munardjito yang dimaksud Andi Arief adalah arkeolog senior di Puslit > Arkenas. Prof. Munardjito sedianya juga memimpin tim dari Puslit Arkenas > dalam penelitian di Gunung Padang. Andi Arief menduga, segelintir ahli yang > ikut dalam pertemuan di Puslit Arkenas kemarin bukan saja tidak ingin > kemajuan masa lalu nenek moyang bangsa Indonesia diungkap, tetapi mereka > juga adalah kaki tangan "pembuat sejarah" yang berkeinginan agar bangsa > Indonesia selamanya merasa berada di bawah bangsa-bangsa lain. > > Mantan pendiri Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) ini > menilai, sepanjang temuan sementara Tim Terpadu Riset Mandiri tidak atau > belum bisa dibantah dengan hasil peneltian lain maka tidak ada alasan > mengatakan riset tersebut tidak menggunakan kaidah ilmiah. "Mereka yang > berkumpul di Puslit Arkenas itu tidak sedikitpun punya perasaan malu > terhadap terhadap kebohongan-kebohongan intelektual mereka selama ini. > Sudah > berapa uang negara yang mereka habiskan selama ini," kata dia lagi. > > Andi Arief lebih jauh meminta agar tiga menteri bertanggung jawab atas > kebohongan penelitian yang dilakukan pada ahli di bawah kementerian yang > mereka pimpin. Ketiga menteri itu adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan > Muhammad Nuh, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik, dan > Menteri Riset dan Teknologi Muhammad Hatta. "Mereka ini sudah tidak lagi > adil sejak dalam berpikir. Kalau di Jepang, menteri-menteri seperti ini > sudah mundur," tegasnya. Selain ketiga menteri itu, seorang Wakil Menteri > Pendidikan dan Kebudayaan juga harus mundur karena ikut bertanggung jawab > dalam laporan penelitian manipulatif itu. > > Hubungan Tim Terpadu Riset Mandiri dengan Kementerian Pendidikan dan > Kebudayaan sebenarnya sempat membaik. Pekan lalu (Selasa, 16/4), Wakil > Mendikbud Wiendu Nuryanti bertemu Tim Terpadu Riset Mandiri untuk > membicarakan penelitian di Gunung Padang. Dalam pertemuan di Kantor > Kemendikbud itu tim peneliti Gunung Padang diwakili Dr. Budiarto Ontowirjo > yang juga peneliti di BPPT dan Dr. Lily Tjahjandari dari Universitas > Indonesia. Andi Arief pun hadir dalam pertemuan itu. > > Menurut Wiendu, temuan di Gunung Padang sudah menjadi wacana internasional. > Wiendu juga mengatakan bwah hasil penelitian Gunung Padang akan dibawa ke > ajang World Culture Forum (WCF) 2013 yang digelar UNESCO bulan November > 2013. Selain itu, Wiendu juga menegaskan bahwa pemerintah telah menyiapkan > program jangka panjang untuk menuntaskan penelitian di Gunung Padang. [ald] > > > ____________________________________________________________________________ > _____________________ > > -- Danny Hilman Natawidjaja LabEarth - Geoteknologi LIPI, Gd.70 Komplek LIPI - Gd.70, Jl. Sangkuriang, Bandung 40135, Indonesia