Kalau saya perhatikan ada dua pendapat , satu Menganggap bahwa
G. Padang ini adalah murni alam dan "tdk ada apa apanya" 
didalamnya dan Tidak boleh ada kegiatan apapun karena bisa
merusak kelestarian cagar budaya tersebut.
Yang kedua Menganggap bahwa Gn Padang ini "ada apa apanya"
didalamnya ( paling tidak ada beberapa pertanyaan yg mengganjel
yg perlu dicari jawabannya , ini biasanya naluri ilmuwan.....) 
hal ini tentunya bukan berdasarkan imajinasi atau wangsit tapi
lebih berdasarkan hasil penelitian geologi dan geofisika
terpadu, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut.... untuk membuktikan teori tsb.
Kalau dari segi Legal ( UU No.11 tahun 2010 ) , sebetulnya dua
duanya bisa diakomodir , yg satu Ingin Jangan disentuh Itu
Barang agar terjaga kelestariannya , yg satu cukup penasaran
ingin mencoba ingin mengetahui apa yg sebetulnya terjadi dg
sedikit ngutak utik Itu Barang ( ini biasa naluri ilmuawan....
tidak mau berhenti kalau belum ketemu jawabannya meskipun
kadang jawabannya tidak sesuai yg diharapkan...  kegagalan bagi
ilmuwan juga merupakan hasil......ibaratnya kalau Gagal nilai 1
kalau Berhasil nilainya 2 jadi tetap Bermanfaat....) ).

Menjaga Kelestarian Cagar Budaya dari kerusakan itu wajib
hukumnya , Tapi malakukan penelitian  ( dalam rangka
kepentingan  Pendidikan dan pengembangan Iptek ) itu juga bukan
barang Haram ( Pasal 85 dan 86 UU tsb )
Jalan keluarnya agar semuanya win win solution , ya dilakukan
penelitian tanpa harus merusak , dan ini dapat dibenarkan dlm
UU tsb " Untuk menjaga agar Barang tsb tidak rusak perlu
dilakukan Kajian atau amdal sberapa besar pemanfaatan cagar
budaya tsb untuk penelitian yg diijinkan agar tetap terjaga
kelestariannya ( ada di Pasal 86 )
Siapa wasitnya , pertanyaanya adalah status cagar budaya ini
Tingkat Nasional , Provinsi atau Kabupaten , wasitnya ya
setingkat dg Status cagar budaya tsb.
Iptek selalu berkembang , hal hal yg tidak mungkin bisa dibikin
mungkin sesuai dg perkembangnya....itu semua bukan merupakan
Hil yang Mustahal.

Lam salam

ISM


> Tumben ya Abah? Selama ini kan sudah ada arkeologi, kenapa
> baru sekarang jadi riuh rendah? Saya hanay kawatir, nanyi
> seperti MenAg, yang gali2 di batutulis, rancamaya.
 Setau
> aku sbg geolog yang baru belajar sundanologi, tidak ada
> kebiasaan orang sunda mengubur hartanya bersama mayat,
> karena tidak ada cerita kelahiran kembali dalam keyakinan
> Sunda Buhun maupun Sunda wiwitan.
 Coba saja ikuti kisah2
> klasik Sunda.
> Salam.
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> -----Original Message-----
> From: "Yanto R. Sumantri" <yrs_...@yahoo.com>
> Sender: <iagi-net@iagi.or.id>
> Date: Thu, 2 May 2013 01:20:42
> To: iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id>
> Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net] PETISI 34 : SITUS GUNUNG PADANG
> TERSELAMATKAN
 Danny 
>
> Terima kasih infonya.
> Kalau lihat levelnya  (Dit Jen) , maka kelihatan bahwa
> Pemerintah sangat "concern" dengan kepurbakalaan.
>
> si Abah 
>
>
>
> ________________________________
> From: Danny Hilman Natawidjaja <danny.hil...@gmail.com>
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Sent: Thursday, May 2, 2013 11:42 AM
> Subject: RE: [iagi-net] PETISI 34 : SITUS GUNUNG PADANG
> TERSELAMATKAN
>
>
>
> Benar.  Yang mengelola situs sehari-hari BP3 dengan para
> JuPelnya, juga Dinas Pariwisata.  BP3 di bawah DirJen
> Kepurbakalaan di DEPDIKBUD.  Ijin melakukan penelitian
> menurut UU no.11, 2010 adalah dari pemerintah pusat atau
> daerah.  Balai Arkeologi yang di bawah Arkenas fungsinya
> melakukan penelitian, sama seperti balai di bawah Puslit
> LIPI.  
>  
> From:iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On
> Behalf Of Yanto R. Sumantri Sent: 02 Mei 2013 10:19
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net] PETISI 34 : SITUS GUNUNG PADANG
> TERSELAMATKAN  
> Aduh sayang sekali ya Dany , BALAR itu apakah kependekan
> dari Balai Arkeologi ? Jadi ingin tahu , sesuai dengan UU/PP
> siapakah yang paling berwenang dalam pengelolaan benda benda
> purbakal / arkeologi ? LIPI / Dit (?) Arkeologi ?  
> si Abah
>  
>
> ________________________________
>
> From:Danny Hilman Natawidjaja <danny.hil...@gmail.com>
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Sent: Thursday, May 2, 2013 7:41 AM
> Subject: RE: [iagi-net] PETISI 34 : SITUS GUNUNG PADANG
> TERSELAMATKAN  
> Pagi Pak ban,
> 1.      Tidak ada hubungan antara rongga dan bencana purba
> 2.      Line geolistrik dan georadar sudah di-grid pak,
> spacing 10 m (barat-timur, utara-selatan) untuk seluruh
> bukit + real 3D geolistrik imaging untuk puncaknya +
> tambahan berbagai lines untuk target khusus 3.      Indikasi
> ruangan yang terlihat di geolistrik dan georadar sudah
> sangat baik. Kalaupun ingin membuktikan sampai bisa dilihat
> dengan mata kepala sendiripun sebenarnya tidak susah, cukup
> beberapa hari saja.  Ada lokasi di sekitar situs yang bisa
> digali tanpa menggangu situs batunya dan aman.  Pernah mau
> dilakukan oleh Tim Arkeolog UI (dengan guidance dari image
> georadar dan geolistrik), hampir mencapai target, tapi
> kemudian ada arkeolog BALAR yang marah-marah dan telpon Pak
> Ali Akbar menyuruh menghentikan eskavasi.  Kami tidak mau
> ribut, maka eskavasi dihentikan.  Target itu kami duga pintu
> masuk.  
> From:iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On
> Behalf Of bandon...@gmail.com Sent: 02 Mei 2013 4:56
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net] PETISI 34 : SITUS GUNUNG PADANG
> TERSELAMATKAN  
> Aku berhasil membuka situs turangga seta.
>
> Sedikit mau tanya:
> 1. apa hubungan bencana alam purba dengan temuan rongga di
> gunung padang yang terdeteksi oleh geoistrik 3D dan
> georadar?
>
> 2. Di jelaskan juga oleh Ali Akbar (arkeolog UI)ada temuan
> pintu masuk atau gerbang ke dalam situs. Apakah pintu masuk
> ini dugunakan juga sebagai referensi dalam membuat line
> geolistrik dan georadar?  Mungkin ini yang ada hubungannya
> dgn bencana purba?
>
> 3. Kalau pintu masuk sudah ditemukan, kenapa tidak
> digali/diikuti saja bekas runtuhannya sehingga mudah
> membuktikan adanya ruangan di dalam situs?
>
> Pintu masuk ini menarik sekali, tetapi nampaknya diabaikan
> baik oleg arkeolog maupun geolog ya.
>
> Salam hormat.
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> ________________________________
>
> From: "Danny Hilman Natawidjaja" <danny.hil...@gmail.com>
> Sender: <iagi-net@iagi.or.id>
> Date: Wed, 1 May 2013 22:58:58 +0700
> To: <iagi-net@iagi.or.id>
> ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: RE: [iagi-net] PETISI 34 : SITUS GUNUNG PADANG
> TERSELAMATKAN  
> Penelitian Gunung Padang ini menurut saya tidak akan tuntas
> dalam setahun duatahun, tapi akan bertahun-tahun.  Tapi
> publikasi itu berjenjang, tidak perlu menunggu sampai tuntas
> benar-benar.   Saya jadi ingat pengalaman penelitian yang
> sangat panjang tentang siklus gempa di Mentawai.  Kami baru
> publikasi (populer) ke masyarakat setelah lebih dari 10
> tahun penelitian setelah sudah cukup banyak publikasi paper
> jurnal internasionalnya.  Anehnya walaupun demikian banyak
> saja  orang-orang pandai yang dengan ringan bilang bahwa
> yang kami katakan itu tidak atau belum tentu benar, termasuk
> ada seorang pakar senior yang tidak pernah ke Mentawai
> apalagi meneliti, dan juga bukan ahli gempa, tapi dengan
> lantang bicara: ooo ngawur tuh, energi gempanya sudah keluar
> semuah!.  Tapi orang banyak percaya juga karena dia sangat
> dihormati dan pernah menjabat rektor sebuah perguruan tinggi
> terkemuka pula.  Maka mulailah media dan masyarakat
> menggunjingkan bahwa potensi gempa-tsunami di Mentawai itu
> diragukan karena katanya masih kontroversial.  Capek deh. 
> Lain episode lain lagi,  ketika kami bilang tidak ada
> prediksi ilmiah bahwa akan ada gempa besar
> dalam waktu dekat masyarakat ramai-ramai panik karena ada
> seorang pakar yang katanya professor dari Amerika Selatan
> meramal akan ada gempa besar dalam waktu dekat berdasarkan
> MIMPInya.  Orang kembali berguncing mempertanyakan mana yang
> benar, kok pendapat para ahli bisa berbeda sih?.   Nah,
> itulah potretnya.
>  
> From:iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On
> Behalf Of bandon...@gmail.com Sent: 01 Mei 2013 22:16
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net] PETISI 34 : SITUS GUNUNG PADANG
> TERSELAMATKAN  
> Lebih dari setahun, juga nggak apa.
> Untuk membuktikan tektonik lempeng saja perlu waktu. Teori
> apungan benua, begitu juga. Salam.
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> ________________________________
>
> From: a...@geologist.com
> Sender: <iagi-net@iagi.or.id>
> Date: Wed, 1 May 2013 13:40:12 +0000
> To: <iagi-net@iagi.or.id>
> ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net] PETISI 34 : SITUS GUNUNG PADANG
> TERSELAMATKAN  
> Asalkan bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan
> terbukti kebenarannya... Nunggu setahun mungkin tidak
> terlalu lama...
>
> Regards,
> Adie
> *bagianMasyarakat
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> ________________________________
>
> From: danny.hil...@gmail.com
> Sender: <iagi-net@iagi.or.id>
> Date: Wed, 1 May 2013 13:24:25 +0000
> To: <iagi-net@iagi.or.id>
> ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net] PETISI 34 : SITUS GUNUNG PADANG
> TERSELAMATKAN  
> Kalau dari kebiasaan lumrahnya memang harusnya jurnal ilmiah
> dulu baru buku populer science. Mau saya juga demikian. Tapi
> ini kasus khusus. Masa masyarakat disuruh nunggu sampai
> tahun depan utk tahun penjelasan lengkap. Jadi walaupun
> pembahasannya populer tapi materinya setara jurnal ilmiah.
> Memang risikonya bisa-bisa ketika akan submit ke jurnal
> ilmiah ditolak karena dianggap sudah dipublish, terlebih
> jurnal sekelas Science atau Nature. Ada gambar yang pernah
> dipampangkan di website saja bisa ditolak. Tapi tidak apa2.
> Kepentingan umum harus diutamakan. Percayalah pak. Kami
> bukan tipe orang2 yg gemar menyesatkan ;-)  Danny Hilman
> Natawidjaja
> LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
> Geoteknologi - LIPI
>
> ________________________________
>
> From: yustinus yuwono <yustinus.suyatno.yuw...@gmail.com>
> Sender: <iagi-net@iagi.or.id>
> Date: Wed, 1 May 2013 20:04:58 +0700
> To: iagi-net<iagi-net@iagi.or.id>
> ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net] PETISI 34 : SITUS GUNUNG PADANG
> TERSELAMATKAN  
> Danny yth,
>  
> Apakah gak terlalu cepat buku ilmiah populernya? Meskipun
> namanya buku ilmiah populer, isinya biasanya adalah hal-hal
> umum yang sudah diakui secara luas di lingkungan ilmuwan,
> sedangkan yang masih bersifat kontroversi (maksud saya masih
> diperdebatkan) apakah bijak untuk publikasi ilmiah populer?
> Jangan- jangan malah menyesatkan orang awam yang nanti
> membacanya? Salam,
> Yatno
>  
> 2013/5/1 <danny.hil...@gmail.com>
> Syukurlah masih banyak para pendidik seperti bapak yang
> sadar bahwa barometer saheh bagus tidaknya kualitas
> penelitian itu adalah publikasinya, khususnya publikasi
> jurnal internasional yg peer_reviewnya ketat, bukan
> petisi2an. Dalam waktu dekat rencananya akan ada publikasi
> buku ilmiah populer utk konsumsi masyarakat luas. Utk
> publikasi jurnal internasional akan dilakukan setelah itu,
> Insya Allah masih dalam tahun ini. Pak Yuwono tentu paham,
> utk publikasi level ini proses dari sudah submit sampai
> publikasi bisa makan waktu setahun dan ini adalah utk
> kalangan terbatas. Itu sebabnya yang kami utamakan adalah
> demand masyarakat luas dulu. Sadahurip, seperti sy katakan
> sementara ini penelitiannya ditunda dulu. Ttg data, kalo mau
> liat dan ingin mendiskusikannya silahkan saja main2 ke
> kantor pak. Tidak dirahasiakan kok.  Engga perlu nunggu
> publikasinya.
>
> Salam
>  
> Danny Hilman Natawidjaja
> LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
> Geoteknologi - LIPI
>
> ________________________________
>
> From: yustinus yuwono <yustinus.suyatno.yuw...@gmail.com>
> Sender: <iagi-net@iagi.or.id>
> Date: Wed, 1 May 2013 18:29:28 +0700
> To: iagi-net<iagi-net@iagi.or.id>
> ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net] PETISI 34 : SITUS GUNUNG PADANG
> TERSELAMATKAN  
> Rekan Danny,
>  
> Ini pendapat pribadi lho Pak Ketum, bukan atas lembaga
> apapun.
>  
> Memang dahsyat diskusi geo-arkeologi piramid ini. Saya dulu
> pernah bilang, silakan teruskan penelitian ini, kita nanti
> menikmati hasilnya. Ngomong-ngomong hasil, rekan Danny H N,
> apakah sudah ada yang published? Syukur dalam majalah ilmiah
> internasional yang berwibawa? Kalau belum ya kita ini
> (diskusi ini) anggap saja ngomong2 warung kopi saja, jangan
> bawa-2 ilmiah segala lah meskipun yang ambil bagian diskusi
> para sarjana bahkan banyak yang mumpuni di bidangnya
> masing-masing. Bahkan dulu Danny bersedia open data untuk
> publik kalo hasilnya sudah publish, kita nanti dapat data
> gratis dan masing-2 boleh membuat interpretasi bebas. Jadi
> sekali lagi teruskan saja asal sesuai prosedur baku (baik
> standar ilmiah maupun aspek legal). Oh iya, meskipun fokus
> anda sekarang di G Padang, hasil di "piramid" lain (sada
> hurip dll) apa pernah di published? Anda bilang data nya
> kurang bagus, itu dari segi apa? Seingat saya di geologi,
> sejelek apapun data yang kita peroleh itu pasti berguna pada
> satu saat. Jangan hanya data yang kira2 sesuai dengan yang
> kita harapkan saja yang dianggap bagus. Slamat berjuang
> mudah-2 an hipotesis piramid ini terbukti secara ilmiah
> (meskipun secara pribadi saya pesimis), dengan demikian ada
> anak bangsa yg sanggup mengungkap sejarah leluhur. Salam,
> YSY 
>  
>  
> 2013/5/1 <danny.hil...@gmail.com>
> Betul begitu pak. Terimakasih atas perhatiannya.
>  
> Danny Hilman Natawidjaja
> LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
> Geoteknologi - LIPI
>
> ________________________________
>
> From: bandon...@gmail.com
> Sender: <iagi-net@iagi.or.id>
> Date: Wed, 1 May 2013 05:37:43 +0000
> To: <iagi-net@iagi.or.id>
> ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net] PETISI 34 : SITUS GUNUNG PADANG
> TERSELAMATKAN  
> terimakasih pak Dany, kalau memang betul begitu.
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> ________________________________
>
> From: danny.hil...@gmail.com
> Sender: <iagi-net@iagi.or.id>
> Date: Wed, 1 May 2013 05:29:27 +0000
> To: <iagi-net@iagi.or.id>
> ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net] PETISI 34 : SITUS GUNUNG PADANG
> TERSELAMATKAN  
> Saya 'terprovokasi'Sadahurip dari foto yang diperlihatkan
> dua orang sahabat saya yang menemukannya (bukan Turangga
> Seta). Kemudian iseng2 melakukan satu lintasan geolistrik.
> Kebetulan ada kelompok Turangga Seta yang ikut serta.
> Hasilnya menarik tapi saya dan ADB waktu itu benar2 wanti2
> kepada mereka supaya infonya tidak disebarkan karena masih
> sangat mentah. Namun mereka ternyata membocorkannya juga.
> Terjadilah gonjang-ganjing. Kami (Tim Katastrofi) jadi kerap
> diisyukan menjadi antek2 TS yang metodanya klenik. Sampai
> akhirnya, terpaksa kami 'keluar dari persembunyian' karena
> isyu menjadi bertambah miring. Selanjutnya kami meneruskan
> survey di Sadahurip. Hasil cukup menarik, baik dipandang
> dari segi geologi atau kemungkinan adanya artefak. Survey
> sementara ini dihentikan karena dipindahkan fokusnya ke G
> Padang yang relatif lebih mudah diteliti. Mungkin nanti
> dilanjutkan lagi di Sadahurip. Kalau G. Lalakon yang
> menemukan memang Kelompok Turangga Seta. Kami hanya pernah
> melakukan geolistrik satu lintasan saja bersamaan waktunya
> dengan Sadahurip waktu survey pertamakali. Tidak pernah
> diteruskan kecuali pernah saya minta TA Sanny untuk bantu
> survey georadar, satu lintasan tapi hasilnya kurang bagus.
> Secara ilmiah kita tidak dapat mengatakan apa-apa ttg
> Lalakon. Itu saja. Danny Hilman Natawidjaja
> LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
> Geoteknologi - LIPI
>
> ________________________________
>
> From: bandon...@gmail.com
> Sender: <iagi-net@iagi.or.id>
> Date: Wed, 1 May 2013 04:26:45 +0000
> To: <iagi-net@iagi.or.id>
> ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net] PETISI 34 : SITUS GUNUNG PADANG
> TERSELAMATKAN  
> Maaf, asal usul saja; awal penelitian sadahurip, gn lalakon;
> pencetus awalnya siapa pak Dany? Sekdar bertanya saja,
> kemudian merembet ke Gn Padang. Itu yang ingin saya ketahui.
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> ________________________________
>
> From: Danny Hilman <danny.hil...@gmail.com>
> Sender: <iagi-net@iagi.or.id>
> Date: Wed, 1 May 2013 11:11:53 +0700
> To: <iagi-net@iagi.or.id>
> ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net] PETISI 34 : SITUS GUNUNG PADANG
> TERSELAMATKAN  
> Mohon penjelasan Mang Okim.  Yang melakukan eskavasi itu
> adalah para arkeolog UI yang dipimpin Pak Ali Akbar. 
> Menurut Mang Okim apakah kelompok petisi itu memang
> benar-benar menganggap Tim Arkeolog UI tidak kompeten? 
> Kegiatan mereka sepenuhnya didukung UI.  Kami dari tim
> geologi hanya membantu mereka dalam interpretasi geologinya,
> seperti bagaimana membedakan columnar joints yang masih
> dalam posisi alami atau tidak.  Atau apakah material yang
> terlihat hasil pelapukan batuan atau bukan.  Atau apakah
> tanah penutupnya tanah insitu atau timbunan atau longsoran
> dsb.  Mohon hati-hati, nanti malah membantu mengadu domba.
> Untung Pak Ali orangnya kalem-kalem saja, tapi kalo nanti
> pihak UI sebagai lembaga yang tersinggung jadi lebih runyam.
>  
>  
> 2013/5/1 <m...@cbn.net.id>
> Sekedar yang mang Okim tahu, sebuah situs prasejarah
> dilindungi oleh undang-undang cagar budaya dan peraturan
> pemerintah. Penelitian kearkeologian apalagi sampai kegiatan
> ekskavasi wajib mematuhi persyaratan yang tercantum dalam
> undang-undang tersebut.
>
> Contoh sederhana adalah ekskavasi di puncak G.Lalakon dan
> G.Sadahurip untuk menguji adanya bangunan budaya di perut
> kedua gunung tersebut yang bekasnya dibiarkan menganga. Hal
> itu jelas melanggar ketentuan undang-undang cagar budaya
> .Dalam kaitannya dengan G.Padang, para arkeolog menyatakan
> bahwa penelitian dan kegiatan ekskavasi yang dilaksanakan
> akhir-akhir ini inappropriate dan tidak memenuhi SOP.
>
> Mengenai kunjungan Ibu Negara, tentu saja akan memiliki
> nilai plus-plus bagi perkembangan kepariwisataan G.Padang.
> Tetapi kalau kunjungan tersebut dikaitkan dengan kegiatan
> massal ekskavasi dan hipotesis-hipotesis yang belum terbukti
> kebenarannya ( para arkeolog menyebutnya sebagai
> pseudo-arkeologi ), apalagi diliput oleh media cetak dan
> elektronik nasional dan internasional, tentunya harus lebih
> hati-hati (belajar dari peristiwa memburu harta karun di
> Situs Batutulis Bogor yg melibatkan Menteri Agama ).
>
> Sekali lagi, hal yg mang Okim tulis di atas adalah pendapat
> para arkeolog yang terekam dalam diskusi ilmiah di Puslit
> Arkenas 26 April yang lalu, yang melahirkan Patisi 34.
> Semoga bermanfaat,
>
>
> Salam cinta Geo-Arkeologi,
>
> Mang Okim
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> ________________________________
>
> From: Franciscus B Sinartio <fbsinar...@yahoo.com>
> Date: Tue, 30 Apr 2013 09:35:15 -0700 (PDT)
> To: iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id>
> ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id
> Cc: MGEI<economicgeol...@yahoogroups.com>
> Subject: Re: [iagi-net] PETISI 34 : SITUS GUNUNG PADANG
> TERSELAMATKAN  
> Perbedaan pendapat itu lumrah, apalagi kalau masih dalam
> tanah.
>  
> saya pikir biarkan saja ada dua alternatif atau lebih
> penjelasan tentang situs gunung Padang. jangan ada yang
> dimatikan.
>  
> makin banyak makin baik, masing2 dengan bukti nya masing2.
>  
> membuat orang makin penasaran, jadinya mau berkunjung ke
> situs itu.  
> Kunjungan Ibu negara akan menjadi iklan yang baik untuk
> pemasaran geowisata situs gunung padang.  
> fbs
>  
>  
>  
>
> ________________________________
>
> From:Sujatmiko <m...@cbn.net.id>
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Cc: MGEI <economicgeol...@yahoogroups.com>
> Sent: Tuesday, April 30, 2013 7:59 AM
> Subject: [iagi-net] PETISI 34 : SITUS GUNUNG PADANG
> TERSELAMATKAN
>
> Rekan-rekan IAGI yang budiman,
>
>
>
>
> Mang Okim sungguh tidak menduga diberikan kepercayaan
> menjadi nara sumber di Diskusi Ilmiah Sehari yang digelar
> oleh Puslit Arkenas di Pejaten Jakarta pada Jum'at 26 April
> 2013 dengan tema :  Rasionalitas Gunung Padang dan Piramida
> Atlantis. Adalah Prof.Ris. H. Truman Simanjuntak yang
> menelpon mang Okim beberapa hari sebelumnya untuk minta
> kesediaan mang Okim. Mungkin karena Dr.Budi Brahmantyo ,
> Koordinator KRCB, tidak berada di tempat, maka mang Okim
> ketiban pulung. Selain mang Okim dari KRCB,  dari Bandung
> diundang juga Prof.Ris.Sutikno Bronto yang didampingi
> Ir.Pudjo Asmoro MSc. dari PSG, Dr. Ony Suganda dari PVMBG.,
> dan  Drs. Lutfi Yondrie dari Balar Bandung. Karena dari
> awalnya mang Okim memang kurang sependapat dengan
> hipotesis-hipotesis Tim Katastropik Purba bentukan Stafsus
> Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, maka mang Okim
> langsung saja menerima undangan Prof Truman tersebut.
>
>
>
> Yang hadir di diskusi ilmiah sekitar 40 orang ( 6 Profesor,
> banyak Doktor, banyak S2 dan S1, serta wartawan cetak dan
> elektronik ). Diskusinya dipimpin Drs Bambang Budi Utomo,
> Peneliti Utama Puslit Arkenas , didampingi oleh Dr.Bambang
> Sulistyanto, Ka.Puslit Arkenas. Sebagai pembukaan, Prof
> Truman Simanjuntak memaparkan tentang makna rasionalitas,
> halusinasi, dan hipotesis Atlantis yang terkesan dijadikan
> pegangan oleh Tim Terpadu Penelitian Mandiri Gunung Padang
> (TTPMGP). Selanjutnya dijelaskan  tentang penelitian TTPMGP
> yang inappropriate, yang tidak mematuhi Undang-undang Cagar
> Budaya dan mengabaikan proses yang baku ( karena memburu
> temuan ). Selain dari itu, TTPMGP dianggap terlalu cepat
> memberikan interpretasi temuannya yang  tanpa digodog
> langsung dilempar ke sarana publik. TTPMGP dianggap juga
> kurang memahami prasejarah nasional sehingga memunculkan
> hal-hal sensasional seperti adanya bangunan budaya yang maha
> hebat di perut G. Padang, teknologi lebih maju dari Mesir
> purba, dan lain-lain. Prof. Truman menyinggung juga tentang
> pseudo archeology, fantastic archeology, dll.nya.
>
>
>
> Jalannya diskusi dan lahirnya petisi
>
>
>
> Nara sumber  lainnya yang mendapat kesempatan  berbicara
> adalah Prof. Mundardjito dari UI, Prof. Sutikno Bronto dari
> PSG, Drs. Lutfi Yondri dari Balar Bandung, Dr. Ony Suganda
> dari PVMBG Bandung, Prof. Wahyu Hantoro dari LIPI, Drs.
> Junus Satrio Atmodjo Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia,
> mang Okim dari KRCB, dan lain-lainnya. Hal-hal yang
> disampaikan meliputi antara lain legalitas penelitian Tim
> Mandiri termasuk  leadernya, MOP dari setiap penelitian
> arkeologi, arkeolog pendamping dari instansi terkait sesuai
> dengan yang diamanatkan dalam UU Cagar Budaya, pengerahan
> tenaga massa yang dapat membahayakan keselamatan cagar
> budaya, dan lain-lain. Mang Okim sendiri mengawali
> sharingnya dengan menyitir pesan Frederic Lahee  : One must
> be careful not to draw conclusions from too brief an
> examination (Field Geology, 1961, hal. 41). Karena
> mengabaikan pesan tersebut maka muncullah interpretasi
> sensasional yang langsung diumumkan ke luar,  antara lain
> tentang piramida tertinggi di dunia, pasir ayakan manusia
> purba lebih 10.000 tahun yang lalu, semen perekat kekar
> kolom, gumpalan besi sisa pekerjaan metalurgi ribuan tahun
> yang lalu, pintu gerbang 18 meter, pintu masuk ke ruangan di
> perut G. Padang yang diduga kuat mengandung  emas  murni,
> bangunan budaya berukuran lebih 10 kali Borobudur,  dll.
>
>
>
> Diskusi ilmiah yang direncanakan berlangsung dari pkl 13.00
> sampai pkl 16.00 terpaksa diperpanjang sampai pkl 22.00
> karena seluruh peserta  sepakat untuk membuat petisi ke
> Presiden SBY dengan harapan agar beliau dapat segera
> menghentikan  sepak terjang  TTPMGP yang selama ini dianggap
> telah mengabaikan norma-norma hukum dan MOP penelitian
> arkeologi. Tujuan hakiki dari petisi tersebut selain
> menyelamatkan Situs G.Padang adalah juga untuk menjaga 
> martabat dan kehormatan Presiden dan Ibu Negara yang selama
> ini terkesan mendapatkan masukan-masukan yang tidak benar.
> Tepat pada pukul 22.00, pembahasan petisi yang dipimpin oleh
> Drs. Junus Satrio Atmodjo berhasil dirampungkan dan
> ditanda-tangani oleh 34 peserta. Petisi yang dikirimkan ke
> Presiden dengan tembusan ke 3 Kementerian dan Bupati Cianjur
> tersebut kemudian mendapat reaksi yang sangat keras dari Pak
> Andi Arief, Stafsus Presiden ( beliaulah yang memperkenalkan
> istilah Petisi 34 ).
>
>
>
> Ekskavasi TTMGP akhirnya dihentikan
>
>
>
> Puji syukur kehadlirat Tuhan YMK bahwa setelah Pak Andi
> Arief sempat meradang pada 27 April dengan  mencap
> beliau-beliau yang hadir di diskusi ilmiah sebagai PENJAHAT
> INTELEKTUAL dan  mengharuskan 3 Menteri Kabinet dan 1 Wamen 
> untuk mundur dari jabatannya karena dituduh mendukung
> petisi, maka pada 28 April beliau sudah agak melunak dengan
> mengharapkan agar Tim Petisi 34 dapat duduk bersama dengan
> TTPMGP untuk mendiskusikan hasil penelitian masing-masing.
> Pada 29 April, akhirnya Pak Andi Arief mengumumkan bahwa
> TTPMGP akan menghentikan ekskavasi lanjutannya yang
> direncanakan pada tanggal 11 Mei.  Dengan demikian maka
> acara kunjungan Ibu Negara ke G. Padang kemungkinan besar
> dibatalkan juga .
>
>
>
> Untuk mang Okim sendiri, alhamdulilah selain  mendapat gelar
> Doktor , dapat juga cap sebagai  penjahat intelektual dan 
> geolog gaeg. Yang sungguh mengherankan  adalah tuduhan bahwa
> mang Okimlah yang menyebar luaskan tentang adanya  harta
> karun di perut G. Padang dan gunung - gunung piramida
> lainnya. Mungkin karena kemarahan yang tidak terkendali maka
> Pak Andi Arief menyangka bahwa mang Okimlah  komandan
> Turangga Seta yang sejak awal menginspirasi Tim Katastropik
> Purba tentang adanya bangunan piramida dan timbunan harta
> karun di perut G. Lalakon, G. Sadahurip, dan G. Padang.
> Sebagai pelengkap, di bawah ini mang Okim lampirkan reaksi
> spontan dari Pak Andi Arief seperti yang disiarkan di
> Merdeka Online.
>
>
>
> Salam cinta Geo-Arkeologi,
>
>
>
> Mang Okim
>
>
>
> ----------------------------------------------------------------------------> 
> ----------------------------------------------------------------------------> 
> -----------------------
>
> Rakyat Merdeka Online
>
> <http://www.rmol.co/> Home
>
> <http://www.addthis.com/bookmark.php?v=250&username=irvandeddy>
> More Sharing ServicesShare |
> <http://www.rmol.co/read/2013/04/27/108157/Andi-Arief:-Petisi-Tak-Membuat-Ka> 
> mi-Berhenti-> Share on facebook
> <http://www.rmol.co/read/2013/04/27/108157/Andi-Arief:-Petisi-Tak-Membuat-Ka> 
> mi-Berhenti-> Share on twitter Share on google
> <http://www.rmol.co/read/2013/04/27/108157/Andi-Arief:-Petisi-Tak-Membuat-Ka> 
> mi-Berhenti-> Share on favorites
>
> PIRAMIDA GUNUNG PADANG
> Andi Arief: Petisi Tak Membuat Kami Berhenti
> Sabtu, 27 April 2013 , 17:39:00 WIB
>
> Laporan: Aldi Gultom
>
>
>
>
> http://www.rmol.co/images/berita/normal/684773_05400027042013_Gunung_Padang.> 
> jpg
>
>  
>
>    
>
> RMOL. Staf Khusus Presiden Andi Arief kembali menegaskan
> bahwa penelitian yang dilakukan Tim Terpadu Riset Mandiri
> tidak dalam rangka mencari harta karun seperti yang
> dituduhkan segelintir peneliti lain dari Pusat Penelitian
> Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas). Kemarin (Jumat, 26/4)
> Puslit Arkenas menggelar pertemuan yang diakhiri dengan
> penandatanganan petisi yang meminta Presiden SBY
> menghentikan penelitian Tim Terpadu Riset Mandiri yang
> dikordinir kantor Andi Arief.
>
> Dalam pesan yang dikirimkan Andi Arief beberapa saat lalu
> (Sabtu, 27/4) Andi Arief menjawab tuduhan lain bahwa
> penelitian yang dilakukan DR. Danny Hilman Natawidjaja cs
> itu merusak areal situs megalitikum. Andi menegaskan bahwa
> penelitian mereka lakukan di luar kawasan cagar budaya situs
> megalitikum. Berikut adalah penjelasan utuh Andi Arief
> tersebut:
>
> ADALAH geolog DR. Sudjatmiko yang selalu bilang kemana-mana
> bahwa Tim Terpadu ini mencari harta karun. Bahkan kemarin
> geolog gaek itu menyatakan bahwa dipastikan ada harta karun
> di bawah situs Gunung Padang.Inilah kekeliruan mendasar dari
> Sudjatmiko. Pertama kami tidak pernah kenal yang namanya
> Karun. Dan kami sampai saat ini tidak tertarik pada cerita
> Karun yang memiliki emas yang kuncinya saja segudang.
> Sangatlah aneh jika ada yang berpendapat ada harta Karun.
> Geolog Sudjatmiko terperangkap dalam pandangan seakan-akan
> Karun itu memiliki harta banyak.
>
> Kedua, secara tak sadar ia menyatakan cerita harta karun itu
> ada di bumi Indonesia. Artinya, secara tak sadar Sudjatmiko
> mengakui ada masa pra sejarah yang maju di Indonesia.
> Berdasarkan riset yang ada, selama dua tahun ini kami tidak
> mendeteksi di dalam bangunan itu ada peninggalan si Karun.
> Kami mengendus, dengan menggunakan berbagai pendekatan dan
> teknologi canggih, ada satu maha karya berupa bangunan yang
> didirikan dengan teknologi canggih, dan di dalam bangunan
> itu terindikasi ada satu teknologi 'luar biasa' yang bisa
> mengagetkan kita semua yang merasa saat ini hidup di zaman
> sudah maju. Jelas sudah. Tim ini tak memikirkan Karun yang
> menurut Sudjatmiko ada dan lahir seta meninggalkan harta di
> bumi Indonesia.
>
> Kami sedang mengungkap peradaban tinggi leluhur kita yang
> selama ini ditimbun. Belum jelas apakah perang atau bencana
> yang menyebabkan Mahakarya Agung ini ditimbun. Adalah Prof.
> Munardjito yang selalu mengkampanyekan bahwa situs
> megalitikum Gunung Padang akan rusak karena riset Tim
> Terpadu sehingga sampai membuat pertisi segala. Munardjito
> adalah arkeolog yang mendadak peduli situs ini setelah hasil
> riset Tim Terpadu ramai diberitakan. Seperti diketahui
> bersama semua arkeolog itu hanya mengakui bahwa yang
> dinamakan situs megalitikum Gunung Padang adalah luasan
> tanah di atas situs yang ukurannya sekitar 900 meter per
> segi, beserta batu-batu yang
> bergelimpangan di atasnya. Entah apa yang membuat arkeolog
> kemudian menyebutkan tanah seluas itu beserta batu
> bergelimpangan itu sebagai mahakarya agung nenek moyang kita
> seperti dalam paper Lutfi Yondri. Penghinaan terhadap kita
> semua kalau mahakarya agung itu adalah hanya batu
> bergelimpangan di tanah yang areal yang hanya 900 meter per
> segi.
>
> Dimana riset ini merusak situs megalitkum? Semua riset
> setelah 7 Februari 2011 dilakukan di luar situs. Ada di
> tanah masyarakat, ada di tanah negara. Miris, jika
> dibandingkan dengan peneliti asing yang bebas dimana-mana
> mengutak-atik berbagai situs bukan untuk kepentingan bangsa
> ini.Belum ada satu bukti yang menyatakan riset ini merusak
> situs. Tetapi semua orang tahu bahwa arkeolog yang berteriak
> kami merusak situs, justru dialah yang merusak situs dengan
> memasang menara di areal situs itu. Orang itu bernama Lutfi
> Yondri.
>
> Dari kesemua ini, adalah hal yang aneh jika arkeolog
> menentang riset ini. Bukankah semua eskavasi akan dilakukan
> oleh arkeolog? Masyarakat hanya membantu arkeolog bekerja.
> Mereka merasa memiliki, mengontrol dan
> sebagainya.Tengoklah situs Batu Jaya. Mengapa seperti
> ditinggalkan? Menunggu dana UNESCO?
> Belajarlah dari Borobudur. Kita memiliki fisiknya, tapi kita
> dipaksa untuk tidak mengerti banyak hal dari penemuan,
> pemugaran dan lain-lain. Harusnya momentum penelitian Gunung
> Padang ini menjadi kebangkitan arkeolog Indonesia di mata
> dunia.
>
> Sayang sungguh sayang, sekali lagi momentum disia-siakan.
> Salah besar, jika gertakan petisi akan membuat Tim Terpadu
> akan mundur. Tanggung jawab intelektual sebagai peneliti
> kepada rakyat. Apalagi ini menyangkut peradaban masa lalu
> kita. Jelas tak bisa dihentikan dengan petisi! Sampai hari
> ini semua hanya common sense menilai riset Tim Terpadu:
> Tolong buktikan satu saja langkah Tim Terpadu yang tidak
> ilmiah, yang merusak situs dan yang melanggar UU. [ald]
>
> ____________________________________________________________________________> 
> _____________________
>
> Andi Arief: Tiga Menteri dan Satu Wamen Harus Mundur!
> Sabtu, 27 April 2013 , 11:30:00 WIB
>
> Laporan: Aldi Gultom
>
>
>
>        
>
> RMOL. Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana
> Alam yang juga inisiator Tim Terpadu Riset Mandiri, Andi
> Arief, tidak memahami persis mengapa pertemuan di Pusat
> Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) Kementerian
> Pendidikan dan Kebudayaan, kemarin (Jumat, 26/4) bisa
> menyatakan bahwa riset yang dilakukan di situs Gunung Padang
> di Cianjur, Jawa Barat, tidak menggunakan kaidah ilmiah.
> Mereka yang berkumpul di Puslit Arkenas itu membuat petisi
> yang meminta agar penelitian di Gunung Padang dihentikan.
>
> "Mereka tidak menjelaskan di mana letak tidak ilmiahnya.
> Apakah yang dimaksud ilmiah itu adalah duplikasi riset
> seperti yang berulangkali dilakukan oleh peneliti atas
> sebuah objek seperti praktek selama ini? Ataukah yang
> disebut ilmiah itu adalah habisnya uang pemerintah namun
> proyek penelitian di Trowulan, misalnya, gagal dibereskan
> oleh Prof. Munardjito?" gugat Andi Arief kepada Rakyat
> Merdeka Online, Sabtu (27/4).
>
> Prof. Munardjito yang dimaksud Andi Arief adalah arkeolog
> senior di Puslit Arkenas. Prof. Munardjito sedianya juga
> memimpin tim dari Puslit Arkenas dalam penelitian di Gunung
> Padang. Andi Arief menduga, segelintir ahli yang ikut dalam
> pertemuan di Puslit Arkenas kemarin bukan saja tidak ingin
> kemajuan masa lalu nenek moyang bangsa Indonesia diungkap,
> tetapi mereka juga adalah kaki tangan "pembuat sejarah" yang
> berkeinginan agar bangsa Indonesia selamanya merasa berada
> di bawah bangsa-bangsa lain.
>
> Mantan pendiri Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk
> Demokrasi (SMID) ini menilai, sepanjang temuan sementara Tim
> Terpadu Riset Mandiri tidak atau belum bisa dibantah dengan
> hasil peneltian lain maka tidak ada alasan mengatakan riset
> tersebut tidak menggunakan kaidah ilmiah. "Mereka yang
> berkumpul di Puslit Arkenas itu tidak sedikitpun punya
> perasaan malu terhadap terhadap kebohongan-kebohongan
> intelektual mereka selama ini. Sudah berapa uang negara yang
> mereka habiskan selama ini," kata dia lagi.
>
> Andi Arief lebih jauh meminta agar tiga menteri bertanggung
> jawab atas kebohongan penelitian yang dilakukan pada ahli di
> bawah kementerian yang mereka pimpin. Ketiga menteri itu
> adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh,
> Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik,
> dan Menteri Riset dan Teknologi Muhammad Hatta. "Mereka ini
> sudah tidak lagi adil sejak dalam berpikir. Kalau di Jepang,
> menteri-menteri seperti ini sudah mundur," tegasnya. Selain
> ketiga menteri itu, seorang Wakil Menteri Pendidikan dan
> Kebudayaan juga harus mundur karena ikut bertanggung jawab
> dalam laporan penelitian manipulatif itu.
>
> Hubungan Tim Terpadu Riset Mandiri dengan Kementerian
> Pendidikan dan Kebudayaan sebenarnya sempat membaik. Pekan
> lalu (Selasa, 16/4), Wakil Mendikbud Wiendu Nuryanti bertemu
> Tim Terpadu Riset Mandiri untuk
> membicarakan penelitian di Gunung Padang. Dalam pertemuan di
> Kantor Kemendikbud itu tim peneliti Gunung Padang diwakili
> Dr. Budiarto Ontowirjo yang juga peneliti di BPPT dan Dr.
> Lily Tjahjandari dari Universitas Indonesia. Andi Arief pun
> hadir dalam pertemuan itu.
>
> Menurut Wiendu, temuan di Gunung Padang sudah menjadi wacana
> internasional. Wiendu juga mengatakan bwah hasil penelitian
> Gunung Padang akan dibawa ke ajang World Culture Forum (WCF)
> 2013 yang digelar UNESCO bulan November 2013. Selain itu,
> Wiendu juga menegaskan bahwa pemerintah telah menyiapkan
> program jangka panjang untuk menuntaskan penelitian di
> Gunung Padang. [ald]
>
> ____________________________________________________________________________> 
> _____________________
>
>
>
> --
> Danny Hilman Natawidjaja
> LabEarth - Geoteknologi  LIPI, Gd.70
> Komplek LIPI - Gd.70, Jl. Sangkuriang, Bandung 40135,
> Indonesia



___________________________________________________________
indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id


Kirim email ke