Ini kebijakan salah dari yg namanya "zero growth", bayangkan  kalo pns dgn 
background geologi ada 10 expert yg sdh 20an thn mengabdi diganti oleh 10 tnaga 
fresh yg butuh 5thn diupgrade, jd ada gap 5 thn. Lbh claka kalo para expert 
diblakang dari yg 20thn tersebut dlm jumlah smakin sdikit krn quota penerimaan 
yg semakin sdikit shg lambat laun terjadi "kelangkaan" ekspert manalagi jika 
fresh graduate yg bagus2 orientasinya ke LN..wah payahlah pengelola negara 
(PNS)..mari kita IAGI pikirkan solusinya yg terbaik.

Salam IAGI
 
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-----Original Message-----
From: bandon...@gmail.com
Sender: <iagi-net@iagi.or.id>
Date: Sat, 25 May 2013 06:15:14 
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] Re: [IATMI-KL] Re: [iagi-net] -Persiapkan SDM yang 
berkualitas untuk bersaing di rumah sendiri-
Hehehe penerimaan PNS untuk tenaga sarjana juga  sulit yaa. .kalo sdh ada yang 
pensiun baru boleh diganti. 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: Dandy Hidayat <dandy.hidayat....@gmail.com>
Sender: <iagi-net@iagi.or.id>
Date: Sat, 25 May 2013 10:50:03 
To: <iatmi...@googlegroups.com>
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: <iagi-net@iagi.or.id>; <geologi...@googlegroups.com>
Subject: [iagi-net] Re: [IATMI-KL] Re: [iagi-net] -Persiapkan SDM yang 
berkualitas untuk
 bersaing di rumah sendiri-
Dengan Hormat

Salah satu kelemahan kita adalah sedikit sekali melakukan perekrutan
Sarjana Baru Lulus alias Fresh Graduate . Kalau dilihat dari Info lowongan
Kerja , mungkin kurang dari 10 % perusahaan mencari tenaga kerja muda.

Bila ada perekrutan biasanya hanya sarjana - sarjana dari PT tertentu dan
kebanyakan dari pulau Jawa.

Fakultas Teknik umumnya ataupun Jurusan Geology sudah tidak hanya di Pulau
Jawa , tapi juga ada di Irian (Un-Cen) , Sulawesi (Unhas dan yang baru
Unhalu)  , Kalimantan (Unmul ,STT Migas dan Unikarta)  dan Sumatra (Unsri
dan ITM Medan)

Minimal perkuat basic mereka di daerah jangan sampai Engineer KW2 asal
expart masuk ke sana .

Salam

Dandy
2013/5/25 Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>

> Kekhawatiran yang wajar tetapi PII dan Kemenlu kurang jeli melihat
> fenomenanya. Paling tidak ada dua hal yang harus diperhatikan, kekurangan
> insinyur dan kehilangan insinyur. Yang Benar adalah Indonesia tidak cakap
> dalam menciptakan lapangan kerja yang bergengsi dan menghargai profesi
> insinyur dan geosaintis.
>
> Dalam profesi ilmu kebumian khususnya ekstraksi (migas, tambang mineral
> maupun batubara, dll) Indonesia justru kekurangan tenaga ini. Hal ini
> diakibatkan juga oleh dua hal utama. Insinyur Indonesia yang kualitas
> eksport sudah hengkang dari negeri ini, karena penghargaan remunerasi yang
> lebih rendah dari di LN. Sedangkan yang kemungkinan akan menyerbu masuk ke
> negeri ini adalah mereka yang hanya KW2 atau KW3, karena di dinegerinya
> juga tidak laku atau kalah bersaing bahkan dengan orang Indonesia yang ada
> disana.
> Negara-negara Asean, Malaysia, Thailand, Brunei dan juga Timur Tengah
> (Middle East) adalah negeri tujuan para Insinyur Indonesia dengan
> "kualitas ekspor". Bahkan sudah banyak di negeri Eropa dan Amerika.
> Silahkan PII dan Kemenlu menengok lebih teliti berapa jumlah tenaga
> insinyur dan geoscientist Indonesia di negeri-negeri ini. Dan jangan lupa
> tanyakan "Berapa penghasilan mereka ?". Insinyur-insinyur dan geosaintist
> Indonesia ini adalah hasil pendidikan lembaga pendidikan di dalam negeri yg
> sudah teruji kemampuan dan pengalamannya. Dan mereka juga mencari pekerjaan
> bergengsi dengan remunerasi sepadan.
> Di dalam negeri di Indonesia saat ini memang sudah mulai banyak
> pekerjaan-pekerjaan besar namun tetap saja MASIH KURANG untuk menarik minat
> insinyur-insinyur Indonesia yang "kualitas ekspor".
> "Serangan" masuknya insinyur asing (selain Indonesia) ke Malaysiapun sudah
> dirasakan oleh beberapa rekan-rekan disana. Insinyur-insinyur ini dari
> India, Pakistan, dan bahkan Iran. Mereka ini bersaing dalam soal "harga",
> berani dibayar lebih murah dari insiyur Indonesia. Bahkan beberapa insinyur
> ini "lari" dari negerinya untuk mencari 'kemerdekaan'. Ya, kondisi
> negaranya dirasakan kurang memerdekakan mereka. Sehingga dengan digaji
> rendahpun mereka bersedia. Mereka dari negeri inilah yang juga akan
> merambah Indonesia dalam waktu dekat.
> Jadi sekali lagi yang harus diperhatikan bukan hanya mencetak insinyur,
> tetapi juga "menciptakan lapangan kerja yang bergengsi dan memberikan
> remunerasi yang sepadan" dengan negara-negara lain.
>
> RDP
> http://www.gatra.com/nusantara-1/nasional-1/
> 31100-insinyur-indonesia-harus-siap-hadapi-“insinyur-impor”.html
> *--
> "**Nasionalisme itu ekspresi perasaan ketika negaramu terpuruk"*
>
>
> 2013/5/25 Bhaskara Aji <koko.krunc...@gmail.com>
>
>> 2015 - AFTA " Persiapkan SDM yg berkualitas untuk bersaing di Rumah
>> sendiri!! "
>>
>> Semoga IAGI dapat terus berkontribusi nyata dalam mempersiapkan SDM
>> Geosaintis yg siap untuk bersaing di era global...
>>
>>
>> Maju IAGI!!!
>>
>>
>> Salam
>> Bhaskara Aji
>> -Forum Geosaintis Muda Indonesia-
>>
>> AWAS INSINYUR ASING MENYERBU!
>> Ropesta Sitorus - Harian detik
>>
>> Jakarta - Para insinyur Indonesia pantas cemas karena mungkin bakal
>> mendapat pesaing dari negara tetangga. Apalagi dua tahun lagi Indonesia dan
>> negara Asia Tenggara lain bakal masuk era Masyarakat Ekonomi Asean yang
>> memungkinkan perpindahan pekerja jauh lebih mudah.
>>
>> Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia, Bobby Gafur Umar, mengatakan
>> jumlah insinyur Indonesia masih jauh dari jumlah ideal yakni baru mencapai
>> 600 ribu - 700 ribu. Untuk mendukung proyek Masterplan Percepatan dan
>> Perluasan Pembangunan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dan mencapai
>> target pertumbuhan ekonomi, maka Indonesia masih kekurangan 1,2 juta orang
>> insinyur.
>>
>> "Kita masih kekurangan insinyur,” katanya. “Untuk mendukung pertumbuhan
>> ekonomi 6,8-7 persen, setidaknya kita masih butuh 1,2 juta insinyur
>> sehingga bisa memenuhi jumlah ideal 2 juta insinyur," katanya kemarin.
>>
>> Ia mengatakan ancaman bagi insinyur lokal lebih berat setelah Masyarakat
>> Ekonomi ASEAN efektif mulai tahun 2015. Ini, katanya, akan menjadi momok
>> menakutkan apabila Indonesia tidak lebih matang mempersiapkan diri.
>>
>> Bobby mengatakan insinyur Indonesia saat ini pantas untuk cemas, karena
>> negeri ini hampir pasti akan menjadi lahan empuk bagi para insinyur asing
>> yang masih kalah banyak dibanding negara tetangga. "Menurut saya, buat para
>> insinyur Indonesia, tidak mudah untuk menerima kenyataan ini,” katanya.
>> “Tapi kita harus hadapi.”
>>
>> Bobby melanjutkan yang paling dibutuhkan saat Ini adalah insinyur yang
>> bisa mengelola sumber daya alam. "Indonesia kaya akan SDA tapi yang
>> mengelolanya masih minim, insinyur teknologi dan elektronika memang juga
>> diperlukan tapi tidak sebanyak kebutuhan akan insinyur pertanian dan
>> perikanan," kata dia.
>>
>> Senada, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto mengakui pertumbuhan
>> insinyur di Indonesia per tahunnya amat rendah. Akibatnya, indeks
>> pembangunan Indonesia juga lebih rendah, yaitu hanya berada di angka 0,60.
>> Sedangkan Malaysia ada di angka 0,86 dan Thailand di angka 0,69.
>>
>> Dalam 1 juta penduduk, jumlah insinyur di Indonesia hanya rata-rata 164
>> orang dari 1 juta penduduk. Sedangkan Malaysia mencapai 503 insinyur per 1
>> juta penduduk dan Singapura yang sebanyak 5.700 insiyur per 1 juta
>> penduduk. "Ini berakibat pada peringkat efisiensi inovasi dan kesiapan
>> teknologi untuk meningkatkan nilai tambah bangunan menjadi kurang bagus,"
>> kata Djoko.
>>
>> Wakil Ketua Umum PII Hermanto Dardak mengatakan kekurangan ini juga
>> didorong banyaknya insinyur tersebut tidak bekerja sesuai dengan latar
>> belakang pendidikannya. Dari segi profesi, kebanyakan insinyur yang ada di
>> tanah air masih terkonsentrasi di bidang sipil.
>>
>> "Sebanyak 50 persen insinyur profesional adalah di bidang sipil yang
>> membangun jalan, gedung dan jembatan. Karena itu insinyur profesional di
>> bidang lain perlu ditingkatkan agar pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak
>> stagnan," kata dia.
>>
>> Karena itu, kata Hermanto, pembentukan Rancangan Undang-Undang
>> Keinsinyuran diharapkan bisa memicu ketertarikan para insinyur untuk
>> meningkatkan kompetensi serta menekuni profesi sesuai latar belakang
>> pendidikannya.
>>
>> Ropesta Sitorus
>> Salam
>>
>> Bhaskara Aji / Koko
>
>
> --
> --
> Mohon menggunakan mailist sesuai dengan peruntukannya.
> IATMI-KL : iatmi...@googlegroups.com
> Cerita santai : guyonan...@googlegroups.com
> Postingan bebas selama tak menyerang SARA : serba...@googlegroups.com
> ---
> Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "IATMI-KL" dari Grup
> Google.
> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
> kirim email ke iatmi-kl+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
> Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.
>
>
>

Kirim email ke