Rektor Perempuan Pertama UGM, Pendekatan Geologi yang Berbeda (II)
Selasa, 20 Januari 2015 | 6:31

Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof Dwikorita Karnawati. [SP/Fuska sani
Evani] Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof Dwikorita Karnawati. [SP/Fuska
sani Evani]

Sebagai pakar geologi yang akrab dengan kebencanaan, Rektor Universitas
Gadjah Mada, Prof Dwikorita Karnawati, yang akrab dipanggil Rita, punya
satu pendekatan yang berbeda. Meski mengaku sebagai orang teknik yang
cenderung kaku, rupanya Rita tidak mau terperangkap dalam kesan itu. Karena
itulah Rita sudah lama merancang pendekatan yang berbeda.

Tanya: Apakah itu?

Jawab : upaya pengurangan risiko bencana gerakan tanah merupakan
permasalahan yang kompleks. Tidak hanya bisa dikontrol oleh kondisi geologi
saja, tetapi juga oleh berbagai permasalahan lainnya.

Seperti masalah sosial, psikologi, ekonomi, hukum dan lingkungan. Berbagai
upaya teknik untuk pengendalian dan pencegahan gerakan tanah menjadi tidak
efektif dan berkelanjutan jika masyarakat setempat tidak turut memahami
permasalahan ini. Terlebih bila masyarakat tidak peduli terhadap teknologi
ataupun upaya pencegahan dan pengendaliannya.

Tantangannya adalah membuat masyarakat peduli dan termotivasi untuk
berpartisipasi aktif dalam berbagai upaya mitigasi gerakan tanah.

Tanya: Apakah metode atau konsep penelitian geologi masih kurang dalam
kebencanaan?

Jawab : Kurang, karena itulah kami  mengembangkan konsep baru.
Terintegrasi, di program studi geologi tidak ada ini, kita kembangkan
konsep baru, geologi dengan ilmu sosial.

Makanyanya ke depan UGM membutuhkan sistem yang baru atau bahkan disiplin
ilmu baru yang muncul dari integrasi keilmuan. Permasalahan sekarang sudah
beda dengan dulu. Mono disiplin tidak masalah, tetapi karena populasi makin
besar, alam makin sengsara, dibutuhkan keilmuan yang lebih kompleks.

Seiring dengan pertumbuhan teknologi informasi yang makin pesat, kami
segera mengembangkan sosial enginering. Kembangan teknologi yang diperkuat
dengan rekayasa sosial.

Kami butuh redesain kurikulum. Memang harus  ada kurikulum inti,  tetapi
akan ada mata kuliah pilihan ekonomi, budaya dan sosial di dalam fakultas
teknik.

Tanya:  Mengapa tersentuh untuk mewujudkan multi kurikulum?

Jawab: Starting from the end, mulai dari kata ’humanis’, keilmuan harus
bisa berkontribusi mengatasi masalah bangsa dan dunia, misalnya pangan,
sosial dan konflik, dari hunamisme, melahirkan riset-riset interdisipin.

Mata kuliah, harus ada nuansa interdisiplin, untuk start menjadi humanis.
Mono disiplin telah melahirkan manusia ego. Kita akan memberi obat buat itu.

Tanya: Dari mana titik awal pemikiran tersebut?

Jawab: Terus terang saya belajar dari wartawan. Bagaimana mereka
berkomunikasi. Saya seorang akademisi apalagi teknik, saya ini orang kaku.
Makanya saya banyak belajar dari cara wartawan bertanya. Itulah yang saya
pakai kalau bertanya kepada masyarakat.

Pancing dengan pertanyaan, itu cara jitu untuk mengukur cara pandang
masyarakat. Cara mendidik lebih baik tidak bergaya menggurui. Itu yang
mempengaruhi cara saya mengajar.

Redesine kurikulum akan mulai tahun depan. Kurikulum inti ada tapi ada
kuliah elektif yang mewadahi intra-disiplin. Saya kita, awalnya, akan kita
terapkan pada profram pasca sarjana, misalnya mitigasi bencana. Program
itu, di teknik ada, di geologi ada, dan geografi juga ada. Mengapa tidak
kita gabung dan nanti akan ada ilmu baru.

Tanya: Bagaiman dengan dunia riset di Indonesia?

Jawab:  Salah satu kebijakan yang diambil UGM adalah melakukan reorientasi
akademik dari sebelumnya berorientasi riset menuju socio-Entrepeneur
university. Saat ini kita melakukan reorientasi, mendidik mahasiswa menjadi
socio-entrepreneur yakni menjadikan mahasiswa inovator yang siap menghadapi
segala macam tantangan.

Permasalahan,  daya saing bangsa jelas merupakan masalah utama dalam
memasuki era global apalagi tahun 2015 ini kita akan memasuki era pasar
bebas Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Rendahnya tingkat daya saing kualitas
SDM Indonesia menjadi tugas berat bagi dunia pendidikan tinggi.

Karena itulah daya saing bangsa harus ditingkatkan dengan melakukan
perubahan paradigma pendidikan.  Produk riset unggulan harus dihilirkan ke
masyarakat dan kalangan industri.

Sekarang tinggal bagaimana niat baik dari pemerintah untuk menghantarkan
hasil temuan-temuan anak negeri ini menjadi pilar majunya riset dan
teknologi di tanah air.

Bagus juga kalau pemerintah membuat regulasi, dimulai dari BUMN untuk
memberikan porsi pengeluarannya kepada perguruan tinggi. Bisa dengan
pembiayaan penelitian sekaligus insentif bagi peneliti yang ’digunakan’.
Selanjutnya, produksi. [Sp/Fuska Sani Evani]

http://sp.beritasatu.com/home/rektor-perempuan-pertama-ugm-pendekatan-geologi-yang-berbeda-ii/75476
--
"Kebanggaan sejati muncul dari kontribusi anda yang positip".

----------------------------------------------------



----------------------------------------------------

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact

----------------------------------------------------

Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:

Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta

No. Rek: 123 0085005314

Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia

No. Rekening: 255-1088580

A/n: Shinta Damayanti

----------------------------------------------------

Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id

Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id

----------------------------------------------------

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 

posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 

In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited

to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 

from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 

any information posted on IAGI mailing list.

----------------------------------------------------

Kirim email ke