Selamat sore.
Tadinya saya bertanya-tanya di manakah lokasi Masela, setelah membaca majalah 
Tempo, 6-3-2016 barulah tahu, block ini dekat dengan P.Tanimbar. Yang gencar 
saya dengar adalah "perseteruan" antara Menteri ESDM SS dan Menko RS.SS :" Ada 
yg ingin mengganti investor"RR: "Kilang di darat banyak manfaat".Sebelum 
diputuskan oleh presiden saya sempat bertanya kepada teman (geologist juga), 
jawabnya: "Kenapa kita mesti membangun (lagi) kilang di Maluku, lha wong kilang 
di Aceh dari 6 train hanya satu yang beroperasi alias lainnya menganggur. Atau 
kirim saja gas dari Masela ke Bontang di Kaltim, di sana juga mulai ada 
penurunan pasokan gas".
Di Tempo disebutkan bahwa tanah di Tanimbar sudah dikuasi para mafia tanah. 
Menko RR adalah pejabat yg paling ngotot membatalkan rencana pengembangan Gas 
Abadi di Blok Masela menggunakan skema kilang terapung (FLGN). Ia mengusulkan 
pemerintah mengembangkan lapangan gas di Laut Arafuru itu dengan membangun kila 
di darat (OLNG). Gara-2 urusan ini, RR membuka perseteruan terbuka dengan 
menteri ESDM SS.
Sebagian komentar SS "Saya menangkap pesan, di balik keributan offshore dan 
onshore, ada yg ingin mengganti investor lama dengan investor baru. Ini sangat 
tidak terpuji. Investor yg sudah 16 tahun tiba-2 hendak diganti". Ditanya, Anda 
tahu dari mana, jawab SS:"Ada yg menyampaikan ada pertemuan Inpex dng staf 
Menko yg menyodorkan investor baru.....dstDitanya, setelah itu ada tindak 
lanjutnya?Jawab SS: "Saya tidak tahu. Tapi praktek begini bukan sekali di 
sektor migas. Masela bisa dilihat waktu tahun 2010. Permintaan rekomendasi 
revisi tertunda lama. Total dan Inpex dipaksa memasukkan perusahaan swasta 
nasional, PT Energi Mega Persada TBK milik Bakrie Group, mendapat hak 
partisipasi 10% di blok tersebut.  Rekomendasi BP Migas lama tidak keluar 
sampai 24 November 2010. Begitu perusahaan swasta ini masuk, besoknya surat 
rekomendasi keluar. Mungkin masih ada yg berpikir cara seperti ini masih bisa 
dipakai. Mereka lupa bahwa zaman sudah berubah".
Apakah benar bahwa bisnis tidak jauh-2 amat dengan politik? Yang jelas 
keputusan peperintah sudah dibuat. Semoga ini menjadi yang terbaik, dan 
cadangan gas di Masela benar-2 bermanfaat untuk kesejahteraan Rakyat.
Salam,Sugeng

 

    On Friday, April 1, 2016 11:09 AM, Dandy Hidayat 
<dandy.hidayat....@gmail.com> wrote:
 

 Dengan Hormat 
Sebaiknya di tanyakan langsung kepada pihak INPEX , saya sempat bekerja selama 
2 tahun saya kerja untuk project ini , 
Namun saya tidak bisa memberikan jawaban dan penjelasan terkait Penempatan FLNG 
atau OLNG karena tidak sesuai dengan kapasitas saya yang sudah Resign sejak 4 
tahun lalu. 
Saya sarankan undang saja pihak INPEX (juga SHELL) untuk mendengar penjelasan 
lebih detail , Ada teman - teman IAGI di INPEX dan kita bisa buat sambil 
Afternoon Tea Break 
Sayang project ini hanya berputar - putar pada masalah non technical dan lebih 
pada kepentingan politik dan ekonomi 
Salam 
Dandy Hidayat 04-17-727-4142

2016-04-01 11:17 GMT+08:00 Achmad Luthfi <aluthfi...@gmail.com>:


Keputusan lap. Abadi, Masela sekarang ini tak bisa diukur dengan pertanyaan 
Parvita. Masela sudah masuk dalam pusaran turbulensi politik, ini juga 
tercermin dari tulisan pak Ong, maupun gencar-nya berita2 online yang menuduh 
Kuntoro MS dibalik FLNG. Lha siapa dibelakang sutradara OLNG? Embooooh.
Yang jelas dampaknya sudah diuraikan pak Ong. 
Pusaran politik Masela juga terefleksi rumors yg bergaung nyaring MESDM akan 
dipindah ke pos lain, kalau nanti ternyata bener MESDM dipindah ke pos lain tak 
terelakkan memang Masela diterjang turbulensi tsb, dengan mudah orang menuduh 
dibelakang MESDM yg sekarang adalah Kuntoro MS. Dan siapa yang akan menduduki 
jabatan MESDM akan dituduh oleh lawan politiknya sebagai bagian dari alur 
cerita sutradara ONLNG. 
Beredar rumors salah satu kandidat MESDM dari fortuga mantan dirjen di KESDM. 
Ini sekedar untuk dibaca belon tamtu benar adanya. 
On 1 Apr 2016 09:15, "Parvita Siregar" <parvita.sire...@gmail.com> wrote:

Pak Yanto, terimakasih atas forward opini di atas.  
Saya hanya agak tergelitik saja, seingat saya, Prospek atau Calon Lapangan 
Abadi ini PODnya sudah lumayan berlangsungnya.  Setelah pemerintahan Jokowi ini 
baru ada wacana onshore-offshore. Saya hanya ada beberapa pertanyaan:
1.   Apakah dulu dalam prosesnya tidak pernah dipertimbangkan wacana onshore 
processing?  Apakah apa yang dilakukan oleh INPEX dan dikaji oleh SKK Migas 
selama bertahun2 ini salah?  
2.  Dengan berubahnya keputusan yang drastis seperti ini, berarti semua konsep 
harus dirombak.  Ini memakan waktu dan uang.  Di saat banyak perusahaan oil and 
gas tutup dan seperti yang opini ini katakan, adanya banjir LNG dari Afrika 
dll, apakah keputusan ini membuktikan bahwa memang di Indonesia belum ada 
kepastian policy (di IPA berkali2 ini didengungkan sebagai kelemahan Indonesia 
yang menghambat kontraktor untuk invest di sini)?
3.  Kalau melihat lokasi Abadi, lalu, misalnya fasilitas onshore ada di 
Tanimbar, artinya melewati subduction zone.  Kalau konturnya punya sudut 
lumayan curam, apakah ada kemungkinan wet gas akan "mengendap" lalu membuat 
risk menjadi lebih tinggi?  Bagaimana maintenancenya?  Ada offshore facilities 
juga di offshore untuk pemisahan gas?  Kalau dilihat dari kacamata Inpex, 
pastinya Inpex perlu continuity of production selain cost yang murah.  
4.  Apa ada yang bisa menjelaskan, kenapa kalau di darat lebih menguntungkan 
daripada di laut?  Daratnya kan ini pulau kecil di Tanimbar, beda dengan 
Bontang.  Saya belum pernah baca atau dengan diskusi apa yang akan dilakukan 
dengan gas ini, dimana akan ada pembangkit tenaga listrik, kira2 bagaimana deal 
harga per btu dll.  Apakah ada yang tahu?  Karena kalau saya pikir2, entah di 
darat atau di laut, kalau gasnya bisa dimanfaatkan untuk pengembangan wilayah 
timur, jadinya tidak terlalu pengaruh, ya, karena rakyat di sana menjadi maju, 
ekonomi berputar dll.  Jargon yang sering saya dengar: "Lebih menguntungkan 
rakyat".  Rakyat Pulau Tanimbar itu ada berapa ya?  Rakyat yang mana?
5.  Sebagai diver, tentunya tidak heran kalau saya concern dengan dampak 
lingkungan dan kerusakan yang akan ditimbulkan kalau menjadi onshore 
facilities?  Jangan sampai terjadi seperti Pulau Bangka di Sulawesi Utara, 
dimana terjadi perusakan ekosistim terumbu karang karena penambangan pasir di 
Pulau Bangka tersebut.  Kepulauan di Timur sangat banyak terumbu2 karang dan 
penduduk di sana kebanyakan adalah nelayan.  
Maaf ya, pertanyaannya banyak, ini purely bertanya sebagai orang luar yang 
hanya menonton.  Saya yakin banyak juga yang punya pertanyaan seperti saya baik 
yang di luar Migas maupun yang bekerja di Migas.  Maaf bila ada salah2 kata.
Salam, 
Parvita
(lagi merdeka jadi banyak waktu mikir)


2016-03-26 13:04 GMT+07:00 Yanto R. Sumantri 
<SRS0-NPgh=PW=yahoo.com=yrs_...@iagi.or.id>:



Dear IAGI members
Dibawah ini opini slah seorang tokoh Pertamina.

Hari Rabu (23/4), Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam kunjungan kerja ke 
Entikong, Kalimantan Barat, memberikan keterangan pers di Bandara Internasional 
Supadio, Kalbar, mengumumkan bahwa proyek Blok Masela diputuskan dibangun di 
darat dengan mempertimbangkan berbagai masukan dan saran yang diberikan.Lalu 
bagaimana menindaklanjuti keputusan ini?Pertama, tentunya harus ada revisi PoD 
(Plan of Development) Lapangan Abadi, Blok Masela, yang semula diusulkan dengan 
skema Floating LNG.Revisi ini tidak mudah karena SoW (scope of work) nya sama 
sekali berbeda. Inpex-Shell yang sekarang ini sebagai operator blok tersebut 
harus menginvestasikan waktu, tenaga, dan dana untuk memperbaiki 
PoD-nya.Mungkin ini butuh waktu 6-12 bulan bahkan bisa lebih karena menyangkut 
rencana pemasangan pipa bawah laut dari lapangan Abadi ke darat, termasuk harus 
melakukanbathimetry survey dan mendesain foot-print pabrik LNG di darat yang 
disesuaikan dengan topografi dan rencana tata ruang dan peruntukan pulau 
tersebut (masuk dalam studi AMDAL) yang juga perlu waktu.Kedua, setelah PoD 
selesai, diusulkan lagi ke SKK Migas, untuk direview dan diajukan ke MESDM 
untuk disetujui. Setelah disetujui pemerintah, secara paralel operator harus 
melakukan pematangan komersial ke LNG buyers untuk menandatangani GSA (gas 
sales agreement), dan melakukan kegiatan hulu (membor dan menyelesaikan sumur, 
serta membangun fasilitas produksi/FPSO) di laut, melakukan pembebasan tanah, 
mengurus perizinan dan membuat FEED (Front-End Engineering Design), barulah 
nanti keluar FID (final investment decision) dari perusahaan/operator 
tersebut.Ketiga, fase pengerjaan proyek. Termasuk di dalamnya membuka tender 
EPC (engineering, procurement, construction), persetujuan pemenang oleh SKK 
Migas, mobilisasi pekerja dan equipment, untuk memulai pembangunan hingga 
commisioningdan start-up.Keempat, dimulainya produksi dengan mengapalkan 
LNG.Itulah kira-kira tahapan proyek jika pengembangan blok Masela mengikuti 
konsep OLNG (Onshore LNG) atau LNG darat. Tentunya setiap tahap akan memiliki 
tantangan dan kerumitan sendiri. Jika semua berjalan normal dan lancar, 
diperkirakan selesai dalam 7-9 tahun, sehingga jika semua pekerjaan dilakukan 
tahun ini, baru tahun 2023-2025 blok Masela dapat memproduksi LNG.Lalu, LNG 
tersebut kira-kira mau dijual kemana?Dari hasil kajian McKinsey (2014), 
Indonesia akan membutuhkan LNG untuk mengimbangi kekurangan suplai gas karena 
kebutuhan (demand) gas di Tanah Air yang terus meningkat.
Diperkirakan tahun 2019 kita defisit gas hingga 3 mtpa (juta ton per annum) LNG 
atau sekitar 700 MMscfd.Nah, tentunya jika benar perkiraan LNG Blok Masela 
diproduksikan tahun 2025, maka tentunya sebagian besar akan diperuntukan 
menutup kebutuhan gas domestik. Hanya sebagian kecil mungkin masih bisa 
diekspor. Lagi-lagi pertanyaannya adalah: siapa yang mau beli? Jika 
investasinya dan ongkos operasinya saja sudah tinggi?Dalam kajian lain, pada 
saat itu (2025) dunia sedang dilanda banjir LNG dari Australia, Qatar, Angola, 
Mozambique, Yaman, dan lain-lain dengan harga yang sangat konpetitif. Kalau 
benar demikian, maka LNG Masela akan terseok bersaing di international.Konsep 
Hulu-Hilir
Berdasarkan situasi demikian, tidak salah kalau kita bertanya megapa kita masih 
memaksakan membuat pabrik LNG? Alih-alih berdebat antara FLNG dan OLNG, kenapa 
kita tidak menyodorkan konsep hulu dan hilir dalam pengembangan gas Masela?Kita 
bisa meminta Inpex-Shell hanya berkewajiban mengeksploitasi gas dari dasar laut 
ke permukaan laut dengan menjual gas di well-head (setelah dimurnikan di FPSO – 
floating production storage and offloading).Lalu meminta siapapun yang butuh 
gas, beli di sana. Inilah yang disebut berjualan gas dengan harga FOB (free 
on-board). Kita bisa minta BUMN (Pertamina, PLN, PGN, PUSRI, Antam 
Krakatausteel, dll) atau pihak swasta (Freeport smelters, petrokimia, dll) 
membeli gas tersebut, yang diambil dengan kapal-kapan CNG yang disewa dari BUMN 
(Pertamina, PAL, dll) atau swasta.Dengan demikian, tumbuhlah industri-industri 
strategis nasional yang bergandengan dengan industri maritim untuk memperkokoh 
kedaulatan NKRI.Kapal-kapal kecil CNG dapat menyuplai gas sampai ke pelosok 
pulau-pulau di manapun, baik untuk bahan bakar/baku pembangkit listrik, 
petrokimia (termasuk pupuk), pabrik keramik, smelters, dll.Lalu, bagaimana jika 
investor (Inpex-Shell) atau perusahaan lain masih ingin menjual gas tersebut ke 
pasar dunia? Bukankah mengapalkan CNG dalam jarak jauh (> 3000 km) tidak 
ekonomis?Jika demikian yang diinginkan, maka CNG dapat dikirim ke PT Badak NGL 
di Bontang, Kalimantan Timur, untuk dijadikan LNG. Dari sana kemudian LNG 
dikapalkan ke pembeli yang dituju.PT Badak NGL tahun ini dan tahun-tahun ke 
depan akan terus kekurangan pasok gas. Dengan hanya mengoperasikan 3 train dari 
8 train yang ada, PT Badak akan memiliki 5iddle trains yang dapat menyerap dan 
memproduksi LNG hingga 12 juta ton per tahun (mtpa).Kalaupun semua gas Masela 
yang hanya 7,5 mtpa akan dijadikan LNG, maka sudah lebih dari cukup untuk 
diproses di Bontang. Tidak perlu membangun pabrik baru LNG.Kalau begitu, konsep 
ini tidak akan memberi muliplier effect bagi masyarakat Maluku dan sekitarnya. 
Kata siapa?Dengan nilai investasi yang jauh lebih kecil (hanya sekitar USD 9 
miliar dengan konsep CNG dibanding USD 14-18 miliar pada konsep LNG, berarti 
ada selisih sekitar USD 5 miliar), dan penyelesaian proyek yg jauh lebih cepat 
(3 tahun dibanding 7-9 tahun), maka banyak hal yang kita bisa perbuat.Kita 
dapat membangun infrastruktur, seperti jalan dan jembatan, bandara, pelabuhan, 
rumah sakit, sekolah, universitas, pabrik pupuk, petrokimia berbasis gas, atau 
peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui kesehatan/pendidikan gratis, 
penaikan gaji PNS, penaikan UMR, dll untuk daerah Maluku dan sekitarnya 
tidaklah sulit. Bukan hanya Maluku, tapi dapat didistribusikan ke semua pulau 
yang membutuhkan gas (NTB, NTT, dll).Jadi, kesimpulannya, keputusan Presiden 
yang menolak pembangunan LNG di laut sudah sangat tepat. Tapi untuk membangun 
LNG di darat perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:1. Untuk apa kita 
membangun pabrik LNG, jika kita masih punya aset negara di PT Badak yg bisa 
dimanfaatkan? Apalagi, jika gas tersebut sebagian besar untuk domestik, maka dg 
menjadikannya LNG akan memboroskan 2 kali biaya (membuat LNG dan regasifikasi). 
Jadi konsep CNG sangat preferable.2. Jika kita ingin mengembangkan proyek gas 
Masela lebih cepat dan ekonomis, pisahkan antara proyek hulu dan hilir. Beban 
negara (pemerintah) akan lebih kecil dengan skemacost recovery yang lebih 
efisien. Skema ini sekaligus akan mendorong industri hilir maju lebih cepat 
(sharing risk dan investasi). Inpex-Shell dapat menjual gasnya di well-head, 
lalu para pembeli mengambilnya dg harga FOB melalui kapal CNG.3. Jika ada 
pembeli interasional yang berminat, atau penjual domestik yang ingin mengekspor 
gas tersebut, gunakan fasilitas PT Badak yang iddle (5 kilang/train!!) untuk 
membuat LNG kemudian dikapalkan ke negara tujuan.Demikian, sekedar masukan 
untuk menindaklanjuti pengumuman Presiden yg telah memutuskan pembangunan LNG 
di darat (onshore LNG) dalam mengembangkan lapangan gas Abadi di Blok 
Masela.Semoga ada manfaatnya!Oleh: Salis Aprilian*





----------------------------------------------------

Geosea XIV and 45TH IAGI Annual Convention 2016
Bandung , October 10-13 2016
for further information please visit our website at 
http://geosea2016.iagi.or.id or email to secretar...@geosea2016.iagi.or.id

----------------------------------------------------

Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta (a/n IAGI)
No. Rek: 123 0085005314
Bank BCA KCP. Manara Mulia (A/n: Shinta Damayanti)
No. Rekening: 255-1088580

----------------------------------------------------
Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
----------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 
any information posted on IAGI mailing list.




----------------------------------------------------

Geosea XIV and 45TH IAGI Annual Convention 2016
Bandung , October 10-13 2016
for further information please visit our website at 
http://geosea2016.iagi.or.id or email to secretar...@geosea2016.iagi.or.id

----------------------------------------------------

Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta (a/n IAGI)
No. Rek: 123 0085005314
Bank BCA KCP. Manara Mulia (A/n: Shinta Damayanti)
No. Rekening: 255-1088580

----------------------------------------------------
Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
----------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 
any information posted on IAGI mailing list.



----------------------------------------------------

Geosea XIV and 45TH IAGI Annual Convention 2016
Bandung , October 10-13 2016
for further information please visit our website at 
http://geosea2016.iagi.or.id or email to secretar...@geosea2016.iagi.or.id

----------------------------------------------------

Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta (a/n IAGI)
No. Rek: 123 0085005314
Bank BCA KCP. Manara Mulia (A/n: Shinta Damayanti)
No. Rekening: 255-1088580

----------------------------------------------------
Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
----------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 
any information posted on IAGI mailing list.




----------------------------------------------------

Geosea XIV and 45TH IAGI Annual Convention 2016
Bandung , October 10-13 2016
for further information please visit our website at 
http://geosea2016.iagi.or.id or email to secretar...@geosea2016.iagi.or.id

----------------------------------------------------

Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta (a/n IAGI)
No. Rek: 123 0085005314
Bank BCA KCP. Manara Mulia (A/n: Shinta Damayanti)
No. Rekening: 255-1088580

----------------------------------------------------
Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
----------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 
any information posted on IAGI mailing list.




----------------------------------------------------



Geosea XIV and 45TH IAGI Annual Convention 2016

Bandung , October 10-13 2016

for further information please visit our website at 
http://geosea2016.iagi.or.id or email to secretar...@geosea2016.iagi.or.id



----------------------------------------------------



Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:

Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta (a/n IAGI)

No. Rek: 123 0085005314

Bank BCA KCP. Manara Mulia (A/n: Shinta Damayanti)

No. Rekening: 255-1088580



----------------------------------------------------

Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id

Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id

----------------------------------------------------

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 

posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 

In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited

to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 

from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 

any information posted on IAGI mailing list.

Kirim email ke