Bener semua yang diungkapkan pak Luthfi.
Terima kasih ya pak Luthfi.

Salam,
(Cuman brani bilang "bener" ...karena dah diminta gak omong2 soal Masela - dan 
lainnya - )


[cid:__storage_emulated_0__EmailTempImage_138097816493495cachecopyImage_bmp@sec.galaxytab]
Nugrahani





Sent from my Samsung Galaxy smartphone.


-------- Original message --------
From: Achmad Luthfi <aluthfi...@gmail.com>
Date:04/01/2016 16:17 (GMT+07:00)
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc:
Subject: Re: [iagi-net] OPINI lain mengenai Masela


Sedikit melempengkan yang dibaca mas Sugeng Suhartono di tempo:

- Total tak pernah ada di Masela
-Rekomendasi POD lap. Abadi, Masela dari bpmigas ke mesdm 14 nov 2008
-Persetujuan prinsip yg Pertama oleh mesdm 6 Des 2010

So dokumen POD berada dalam evaluasi KESDM selama 2 tahun tiga minggu (bukan di 
bpmigas). Emboooh jaman sopo menterine.

Studi yang ditanya Vita semuanya ada, bahkan ada studi literature ttg kegempaan 
di palung antara lap Abadi dan P. Tanimbar yg berjarak 150 km. Studi biota 
lautpun ada. Jarak ke P. Aru dari lap. Abadi sekitar 600 km.
Sekarang yang diputuskan presiden ya dilaksanakan saja walau harus studi mulai 
dari awal lagi.

On 1 Apr 2016 15:52, "Sugeng Hartono - 
sugeng.harton...@yahoo.com<mailto:sugeng.harton...@yahoo.com>" 
<SRS0-NASD=P4=yahoo.com<http://yahoo.com>=sugeng.harton...@iagi.or.id<mailto:sugeng.harton...@iagi.or.id>>
 wrote:
Selamat sore.

Tadinya saya bertanya-tanya di manakah lokasi Masela, setelah membaca majalah 
Tempo, 6-3-2016 barulah tahu, block ini dekat dengan P.Tanimbar. Yang gencar 
saya dengar adalah "perseteruan" antara Menteri ESDM SS dan Menko RS.
SS :" Ada yg ingin mengganti investor"
RR: "Kilang di darat banyak manfaat".
Sebelum diputuskan oleh presiden saya sempat bertanya kepada teman (geologist 
juga), jawabnya: "Kenapa kita mesti membangun (lagi) kilang di Maluku, lha wong 
kilang di Aceh dari 6 train hanya satu yang beroperasi alias lainnya 
menganggur. Atau kirim saja gas dari Masela ke Bontang di Kaltim, di sana juga 
mulai ada penurunan pasokan gas".

Di Tempo disebutkan bahwa tanah di Tanimbar sudah dikuasi para mafia tanah. 
Menko RR adalah pejabat yg paling ngotot membatalkan rencana pengembangan Gas 
Abadi di Blok Masela menggunakan skema kilang terapung (FLGN). Ia mengusulkan 
pemerintah mengembangkan lapangan gas di Laut Arafuru itu dengan membangun kila 
di darat (OLNG). Gara-2 urusan ini, RR membuka perseteruan terbuka dengan 
menteri ESDM SS.

Sebagian komentar SS "Saya menangkap pesan, di balik keributan offshore dan 
onshore, ada yg ingin mengganti investor lama dengan investor baru. Ini sangat 
tidak terpuji. Investor yg sudah 16 tahun tiba-2 hendak diganti". Ditanya, Anda 
tahu dari mana, jawab SS:"Ada yg menyampaikan ada pertemuan Inpex dng staf 
Menko yg menyodorkan investor baru.....dst
Ditanya, setelah itu ada tindak lanjutnya?
Jawab SS: "Saya tidak tahu. Tapi praktek begini bukan sekali di sektor migas. 
Masela bisa dilihat waktu tahun 2010. Permintaan rekomendasi revisi tertunda 
lama. Total dan Inpex dipaksa memasukkan perusahaan swasta nasional, PT Energi 
Mega Persada TBK milik Bakrie Group, mendapat hak partisipasi 10% di blok 
tersebut.  Rekomendasi BP Migas lama tidak keluar sampai 24 November 2010. 
Begitu perusahaan swasta ini masuk, besoknya surat rekomendasi keluar. Mungkin 
masih ada yg berpikir cara seperti ini masih bisa dipakai. Mereka lupa bahwa 
zaman sudah berubah".

Apakah benar bahwa bisnis tidak jauh-2 amat dengan politik? Yang jelas 
keputusan peperintah sudah dibuat. Semoga ini menjadi yang terbaik, dan 
cadangan gas di Masela benar-2 bermanfaat untuk kesejahteraan Rakyat.

Salam,
Sugeng




On Friday, April 1, 2016 11:09 AM, Dandy Hidayat 
<dandy.hidayat....@gmail.com<mailto:dandy.hidayat....@gmail.com>> wrote:


Dengan Hormat

Sebaiknya di tanyakan langsung kepada pihak INPEX , saya sempat bekerja selama 
2 tahun saya kerja untuk project ini ,

Namun saya tidak bisa memberikan jawaban dan penjelasan terkait Penempatan FLNG 
atau OLNG karena tidak sesuai dengan kapasitas saya yang sudah Resign sejak 4 
tahun lalu.

Saya sarankan undang saja pihak INPEX (juga SHELL) untuk mendengar penjelasan 
lebih detail , Ada teman - teman IAGI di INPEX dan kita bisa buat sambil 
Afternoon Tea Break

Sayang project ini hanya berputar - putar pada masalah non technical dan lebih 
pada kepentingan politik dan ekonomi

Salam

Dandy Hidayat
04-17-727-4142

2016-04-01 11:17 GMT+08:00 Achmad Luthfi 
<aluthfi...@gmail.com<mailto:aluthfi...@gmail.com>>:

Keputusan lap. Abadi, Masela sekarang ini tak bisa diukur dengan pertanyaan 
Parvita. Masela sudah masuk dalam pusaran turbulensi politik, ini juga 
tercermin dari tulisan pak Ong, maupun gencar-nya berita2 online yang menuduh 
Kuntoro MS dibalik FLNG. Lha siapa dibelakang sutradara OLNG? Embooooh.
Yang jelas dampaknya sudah diuraikan pak Ong.
Pusaran politik Masela juga terefleksi rumors yg bergaung nyaring MESDM akan 
dipindah ke pos lain, kalau nanti ternyata bener MESDM dipindah ke pos lain tak 
terelakkan memang Masela diterjang turbulensi tsb, dengan mudah orang menuduh 
dibelakang MESDM yg sekarang adalah Kuntoro MS. Dan siapa yang akan menduduki 
jabatan MESDM akan dituduh oleh lawan politiknya sebagai bagian dari alur 
cerita sutradara ONLNG.
Beredar rumors salah satu kandidat MESDM dari fortuga mantan dirjen di KESDM.
Ini sekedar untuk dibaca belon tamtu benar adanya.
On 1 Apr 2016 09:15, "Parvita Siregar" 
<parvita.sire...@gmail.com<mailto:parvita.sire...@gmail.com>> wrote:
Pak Yanto, terimakasih atas forward opini di atas.

Saya hanya agak tergelitik saja, seingat saya, Prospek atau Calon Lapangan 
Abadi ini PODnya sudah lumayan berlangsungnya.  Setelah pemerintahan Jokowi ini 
baru ada wacana onshore-offshore. Saya hanya ada beberapa pertanyaan:

1.   Apakah dulu dalam prosesnya tidak pernah dipertimbangkan wacana onshore 
processing?  Apakah apa yang dilakukan oleh INPEX dan dikaji oleh SKK Migas 
selama bertahun2 ini salah?

2.  Dengan berubahnya keputusan yang drastis seperti ini, berarti semua konsep 
harus dirombak.  Ini memakan waktu dan uang.  Di saat banyak perusahaan oil and 
gas tutup dan seperti yang opini ini katakan, adanya banjir LNG dari Afrika 
dll, apakah keputusan ini membuktikan bahwa memang di Indonesia belum ada 
kepastian policy (di IPA berkali2 ini didengungkan sebagai kelemahan Indonesia 
yang menghambat kontraktor untuk invest di sini)?

3.  Kalau melihat lokasi Abadi, lalu, misalnya fasilitas onshore ada di 
Tanimbar, artinya melewati subduction zone.  Kalau konturnya punya sudut 
lumayan curam, apakah ada kemungkinan wet gas akan "mengendap" lalu membuat 
risk menjadi lebih tinggi?  Bagaimana maintenancenya?  Ada offshore facilities 
juga di offshore untuk pemisahan gas?  Kalau dilihat dari kacamata Inpex, 
pastinya Inpex perlu continuity of production selain cost yang murah.

4.  Apa ada yang bisa menjelaskan, kenapa kalau di darat lebih menguntungkan 
daripada di laut?  Daratnya kan ini pulau kecil di Tanimbar, beda dengan 
Bontang.  Saya belum pernah baca atau dengan diskusi apa yang akan dilakukan 
dengan gas ini, dimana akan ada pembangkit tenaga listrik, kira2 bagaimana deal 
harga per btu dll.  Apakah ada yang tahu?  Karena kalau saya pikir2, entah di 
darat atau di laut, kalau gasnya bisa dimanfaatkan untuk pengembangan wilayah 
timur, jadinya tidak terlalu pengaruh, ya, karena rakyat di sana menjadi maju, 
ekonomi berputar dll.  Jargon yang sering saya dengar: "Lebih menguntungkan 
rakyat".  Rakyat Pulau Tanimbar itu ada berapa ya?  Rakyat yang mana?

5.  Sebagai diver, tentunya tidak heran kalau saya concern dengan dampak 
lingkungan dan kerusakan yang akan ditimbulkan kalau menjadi onshore 
facilities?  Jangan sampai terjadi seperti Pulau Bangka di Sulawesi Utara, 
dimana terjadi perusakan ekosistim terumbu karang karena penambangan pasir di 
Pulau Bangka tersebut.  Kepulauan di Timur sangat banyak terumbu2 karang dan 
penduduk di sana kebanyakan adalah nelayan.

Maaf ya, pertanyaannya banyak, ini purely bertanya sebagai orang luar yang 
hanya menonton.  Saya yakin banyak juga yang punya pertanyaan seperti saya baik 
yang di luar Migas maupun yang bekerja di Migas.  Maaf bila ada salah2 kata.

Salam,

Parvita

(lagi merdeka jadi banyak waktu mikir)



2016-03-26 13:04 GMT+07:00 Yanto R. Sumantri 
<SRS0-NPgh=PW=yahoo.com=yrs_...@iagi.or.id<mailto:SRS0-NPgh=PW=yahoo.com=yrs_...@iagi.or.id>>:


Dear IAGI members

Dibawah ini opini slah seorang tokoh Pertamina.


Hari Rabu (23/4), Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam kunjungan kerja ke 
Entikong, Kalimantan Barat, memberikan keterangan pers di Bandara Internasional 
Supadio, Kalbar, mengumumkan bahwa proyek Blok Masela diputuskan dibangun di 
darat dengan mempertimbangkan berbagai masukan dan saran yang diberikan.
Lalu bagaimana menindaklanjuti keputusan ini?
Pertama, tentunya harus ada revisi PoD (Plan of Development) Lapangan Abadi, 
Blok Masela, yang semula diusulkan dengan skema Floating LNG.
Revisi ini tidak mudah karena SoW (scope of work) nya sama sekali berbeda. 
Inpex-Shell yang sekarang ini sebagai operator blok tersebut harus 
menginvestasikan waktu, tenaga, dan dana untuk memperbaiki PoD-nya.
Mungkin ini butuh waktu 6-12 bulan bahkan bisa lebih karena menyangkut rencana 
pemasangan pipa bawah laut dari lapangan Abadi ke darat, termasuk harus 
melakukanbathimetry survey dan mendesain foot-print pabrik LNG di darat yang 
disesuaikan dengan topografi dan rencana tata ruang dan peruntukan pulau 
tersebut (masuk dalam studi AMDAL) yang juga perlu waktu.
Kedua, setelah PoD selesai, diusulkan lagi ke SKK Migas, untuk direview dan 
diajukan ke MESDM untuk disetujui. Setelah disetujui pemerintah, secara paralel 
operator harus melakukan pematangan komersial ke LNG buyers untuk 
menandatangani GSA (gas sales agreement), dan melakukan kegiatan hulu (membor 
dan menyelesaikan sumur, serta membangun fasilitas produksi/FPSO) di laut, 
melakukan pembebasan tanah, mengurus perizinan dan membuat FEED (Front-End 
Engineering Design), barulah nanti keluar FID (final investment decision) dari 
perusahaan/operator tersebut.
Ketiga, fase pengerjaan proyek. Termasuk di dalamnya membuka tender EPC 
(engineering, procurement, construction), persetujuan pemenang oleh SKK Migas, 
mobilisasi pekerja dan equipment, untuk memulai pembangunan hingga 
commisioningdan start-up.
Keempat, dimulainya produksi dengan mengapalkan LNG.
Itulah kira-kira tahapan proyek jika pengembangan blok Masela mengikuti konsep 
OLNG (Onshore LNG) atau LNG darat. Tentunya setiap tahap akan memiliki 
tantangan dan kerumitan sendiri. Jika semua berjalan normal dan lancar, 
diperkirakan selesai dalam 7-9 tahun, sehingga jika semua pekerjaan dilakukan 
tahun ini, baru tahun 2023-2025 blok Masela dapat memproduksi LNG.
Lalu, LNG tersebut kira-kira mau dijual kemana?
Dari hasil kajian McKinsey (2014), Indonesia akan membutuhkan LNG untuk 
mengimbangi kekurangan suplai gas karena kebutuhan (demand) gas di Tanah Air 
yang terus meningkat.
Diperkirakan tahun 2019 kita defisit gas hingga 3 mtpa (juta ton per annum) LNG 
atau sekitar 700 MMscfd.
Nah, tentunya jika benar perkiraan LNG Blok Masela diproduksikan tahun 2025, 
maka tentunya sebagian besar akan diperuntukan menutup kebutuhan gas domestik. 
Hanya sebagian kecil mungkin masih bisa diekspor. Lagi-lagi pertanyaannya 
adalah: siapa yang mau beli? Jika investasinya dan ongkos operasinya saja sudah 
tinggi?
Dalam kajian lain, pada saat itu (2025) dunia sedang dilanda banjir LNG dari 
Australia, Qatar, Angola, Mozambique, Yaman, dan lain-lain dengan harga yang 
sangat konpetitif. Kalau benar demikian, maka LNG Masela akan terseok bersaing 
di international.
Konsep Hulu-Hilir
Berdasarkan situasi demikian, tidak salah kalau kita bertanya megapa kita masih 
memaksakan membuat pabrik LNG? Alih-alih berdebat antara FLNG dan OLNG, kenapa 
kita tidak menyodorkan konsep hulu dan hilir dalam pengembangan gas Masela?
Kita bisa meminta Inpex-Shell hanya berkewajiban mengeksploitasi gas dari dasar 
laut ke permukaan laut dengan menjual gas di well-head (setelah dimurnikan di 
FPSO – floating production storage and offloading).
Lalu meminta siapapun yang butuh gas, beli di sana. Inilah yang disebut 
berjualan gas dengan harga FOB (free on-board). Kita bisa minta BUMN 
(Pertamina, PLN, PGN, PUSRI, Antam Krakatausteel, dll) atau pihak swasta 
(Freeport smelters, petrokimia, dll) membeli gas tersebut, yang diambil dengan 
kapal-kapan CNG yang disewa dari BUMN (Pertamina, PAL, dll) atau swasta.
Dengan demikian, tumbuhlah industri-industri strategis nasional yang 
bergandengan dengan industri maritim untuk memperkokoh kedaulatan NKRI.
Kapal-kapal kecil CNG dapat menyuplai gas sampai ke pelosok pulau-pulau di 
manapun, baik untuk bahan bakar/baku pembangkit listrik, petrokimia (termasuk 
pupuk), pabrik keramik, smelters, dll.
Lalu, bagaimana jika investor (Inpex-Shell) atau perusahaan lain masih ingin 
menjual gas tersebut ke pasar dunia? Bukankah mengapalkan CNG dalam jarak jauh 
(> 3000 km) tidak ekonomis?
Jika demikian yang diinginkan, maka CNG dapat dikirim ke PT Badak NGL di 
Bontang, Kalimantan Timur, untuk dijadikan LNG. Dari sana kemudian LNG 
dikapalkan ke pembeli yang dituju.
PT Badak NGL tahun ini dan tahun-tahun ke depan akan terus kekurangan pasok 
gas. Dengan hanya mengoperasikan 3 train dari 8 train yang ada, PT Badak akan 
memiliki 5iddle trains yang dapat menyerap dan memproduksi LNG hingga 12 juta 
ton per tahun (mtpa).
Kalaupun semua gas Masela yang hanya 7,5 mtpa akan dijadikan LNG, maka sudah 
lebih dari cukup untuk diproses di Bontang. Tidak perlu membangun pabrik baru 
LNG.
Kalau begitu, konsep ini tidak akan memberi muliplier effect bagi masyarakat 
Maluku dan sekitarnya. Kata siapa?
Dengan nilai investasi yang jauh lebih kecil (hanya sekitar USD 9 miliar dengan 
konsep CNG dibanding USD 14-18 miliar pada konsep LNG, berarti ada selisih 
sekitar USD 5 miliar), dan penyelesaian proyek yg jauh lebih cepat (3 tahun 
dibanding 7-9 tahun), maka banyak hal yang kita bisa perbuat.
Kita dapat membangun infrastruktur, seperti jalan dan jembatan, bandara, 
pelabuhan, rumah sakit, sekolah, universitas, pabrik pupuk, petrokimia berbasis 
gas, atau peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui kesehatan/pendidikan 
gratis, penaikan gaji PNS, penaikan UMR, dll untuk daerah Maluku dan sekitarnya 
tidaklah sulit. Bukan hanya Maluku, tapi dapat didistribusikan ke semua pulau 
yang membutuhkan gas (NTB, NTT, dll).
Jadi, kesimpulannya, keputusan Presiden yang menolak pembangunan LNG di laut 
sudah sangat tepat. Tapi untuk membangun LNG di darat perlu mempertimbangkan 
hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk apa kita membangun pabrik LNG, jika kita masih punya aset negara di PT 
Badak yg bisa dimanfaatkan? Apalagi, jika gas tersebut sebagian besar untuk 
domestik, maka dg menjadikannya LNG akan memboroskan 2 kali biaya (membuat LNG 
dan regasifikasi). Jadi konsep CNG sangat preferable.
2. Jika kita ingin mengembangkan proyek gas Masela lebih cepat dan ekonomis, 
pisahkan antara proyek hulu dan hilir. Beban negara (pemerintah) akan lebih 
kecil dengan skemacost recovery yang lebih efisien. Skema ini sekaligus akan 
mendorong industri hilir maju lebih cepat (sharing risk dan investasi). 
Inpex-Shell dapat menjual gasnya di well-head, lalu para pembeli mengambilnya 
dg harga FOB melalui kapal CNG.
3. Jika ada pembeli interasional yang berminat, atau penjual domestik yang 
ingin mengekspor gas tersebut, gunakan fasilitas PT Badak yang iddle (5 
kilang/train!!) untuk membuat LNG kemudian dikapalkan ke negara tujuan.
Demikian, sekedar masukan untuk menindaklanjuti pengumuman Presiden yg telah 
memutuskan pembangunan LNG di darat (onshore LNG) dalam mengembangkan lapangan 
gas Abadi di Blok Masela.
Semoga ada manfaatnya!
Oleh: Salis Aprilian*






----------------------------------------------------

Geosea XIV and 45TH IAGI Annual Convention 2016
Bandung , October 10-13 2016
for further information please visit our website at 
http://geosea2016.iagi.or.id<http://geosea2016.iagi.or.id/> or email to 
secretar...@geosea2016.iagi.or.id<mailto:secretar...@geosea2016.iagi.or.id>

----------------------------------------------------

Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta (a/n IAGI)
No. Rek: 123 0085005314
Bank BCA KCP. Manara Mulia (A/n: Shinta Damayanti)
No. Rekening: 255-1088580

----------------------------------------------------
Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id<mailto:iagi-net-subscr...@iagi.or.id>
Unsubscribe: 
iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id<mailto:iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id>
----------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others.
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of
any information posted on IAGI mailing list.



----------------------------------------------------

Geosea XIV and 45TH IAGI Annual Convention 2016
Bandung , October 10-13 2016
for further information please visit our website at 
http://geosea2016.iagi.or.id<http://geosea2016.iagi.or.id/> or email to 
secretar...@geosea2016.iagi.or.id<mailto:secretar...@geosea2016.iagi.or.id>

----------------------------------------------------

Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta (a/n IAGI)
No. Rek: 123 0085005314
Bank BCA KCP. Manara Mulia (A/n: Shinta Damayanti)
No. Rekening: 255-1088580

----------------------------------------------------
Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id<mailto:iagi-net-subscr...@iagi.or.id>
Unsubscribe: 
iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id<mailto:iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id>
----------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others.
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of
any information posted on IAGI mailing list.


----------------------------------------------------

Geosea XIV and 45TH IAGI Annual Convention 2016
Bandung , October 10-13 2016
for further information please visit our website at 
http://geosea2016.iagi.or.id<http://geosea2016.iagi.or.id/> or email to 
secretar...@geosea2016.iagi.or.id<mailto:secretar...@geosea2016.iagi.or.id>

----------------------------------------------------

Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta (a/n IAGI)
No. Rek: 123 0085005314
Bank BCA KCP. Manara Mulia (A/n: Shinta Damayanti)
No. Rekening: 255-1088580

----------------------------------------------------
Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id<mailto:iagi-net-subscr...@iagi.or.id>
Unsubscribe: 
iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id<mailto:iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id>
----------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others.
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of
any information posted on IAGI mailing list.



----------------------------------------------------

Geosea XIV and 45TH IAGI Annual Convention 2016
Bandung , October 10-13 2016
for further information please visit our website at 
http://geosea2016.iagi.or.id or email to 
secretar...@geosea2016.iagi.or.id<mailto:secretar...@geosea2016.iagi.or.id>

----------------------------------------------------

Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta (a/n IAGI)
No. Rek: 123 0085005314
Bank BCA KCP. Manara Mulia (A/n: Shinta Damayanti)
No. Rekening: 255-1088580

----------------------------------------------------
Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id<mailto:iagi-net-subscr...@iagi.or.id>
Unsubscribe: 
iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id<mailto:iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id>
----------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others.
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of
any information posted on IAGI mailing list.




----------------------------------------------------

Geosea XIV and 45TH IAGI Annual Convention 2016
Bandung , October 10-13 2016
for further information please visit our website at 
http://geosea2016.iagi.or.id or email to 
secretar...@geosea2016.iagi.or.id<mailto:secretar...@geosea2016.iagi.or.id>

----------------------------------------------------

Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta (a/n IAGI)
No. Rek: 123 0085005314
Bank BCA KCP. Manara Mulia (A/n: Shinta Damayanti)
No. Rekening: 255-1088580

----------------------------------------------------
Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id<mailto:iagi-net-subscr...@iagi.or.id>
Unsubscribe: 
iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id<mailto:iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id>
----------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others.
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of
any information posted on IAGI mailing list.


----------------------------------------------------

Geosea XIV and 45TH IAGI Annual Convention 2016
Bandung , October 10-13 2016
for further information please visit our website at 
http://geosea2016.iagi.or.id or email to secretar...@geosea2016.iagi.or.id

----------------------------------------------------

Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta (a/n IAGI)
No. Rek: 123 0085005314
Bank BCA KCP. Manara Mulia (A/n: Shinta Damayanti)
No. Rekening: 255-1088580

----------------------------------------------------
Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
----------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others.
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of
any information posted on IAGI mailing list.


________________________________

Informasi yang terkandung di dalam dokumen ini mungkin mengandung informasi 
rahasia dan untuk kalangan terbatas, dan hanya ditujukan kepada individu 
(-individu) atau badan (-badan) yang namanya tersebut diatas. Jika anda bukan 
penerima dokumen yang dimaksud, dengan ini anda diingatkan bahwa setiap 
tindakan pengungkapan, penyalinan, pendistribusian atau penggunaan informasi 
dalam dokumen ini secara tidak sah adalah perbuatan yang terlarang.

(The information contained in this electronic message may be privileged and 
confidential, and is intended only for the individual(s) or entity(ies) named 
above. If you are not the intended recipient, you are placed on notice that any 
unauthorized disclosure, copying, distribution, or use of the contents of this 
electronic message is prohibited)

Kirim email ke