On 4 Mar 1998, Syafrudin wrote:
> Eko Fajar N ([EMAIL PROTECTED]) wrote:
> : > Nah, 'koperasi ID-Linux' bisa punya potensi untuk mengadakannya, tapi
> : > butuh relawan,
> : Mmm. berarti relawan yang lokasinya dekat secara geografis dg Indonesia.
> saya kira kalau ada relawan yang tinggal di luar juga ada lahan yang bisa
> digarap.
Berkaitan dengan perlunya dukungan selain melalui milis juga perlu ada
linux-ers yang siap panggil dan bisa selesaikan masalah minimal "h" hari.
Saya usul dibuat ikatan pendukung linux (melalui koperasi id-linux) atau
semacamnya, sehingga jika ada pemakai yang mentok bisa call salah satu
linux-ers dengan membayar "r" rupiah yang ditentukan oleh koperasi.
Jika linux-er yang dipanggil tidak sanggup, maka dia harus serahkan
penanganannya ke linux-er lain berikut "r"-nya.
Dengan demikian, pelanggan dapat memperoleh kepastian akan jalannya sang
linux. Begitu pula para pakar linux bisa memperoleh sedikit
penghasilan.
Bagaimana ketentuan linux-er yang boleh menjual jasa tsb? Saya belum
kepikir, tapi ada saran untuk mencapai hal tsb secepatnya dengan membuka
registrasi pakar linux dan/atau tambahkan angket.
> mungkin begini aja:
> - Jualan dengan distribusi standar dilakukan lebih dulu
> pada saat ini target pasar adalah semacam pau-mikro-ers, sysop-l-ers,
> ybnet-l-ers, dan tentunya id-linux-ers
> pemasaran juga lebih banyak lewat network
> ada tambahan milis lain yang sering atau kadang membicarakan linux ?
> gdarma ya ? sayangnya saya nggak melanggannya
> binus bagaimana ?
> layanan dukungan purna-jual belum dilakukan secara optimal
> karena dianggap pelanggan masih bisa didukung oleh id-linux-ers
> lewat milis id-linux
Nah. Dukungan gratis selain membuat client kurang percaya juga melemahkan
semangat linux-er.
> layanan dukungan purna-jual yang sudah dilakukan lewat milis
> diteruskan, tapi para 'konsultan ID-linux' juga sudah
> bisa lebih serius men-jual jasa-nya secara intensif.
yup.
> : Dan kalau bisa harga buku itu semurah mungkin.
> rasanya bisa sekali, pokoknya sesuai dengan semangat GNU, kita jual hanya
> sekedar ongkos produksi (tapi ongkos produksi di sini termasuk gaji pekerja
> lho, yah kalau bisa sih sesuai UMR negara maju kalau nggak UMR Asean,
> kalau belum bisa juga ya UMR Jakarta yang masih rendah itu :-))
Pilihan terakhir, deh.. ;(
> : Mungkin ini masih lama. Tapi mungkin ID-Linux bisa menjadi brooker untuk
> : para Linux konsultan di seluruh Indonesia.
> : (sudah dirintis di jepang, yaitu network diantara para linux konsultan)
> Yap, pre-install ID-Linux masih lama,
> jadi sekarang kalau semua komit, konsentrasi ke distribusi dan buku Getting
> Started dulu, sampai bisa punya distribusi dan buku ID-Linux sendiri.
> pada saat itu kita ekspansi pasar, dan berarti butuh para konsultan.
> karena para konsultannya adalah para ID-Linux-ers, ya berarti pem-fungsi-an
> ID-Linux menjadi broker para konsultan Linux rasanya sih hampir otomatis.
Dilengkapi dengan saran di atas.
> : Untuk itu apakah sudah ada terjemahan baku untuk istilah spt.
> : freeware, open source dll?
> : Ataukah memang tak perlu diterjemahkan?
> saya kira nggak perlu - perlu amat
Piranti bebas? Sumber terbuka? he he he...
Jangan dipikirnlah. Ngabisin waktu!
> : # IMHO, kita perlu juga untuk menterjemahkan GPL dan LGPL ke
> : # bahasa Indonesia, dan meminta seorang (relawan) pengacara
> : # untuk memeriksa apakah Lisensi itu cocok dg. hukum Indonesia.
> yap.
> ada yang dari hukum atau punya kawan orang Hukum ?
> saya sendiri akan mencoba dari orang dari FH-UI, tapi pesimis bisa dapat
> karena nggak dekat dengan staf ataupun mahasiswanya.
Saya akan hubungi rekan-rekan saya.
Moga2 bisa dapet satu orang dosen dan satu lagi pengacara.
Salam,
=* Selamat menunaikan ibadah puasa (Katolik) *=======================
[EMAIL PROTECTED] - Personally: I do not know I know or not!
=* Dari dulu gua cinta rupiah, tapi rupiah tak pernah cinta gua ;( *=
-
STOP-LANGGANAN: 'unsubscribe' ke: [EMAIL PROTECTED]
START-LANGGANAN: 'subscribe' ke: [EMAIL PROTECTED]