Kawan-kawan,
Mengikuti perbincangan tentang kebodohan aku ingin ikut mengemukakan beberapa gagasan dan sekaligus sharing pengalaman sehari-hari (sebagai seorang dosen), barangkali ada yang ingin memperdalamnya.
Aku sepakat kebodohan sebagai musuh utama, tidak hanya bagi bangsa kita, tapi bagi seluruh umat manusia di berbagai belahan dunia. Kebodohan bukanlah gejala sosial yang bersifat alamiah, tetapi lebih merupakan gejala sosial yang dikonstruksikan secara struktural. Oleh karena itu aku sepemahaman dengan kawan-kawan yang lebih memilih term "pembodohan", bukan "kebodohan". Kalau kita sepakat bahwa telah dan sedang terjadi proses pembodohan secara struktural, maka perbincangan kita tentang tema kebodohan mestinya dipertajam menjadi tema "Pembodohan Struktural" sehingga dapat dijelaskan secara praksis sebab musababnya dan siapa pelaku utamanya.
Proses pembodohan secara struktural dilakukan oleh setiap rejim yang menempatkan paradigma pembangunan yang kapitalistik sebagai basis regulasi di berbagai bidang, termasuk di dalamnya regulasi pendidikan. Karena hanya dengan cara melakukan pembodohan sajalah tujuan kepentingan mereka akan mudah melenggang tanpa mampu dikontrol oleh struktur sosial masyarakat yang cerdas. Masyarakat yang secara struktural tercerdaskan selalu dihindari dan sengaja TIDAK AKAN PERNAH DICIPTAKAN !!!! oleh rejim kapitalistik.
Lha, kalau begitu, bukankah musuh utama kita dibalik musuh kebodohan adalah rejim yang kapitalistik itu sendiri ??? Jika benar demikian ke mana anak panah perlawanan akan diarahkan? Pertanyaan ini setidaknya menuntut (aku) untuk secara tegas mengambil sikap yang lebih kongret...kongkret...kongkret (meminjam Grup Bajaj di televisi). Pengalaman ku sebagai dosen dalam keeseharian untuk melakukan perlawanan terhadap rejim kapitalistik yang telah membangun struktur pembodohan dalam kehidupan masyarakat kita, khususnya melalui lembaga pendidikan, aku melakukan beberapa langkah : (1) Menolak sistem pembelajaran konvensional yang masih menggunakan metode ceramah, relasi guru-murid, internalisasi ilmu yang doktrinatif, berorientasi pasar, dll (yang hingga saat ini masih banyak digunakan oleh setiap guru dan dosen) kemudian aku ganti dengan sistem pembelajaran yang lebih egaliter, demokratis, partisipatif dan berpihak pada isu-isu kerakyatan. Kelas bukan satu-satunya instrumen atau tempat belajar, mahasiswaku seringkali ku ajak belajar langsung dengan melibatkan diri secara partisipatif ke dalam berbagai persoalan masyarakat di sekitar mereka sesuai dengan mata pelajaran yang sedang dikaji. Mungkin metode ini masih debatable, tapi setidaknya kurasakan manfaat real dari model ini. Mahasiswaku menjadi lebih mengerti dan memahami secara kongkret apa yang menjadi akar masalah sosial yang dihadapi masyarakat, yang kadang-kadang tidak mereka dapatkan di pustaka teoritik. (2) Aku membuka ruang-ruang pembelajaran alternatif (diluar kelas dan jam mengajar) kepada siapa saja yang berminat di kampusku, tidak hanya dari mahasiswaku saja (kebetulan aku dosen jurusan sosiologi), pesertanya bisa lintas disipliner. Posisiku lebih sebagai fasilitator. Berbagai topik secara reguler (seminggu sekali) dikaji sesuai dengan isu yang beragam (3) Aku mencoba menularkan model yang sedang kuterapkan kepada beberapa kawan-kawan dosen lainnya, meskipun mereka tidak sepenuhnya merespon, karena alasan waktu dan energi.
Aku menyadari apa yang kulakukan seperti itu amatlah kecil pengaruhnya terhadap hasil yang lebih besar. Tapi setidaknya secara kongkret aku telah mencoba melakukan perlawanan terhadap pembodohan yang dilakukan oleh rejim kapitalistik melalui sistem pendidikan dan model-model pembelajaran yang telah ditradisikan dan bahkan "dituhankan" selama ini. Pengalamanku ini juga tentu saja tidak seberapa berguna dibanding kawan-kawan lain yang dengan tekun melakukan upaya yang jauh lebih besar untuk mencerdaskan masyarakat sebagai bentuk perlawanan terhadap pembodohan. Jika semua kita baik secara perorangan maupun kolektif, sesuai dengan profesi masing-masing (dosen, guru, politisi, aktifis sosial, dll) melakukan secara sinergis upaya-upaya yang sama, tanpa pamrih dan tidak mengharapkan penghasilan, aku kok yakin genderang perlawanan terhadap pembodohan struktural dapat kita tabuh lebih keras lagi sehingga semangat perlawanan kian berkobar. Meskipun penting diingat bahwa perlawanan terhadap pembodohan tidak cukup sampai di sini, ide, gagasan, kata-kata, stratemen, harus segera diterjemahkan secara kongkret ke dalam bentuk tindakan... sekali lagi tindakan ; sekecil apapun itu !!! (Tindakan kecil jauh lebih berarti dari sebuah gagasan besar tanpa tindakan !).
 
Salam perjuangan !
Thoib Soebhanto - Sosiologi Fisip UWMY Jogja

Agung Rudyanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Salam Menentang Kebodohan,

Saya sepakat betul apa yang dikatakan oleh saudari
reny pjastuti, pernyatan kebodohan yang disebut2 sudah
tepat namun masalahnya belum mengena ke
sasaran(masyarakat)betul kan, karna yg mengetahui hal
demikian hanyalah segelintir orang saja yang berasal
dari kaum intelektul/mhswa yang pernah terlibat dalam
diskusi dikampus atau dalam gerakan2 mahasiswa intra
dan  outer campus.
Memang benar masyarakat akan mendukung isu seperti
ini, yang dipertanyakan adalah "BAGAIMANA KITA DAPAT
MEMERANGI KEBODOHAN?"
karna untuk memerangi suatu isu adalah dengan adanya
'massa aksi' yang artinya setiap pergerakan harus
didasari dengan  garis massa, artinya massalah yang
akan menentukan masa depan bangsanya. Bila massa tetap
bodoh, dan diam berarti bersiaplah kita dijajah.
Ingat, PERJUANGAN ADALAH PELAKSANAAN DARI KATA-KATA,
SEBAB PERJUANGAN TANPA PELAKSANAAN DARI KATA-KATA
ADALAH SIA-SIA.
Yang dipertanyakan dalam hal ini adalah TINDAKAN untuk
pelaksanaan ISU kita ini"kebodohan?"..... ya khan?

thanks, saya tunggu respon kawan-kawan lain.

salam,


Agung


--- reny_pjastuti <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Salam,
>
> Saya menantang semua kawan-kawan untuk melakukan
> identifikasi musuh
> terbesar kita dalam perjuangkan ini.
> Menurut hasil identifikasi saya, ternyata musuh
> terbesar dan yang
> prioritas harus kita mulai perangi adalah
> "kebodohan".
>
> Apapun keburukan yang ada didepan mata kita dan
> dalam sejarah ini,
> kontribusi "kebodohan" adalah yang terbesar.
>
> Kebodohan itu = merasa sudah pintar
> Kebodohan itu = merasa pendapat orang lain selalu
> salah
> Kebodohan itu = tidak menyadari bahwa dirinya bodoh
> Kebodohan itu = tidak tahu bahwa orang lain ada yang
> lebih baik
> Kebodohan itu = pengecut, malas menghadapi
> tantangan, mencari
> legitimasi atas menghindari sesuatu yang sulit
> Kebodohan itu = menilai orang Yahudi bodoh
> Kebodohan itu = lupa memperjuangkan pendidikan
> gratis atau murah
> Kebodohan itu = menganggap jalan kekerasan itu ada
> baiknya
> Kebodohan itu = malas berfikir
> Kebodohan itu = ...........
>
> Barankali ada ribuan arti "kebodohan", tetapi apa
> arti semua itu
> kalau ternyata kita dan generasi kita terus menjadi
> bagian
> dari "kebodohan" itu.
>
> Mungkin yang harus kita sepakati, bahwa kalau
> generasi kita pinter,
> maka mereka pasti akan dapat memilih yang baik untuk
> masa depan
> mereka, termasuk idiologi apa yang baik untuk
> mereka.  Jadi kalau
> ternyata kita ini bodoh-bodoh mau menunjukkan yang
> baik untuk
> generasi penerus kita, mungkin mereka nanti akan
> terperosok ke jalan
> yang salah.
>
> Jadi intinya adalah bagaimana membangun generasi
> yang pinter dan
> cerdas.  Saat ini jelas-jelas masalah terbesar dalam
> masyarakat kita
> adalah sulitnya mendapatkan pendidikan bagi
> anak-anak.  Selain mahal,
> diskriminatif dan juga banyak sekolahan tidak
> bermutu.
>
> Singkat kata, saya mengajak kawan-kawan untuk
> berjuang sampai mati
> kalau perlu, agar masyarakat, terutama anak-anak dan
> kaum muda dapat
> sekolah atau belajar apa saja yang mereka mau tanpa
> ada
> kendala "biaya".
> Jelas-jelas tanggungjawab negara untuk mencerdaskan
> kehidupan bangsa,
> bukannya menanggung utang-utang para konglomerat.
> Di era SBY ini,
> tampaknya waktu yang baik untuk memulai gerakan
> besar-besaran untuk
> pendidikan yang murah.
>
> Saya ada banyak ide, tetapi tampaknya saya ingin
> mendengar juga kawan-
> kawan apakah kira-kira sepakat.  Kalau memang
> tanggapan dari kawan-
> kawan itu memadai, kalau perlu kita akan
> mengorganisasi gerakan ini
> secara nasional.  Saya siap terjun langsung sampai
> berhasil.
>
> Kalau melihat animo masyarakat dengan isu ini juga
> pasti akan banyak
> didukung.
>
> Oke saya tunggu respon kawan-kawan!
>
> Salam,
> Reny
>
>
>
>
>



           
____________________________________________________
Sell on Yahoo! Auctions – no fees. Bid on great items. 
http://auctions.yahoo.com/




Hancurkan Kapitalisme,Imperialisme,Neo-Liberalisme, Bangun Sosialisme !
******Ajak lainnya bergabung ! Kirimkan e-mail kosong (isi to...saja)ke:
        [EMAIL PROTECTED] (langganan)
        [EMAIL PROTECTED] (keluar)
Site: http://come.to/indomarxist


Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com

Hancurkan Kapitalisme,Imperialisme,Neo-Liberalisme, Bangun Sosialisme !
******Ajak lainnya bergabung ! Kirimkan e-mail kosong (isi to...saja)ke:
        [EMAIL PROTECTED] (langganan)
        [EMAIL PROTECTED] (keluar)
Site: http://come.to/indomarxist




YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke