SURABAJA Oleh: Agam Wispi Disadur dari: Kepada Partai, kumpulan sandjak; Yayasan Pembaruan, Jakarta 1965. (Terima kasih kepada Perhimpunan Dokumentasi Indonesia atas naskah puisi yang berharga ini) tiap kita djumpa surabaja aku selalu remadja gembira kepada kerdja pasti kepada harapan surabaja laut dan kota rata surabaja bau keringat bau kerdja ketegarannja harum semerbak dan malamnja malam bertjinta deritanja terisak-isak dalam dengus napas darah bergelora tjemara bersiut meliut semampai wilo merunduk merenung sungai besok ke laut dia akan sampai tapi ini! malam pelaut buih hidup jang menggapai! surabaja lebih remadja dalam bantingan usia kutjinta surabaja sebab dia kota kelasi kurindukan surabaja sebab trem berlari-lari (djakarta? Term diganti impala!) kusukai surabaja sebab betja dan taman ditepi kali kubanggakan surabaja sebab dia kota berani kusenangi surabaja sebab kedjantanan bernjanji kepahlawanan bergolak dari kantjah-kantjah jang menggelegak dan tahun-tahun kenangan jang diwariskan mogok pertama buruh kereta api zeven provincien buruh pelabuhan dan pelaut bersatu hari disiram hudjan peluru dan dentjing belenggu rantai besi, bendera pertama internasionalisme proletar dipantjangkan proklamasi ? sitiga-warna diturunkan dan dalam pelukan sang saka dipandjatkan kepuntjak perlawanan kemudian diantara serpihan bom jang mengojak dan kota jang terbakar terbakarlah semangat pertempuran njalanja tak terpadamkan hingga kini nanti dan kapanpun njalanja panas menempa badja kemerdekaan badja kehidupan ketika kita tidak lagi bertanja pilih njala atau pilih badjanja? dan kita merebut kedua-duanja! djauh mengatasi segala pekik pilu dan djerit sendu ratapan kehilangan dan erang kesakitan adalah bagai ibu jang melahirkan baji jang kemudian memeluk dan menjusui serta mengusap-usapnja dengan kesajangan kebahagiaan disitu Hari Pahlawan dilahirkan kko pesiar menunggu trotoar kelasi-kelasi melambaikan dasi jang bernama kesenangan memperpandjang umurnja maka itu djadi terlambat tapi bus dan truk tidak menunggu ajo, pulang djalan kaki! tjinta sudah ketinggalan ditembok-tembok kota o, ketika kapal merapat lego djangkar pelabuhan mengulurkan tangannja dan lampu kota mengerdipkan matanja dan bus-bus kadet menderu megah dan di tundjungan sikadet melangkah gagah putih-putih dan gadisnja dua jang satu pedang jang satu wanita dan si gadis punja mata kedjut pelita dan si pedang punja mata gelegak darah mudah si kadet djua permata dari lautan bukan main! namun adakah permata berkilau tanpa sebersit tjahja mentjekau? dan tiadalah angkatan perang tak bertulang-punggung kukuh merekalah kelasi dan pradjurit darat laut udara polisi milisia dari rakjat pekerdja tangan-tangan badja jang keras menghentam tidak perduli bom nuklir tapi tangan! tangan jang menentukan jang menghajunkan pedang kemenangan selama di djantungnja debur-mendebur gelora repolusi mengabdi rakjat pekerdja sokoguru buruh tani matahari tenggelam di djembatan wonokromo surabaja berdandan bagi malam berdesau tjemara tjadar kota jang disingkapkan surabaja napas merdeka jang dipertaruhkan pahlawan-pahlawan lahir pada djamannja dan diukur oleh pengabdiannja kepada rakjat dan hari depannja djaman lampaupun berlalu djaman baru datang melahirkan pahlawan baru namun pahlawan sebenarnja hanja tumbuh dalam lumpur dan debu pembesar-pembesar boleh bermatian orang-orang besar boleh berlahiran tenaga segar dari kepahlawanan djuga sekarang djika muda-mudi berperasaan merasakan hidup sampai ke tulang-sumsumnja dan jang tua-tua teguh membatu karang oleh hempasan gelora merekalah orangnja dan kebanjakannja tak bernama merekalah petani jang dirampas tanahnja kembali merebutnja dari setan-setan desa mereka jang berdjuang membebaskan dirinja dari belenggu perbudakan tanah dan buruh-buruh pelabuhan buruh pabrik jang beruntun-rutun pagi hari berkilat-kilat oleh keringat dan hitam oleh matahari pengangkut pasir jang menunggu perahu menghajut ke gunung sari betja jang berkerumun di lubuk djalanraya kko kelasi pradjurit jang ingat kepada asalnja pegawai-pegawai jang sadar kepada klasnja (bukan pemabok karyawan jang mengingkari makan-gadji) si miskin-kota jang kehilangan desanja dan mengisi sudut-sudut gelap kota dengan kerdap-kerdip pelita petani-petani jang dirampok panennja dan tepat menghidjaukan bumi, memerahkan tanah pemuda peladjar mahasiswa jang membakar buku USIS* dan mengusir setan-setan ilmu dari amerika imperialis untuk mematahkan belenggu kebodohan ratjun kemerdekaan jang berbungkus kenikmatan hampa dan surabaja berderap dalam tempik-sorak meski bau tengik dan sarang malaria sama banjak njamuk dan lalat dimana saja tunggu! suatu hari pernjataan perang djuga kepadamu! disini ketegaran berkata sederhana keras dan langsung kehulu-hatimu jang sudah mati, ja sudah! jang hidup sekarang, menjiapkan repolusi dimana masing-masing beri djanji merdeka atau mati! bagi keringat kaum buruh bagi tanah-tanah petani bagi kepertjajaan kepada harapan MANUSIA ja, sekarang kita bertanja sudahkan tanah bagi petani? sudahkan keringat bagi kaum buruh? jang sudah sedikit! jang belum banjak! menteri-menteri tetaplah turun naik jang belum, kepingin djadi menterei jang djelek, tak mau turun jang baik, masih di podium dan rakjat tetap menuntut: kabinet nasakom! dan kabir-kabir main sunglap dengan peluru, wang, dan senjum dengan tuantanah dan imperialis? seketurunan! satu medja-makan dan sama-sama minum dan pemimpin-pemimpin munafik menghamburkan budi ikut berteriak ganjang malaysia! Berdiri di atas kaki sendiri! kemak-kemik pantjasila, manipol, djarek, sukarnoisme tapi main mata dengan modal monopoli gudang ratjun komunisto-phobi buruh phobi tani phobi partai phobi imperialisme amerika? Tunggu dulu! dan sardjana-sardjana membalik-balik bukunja tapi tak mengenal aspirasi tanahairnya sendiri dan seniman memabokkan diri dengan kepuasan murah tak tahu kemelaratan dan kebangkitan rakjatnja sendiri dan politikus mentjatut teori dengan ala indonesia munafik-munafik ini mau melupakan sumbangan dunia kepada sedjarah dan perdjuangan klas sungguh, kekerdilan yang memalukan dan hina adalah mereka jang mau menutup laut dengan telapak tangannja laut daripada kebenaran perdjuangan klas o, sudahkah keringat bagi kaum buruh? sudahkah tanah bagi kaum tani? jang menggarap! jang menggarap! jang menggarap! betapa berbelit-belit plintat-plintut tapi adakah jang lebih tegas dari kebenaran? sebab dia tak dapat digeser dari relnja repolusi? abad-abad telah menjumbangkan lokomotip-lokomotip raksasa jang menderu kentjang menembus belantara kegelapan dengan perdjuangan klas dan repolusi dengan marx, engels, dan lenin dengan mau tje-tung, bung karno, dan aidit dengan diri sendiri; rakjat tertindas antara sabang dan sukarna-pura di seluruh dunia dimana sadja o, djanganlah hanja membaca hurup-hurup tapi tak menangkap hakekat dan arti o, djanganlah sungai lupa kepada laut dan kemerdekaan tinggal abu tanpa api sebab kami surabaja sudah banjak mati sebab kepahlawanan sehari-hari tidak pada jang sudah mati berkata pemimpin besar repolusi djaman ini djaman konfrontasi pemimpin tengahan bitjara lain lagi katanja: perdamaian universil dan konsepsi dan perdamaian djadilah dewi ketjantikan dan pedang kemerdekaan ditumpulkan maka konsepsipun berlahiran diatas kertas dan kertas-kertas berhamburan setjepat inflasi mereka jang bekerdja dilaparkan oleh djandji mereka jang malas berpikir tanpa batas jang tak tahu ekonomi politik mau bikin ekonomi politik maka begitu naik djadi menteri harga beras melambung tinggi maka berkatalah rakjat suatu hari bisa sekarang bisa nanti stop! mau konsepsi apa lagi? kami sudah banting kemudi ke u.u.d empatlima kami sudah bikin manipol dan nasakom land reform dan dekon ajo, konfrontasi melawan tudjuh setan-desa imperialis amerika atau sebelum roda ini melindas minggir! kami mau repolusi kami mau buku dan pedang ditangan kami mau tanah dan bedil dibidikkan kami mau palu dan meriam didentumkan kami mau pukat dan kapal-selam berkeliaran kami mau indonesia dan rakjatnya jang gesit berlawan bagi repolusinya dan bagi dunianya bagi dunia dan bagi repolusinya dan surabaja senatiasa remadja dalam bantingan usia berdjuang beladjar kerdja kutjinta surabaja dia kota kelasi kurindukan surabaja sebab trem berlari-lari kusukai surabaja betja dan taman ditepi kali kubanggakan surabaja kota berani mati kusenangi surabaja kedjantanan jang bernjanji surabaja menghadang pukulan menghantam bertubi-tubi disini tjemara bersiut meliuk semampai dan wilo merunduk merenung sungai kelasi, djika besok kelaut djangan lupa kepada pantai Keterangan: USIS adalah United States Information Service, aparatus propagandanya Amerika Serikat untuk mengedepankan kepentingan nasionalnya ke negara-negara asing. [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------------------ Bersatu Rebut Kekuasaan: Hancurkan Kapitalisme, Imperialisme, Neo-Liberalisme, Bangun Sosialisme! Situs Web: http://www.indomarxist.co.nr/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/indo-marxist/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/indo-marxist/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:indo-marxist-dig...@yahoogroups.com mailto:indo-marxist-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: indo-marxist-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/