Quoting \"P.Rahardjo\" <[EMAIL PROTECTED]>:
> >masuk ke TimTim. Tapi, kenapa TNI belum bisa
mengatasi situasinya?
> >Apakah tetangganya RI bisa diam saja tunggu-tunggu
terus?
>
> apakah kalau pihak asing masuk
> pasti bisa menjamin 2x24 jam, keadaan pasti aman ?
Jaminan itu memang nggak ada. Tapi setidaknya Indonesia
tidak harus menanggung biaya keamanan di Timtim,
Indonesia bebas dari caci-maki dunia internasional yang
memalukan seluruh orang Indonesia (kecuali jenderal-
jenderal haus darah dan kekuasaan), Indonesia kembali ke
sikap sebagai bangsa yang \'ikut melaksanakan ketertiban
dunia\', dan Indonesia semakin belajar cara hidup
berdemokrasi dalam keberadaban yang seutuhnya seperti
bunyi slogan \"pembangunan manusia seutuhnya\", serta
Indonesia tidak lagi mengorbankan prajurit2nya untuk
tugas yang tidak terhormat (seperti membunuh orang2 tak
bersenjata, menakut-nakuti anak-anak, perempuan dan
banci-banci), dan tidak lebih banyak lagi janda dan
anak-anak yang ditinggal mati oleh bapak-bapak tentara
yang ditugaskan untuk membela ambisi konyol secuil
jenderal haus darah.
> saya sedih kalau lihat TV di Oz seolah semua kesalahan
ada di RI
> padahal kata siapa tadi di Detik cak Nur, negara yang
terlibat perang
> dingin ikut dosa,
> jadi US and Oz ikut dosa juga, dulu Ford presiden US
1975, mampir dulu ke
> Jakarta, dan support RI ke TimTim, sekarang Clinton
gitu, Howard juga, cuci
> tangan,
Justru terbalik, negara2 berdosa itu justru sekarang
mati-matian mau memperbaiki kesalahan mereka. Maka kita
mestinya memberi kesempatan kepada mereka untuk
membuktikan niat mereka. Apalagi Timtim itu secara de
facto sudah bukan bagian dari Indonesia setelah 78%
rakyatnya bilang \"nggak uuk deh\" pada kita. Lho, orang
sudah nggak mau koq dipaksa sih...itu perkosaan namanya.
Nanti yang lahir anak haram lho!
> suzeeeh, suzeeeh,
Bae...bae sa!
Semmy Littik