> Enggak, saya setuju pengusutan Komisi HAM terhadap Indonesia, tapi HARUS
> ADIL, harus ada Komisi HAM untuk Australia juga terhadap kejahatannya
> kepada Suku Aborigin yang sudah 210 tahun nggantung saja ? kalau tidak
> ADIL akan banyak militia baru timbul di mana-mana.
amat:
ini saya yang goblok atau....
gini ya... kalau mahkamah internasional mengadili, yang diadili kan para
serdadu yagn masih hidup yang melakukan atrocities itu. ya, kan? mahkamah
ini kan nggak bisa mengadili amangkurat yang 'membunuh habis keluarganya
sendiri' karena pelakunya sudah kojor. ini sama juga dengan aussie: kan
yang pada nggebuki aborijin itu kan kebanyakannya sudah kojor. lha apa
mereka bisa dimahkamahkan? demikian juga yang 'menggebuki' dan 'menyikat'
indian merah di emberikan.
nah kalau ada orang menuntut kejahatan emberikan terhadap indian merah,
dan oz terhadap aborijin, siapa yang akan dijadikan subyek hukum?
juga, mbok ajaran moral 'adil' itu jangan dijual murah. kalau kita
menuntut orang berlaku 'adil', jangan-jangan kita sebenarnya sedang
'sembunyi' atau menyembunyikan sesuatu di balik jargon 'keadilan'.
> NO, selama Pers, Media Australia masih koar-koar tidak seimbang terhadap
> Indonesia, anda akan jadi tidak adil juga, masalahnya itu lho MEDIA MEDIA
> MEDIA Australia sudah tidak seimbang dan juga menyakiti hati jutaan
> manusia Indonesia yang tidak ada sangkut pautnya terhadap TimTim.
adakah media yang seimbang? jangan-jangan yang kita maksudkan dengan
'media yang seimbang' adalah media yang melayani kepentingan kita.
barangkali bukan semata-mata karena media yang tidak berimbang, melainkan
juga kecerdasan kita masing masing berbeda dalam menanggapi informasi.
orang yang 'cerdas' tidak akan percaya dengan adanya 'media yang
seimbang', tetapi juga tidak akan mengambaikan media, sekalipun mereka
tahu bahwa 'media tidak pernah "seimbang" dalam pelaporannya'.
>
> Untuk membereskan yang lain, percayakan sama MPR untuk membabat habis
> manusia-manusia serakah dan korup Indonesia. Kalau tidak mampu people
> power yang akan meledakkan mereka.
>
bagaimana bisa 'percayakan sama..... kalau tidak mampu....'? percaya kok
masih pakai kondisional semacam itu. bukankah lebih baik kalau para
pengelola kedaulatan itu terus menerus dicritique?