> > gini ya... kalau mahkamah internasional mengadili, yang diadili kan para
> > serdadu yagn masih hidup yang melakukan atrocities itu. ya, kan?
> > mahkamah ini kan nggak bisa mengadili amangkurat yang 'membunuh habis
> > keluarganya sendiri' karena pelakunya sudah kojor. ini sama juga dengan
> > aussie: kan yang pada nggebuki aborijin itu kan kebanyakannya sudah
> > kojor. lha apa mereka bisa dimahkamahkan? demikian juga yang
> > 'menggebuki' dan 'menyikat'  indian merah di emberikan.
> > 
> > nah kalau ada orang menuntut kejahatan emberikan terhadap indian merah,
> > dan oz terhadap aborijin, siapa yang akan dijadikan subyek hukum?
> > 
> > juga, mbok ajaran moral 'adil' itu jangan dijual murah. kalau kita
> > menuntut orang berlaku 'adil', jangan-jangan kita sebenarnya sedang
> > 'sembunyi' atau menyembunyikan sesuatu di balik jargon 'keadilan'.
> 
> mbok jangan ngajari, pake jangan ini, jangan itu melulu, emangnya 
> kamu mbah ku apa 

ya...wis aku ora ngajari, mengko ndhak dadi mbahmu.

> > 
> > > NO, selama Pers, Media Australia masih koar-koar tidak seimbang
> > > terhadap Indonesia, anda akan jadi tidak adil juga, masalahnya itu lho
> > > MEDIA MEDIA MEDIA Australia sudah tidak seimbang dan juga menyakiti
> > > hati jutaan manusia Indonesia yang tidak ada sangkut pautnya terhadap
> > > TimTim.
> > 
> > adakah media yang seimbang? jangan-jangan yang kita maksudkan dengan
> > 'media yang seimbang' adalah media yang melayani kepentingan kita.
> > barangkali bukan semata-mata karena media yang tidak berimbang,
> > melainkan juga kecerdasan kita masing masing berbeda dalam menanggapi
> > informasi.
> > 
> Emangnya 'kita' cerdas. Atau bung sendiri aja yang merasa cerdas

lho ya...siapa sih yang mengatakan kita cerdas? kalimat terakhir di atas 
bisa juga dibunyikan: barangkali [lho...ini barangkali lho. bangsane watu, 
krikil, uwuh] bukan semata mata media yang tidak berimbang melainkan juga 
kebodohan/kecerdasan kita masing masing berbeda dalam menanggapi 
informasi. aku nggak bilang 'kita cerdas', melainkan 'kecerdasan/kebodohan 
kita berbeda'.

kalau argumenku memang keliru, mbok ya tolong ditunjukkan kelirunya di 
mana. kalau nada bicaraku sampeyan tangkap sengak, ya....sepurane saja. 
saya akan coba lebih 'sopan'.

Kirim email ke