> KOMPAS, Minggu, 19 September 1999
> SANGAT WAJAR, PEMUTUSAN HUBUNGAN DENGAN AUSTRALIA
Semmy: Saya memperbaharui judul di atas menjadi:
SANGAT BODOH, PEMUTUSAN HUBUNGAN DENGAN AUSTRALIA.
K:
TIMTIM merupakan \"arena perjudian\" strategis
yang sangat tinggi taruhannya bagi PBB, Barat, ASEAN
serta Indonesia dan Australia. Ketegangan diplomatik
yang terjadi belakangan ini memperlihatkan semua pihak
tak mau kalah dalam perjudian ini.
Semmy:
Namun bagi TNI, TIMTIM merupakan arena pembantaian dan
pelampiasan sifat Anarki, Barbarik, Rampok dan
Ingkar(ABRI) dari TNI yang mendukung sistem Terorisme,
Neokolinialisme dan Idiokrasi. Oleh sebab itu,
syukurlah negara-negara lain mampu menghentikan tindakan
kebinatangan yang tidak patut terjadi di negara yang
menganut ideologi Pancasila dan menjunjung kemerdekaan
semua bangsa sebagai tujuan pembentukan negara RI.
K:
Ironisnya, satu-satunya yang sudah pasti kalah dalam
perjudian itu adalah rakyat Timtim sendiri.
Semmy:
Selain rakyat Timtim, seluruh rakyat Indonesia pun
merasa dihina dan dikalahkan oleh tindakan TNI tersebut.
K:
Lokasi dan wilayah sekitarnya, selat-selat di
sekitarnya, potensi minyak bumi dan uraniumnya, menjadi
ukuran betapa pentingnya nilai geo-strategis negara
Timtim yang merdeka bagi negara-negara Barat, terutama
Australia. Bagi Negara Kanguru ini, Timtim merupakan
sebuah hadiah yang tak ternilai harganya, yang diraih
berkat upaya yang keras selama bertahun-tahun.
Semmy:
Kekayaan Timtim tersebut merupakan salah satu aset bagi
negara Timtim yang merdeka. Oleh sebab itu wajar saja
jika negara-negara lain berusaha menggalang kerjasama
dengan mereka, sebaliknya TNI merasa kehilangan salah
satu arena untuk promosi kepangkatan anggota-anggotanya
dan proyek-proyek militer yang selama ini dapat
memperkaya diri para jenderal.
K:
Bagaimana dengan AS? Sejak kehilangan pangkalan
Subic dan Clark di Filipina, hegemoni AS di Asia-Pasifik
berkurang sangat drastis. Krisis di Selat Taiwan, uji
coba rudal Korut, ketegangan di Kepulauan Spratly,
membuktikan kurang mampunya AS memaksakan hegemoni
seperti dulu. Apalagi, Cina muncul sebagai raksasa
ekonomi dan militer yang memiliki potensi mengendalikan
Asia-Pasifik.
Semmy:
Dengan perkembangan seperti di atas, nampaknya negara
Timtim akan memainkan peranan yang sangat strategis di
masa depan di wilayah Asia Pasifik.
K:
Dalam rangka mengoreksi ketidakseimbangan pengaruh itu,
AS coba meningkatkan kembali hegemoninya melalui
lajur diplomasi dan militer. Prakarsa Menlu Madeleine
Albright untuk memainkan peranan sentral dalam
penyelesaian konflik Spratly melalui ASEAN dan ASEAN
Regional Forum (ARF ), kurang berhasil.
Semmy:
Oleh sebab itu, kemerdekaan Timtim merupakan
satu-satunya cara agar rakyat di wilayah itu ikut
memainkan peranan positif di Asia tenggara.
K:
Namun diplomasi militer Menhan William Cohen dan
Komando AS di Pasifik, justru lebih berhasil.
Kunjungannya mengelilingi negara-negara Asia-Pasifik
menumbuhkan kembali rasa aman di kalangan sekutu yang
membutuhkan \"payung keamanan\" AS di kawasan ini. Gagasan
Cohen mendapatkan akses militer di kawasan ini telah
mendapat jawaban positif dari sejumlah negara.
Semmy:
Negara Timtim nantinya tentu akan berusaha mendekati AS
agar AS menjamin keamanannya dari kemungkinan serangan
militer dari negeri tetangganya Indonesia.
K:
Washington memandang Indonesia sebagai negara yang
sangat ideal untuk mengakomodir kepentingan-kepentingan
strategisnya, baik pada sektor militer, maupun juga
bidang politik dan ekonomi. Maka itulah sebetulnya AS
tidak mau konfrontatif terhadap Jakarta. Apalagi, nilai
strategis Timtim tidak sepenting Pulau Biak ataupun
Kepulauan Natuna.
Semmy:
Berbeda dengan AS, TNI memandang Timtim sebagai batu
ganjalan bagi nama baiknya sebab adanya bukti-bukti
pembantaian di sana akan membuka kedok kekejaman militer
Indonesia di terhadap orang-orang yang seharusnya
dilindunginya.
K:
Namun Presiden Bill Clinton, juga Albright, sadar betul
bahwa PBB dan negara-negara Barat membutuhkan peranan
moral dan politik AS dalam pasukan PBB. Satu-satunya
sekutu \"Barat\" yang dapat diandalkan di Asia adalah
Australia. Tetapi sayang, negara ini sedang mengalami
krisis identitas karena rasnya sebagai \"kulit putih
Asia\", yang belum cukup memahami budaya politik
Indonesia.
Semmy:
Dalam hal ini para petinggi pemerintah Australia
seharusnya belajar kebudayaan wayang orang dan ilmu sapu
jagad ala Mas Said dari Surakarta. Dengan berbekal ilmu
tersebut, mereka tentu dapat memahami mengapa diplomasi
Indonesia dan tindakan TNI masih bersifat primitif.
K:
Kebetulan pula, PM John Howard merupakan cerminan dari
politikus yang sangat Barat. Pada tahun 1989, ia pernah
mengemukakan keraguan terhadap multikulturalisme dan
kebudayaan Australia. Bahkan setahun sebelumnya, ia
merasa jumlah imigran dari Asia harus dikurangi.
Semmy:
Namun demikian, ia juga menunjukkan kualitas politikus
yang rendah hati sebab secara nasional mengakui
kesalahan generasi lalu kulit putih Australia terhadap
Aborigin. Hal ini berbeda sekali dengan sikap pemimpin-
pemimpin pemerintah Indonesia yang tidak pernah merasa
malu dan berdosa terhadap tindakan korupsi, kolusi,
nepotisme dan terorisme yang menyengsarakan rakyat.
K:
Sementara Menlu Alexander Downer sering membuat malu
para diplomat Australia karena sikap dan komentar yang
kurang diplomatis.
Semmy:
Sikap Downer tersebut nampaknya belum seberapa
dibandingkan dengan tindakan TNI yang brutal sehingga
membuat malu dan sengsara diplomat-diplomat Indonesia.
K:
Itu sebabnya mengapa Howard dan Downer sering
mengucapkan pernyataan yang seperti lupa dengan peranan
sentral Indonesia -khususnya Deplu-dalam Gerakan
Non-Blok, Organisasi Konferensi Islam (OKI),
Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) dan ASEAN.
Semmy:
Peranan tersebut nampaknya makin merosot sejalan dengan
amburadulnya sistem politik dan ekonomi di Indonesia
belakangan ini.
K:
Bagi TNI yang sering menyumbang pasukan ke misi-misi
PBB; Australia dan PBB seolah menilai Indonesia sama
dengan \"preman internasional\" seperti Irak, Somalia,
Rwanda, Haiti, atau Yugoslavia.
Semmy:
TNI tersinggung jika disamakan dengan \'preman
internasional\' sebab TNI hanyalah \'teroris nasional\'.
K:
Ketua ASEAN saat ini, Menlu Thailand Surin Pitsuwan,
memahami ketidaksukaan Indonesia. Dan keterlibatan ASEAN
pada pasukan PBB akan menjadi momentum yang baik untuk
membuktikan kepada dunia bahwa negara-negara Asia
Tenggara dapat menyelesaikan masalahnya sendiri.
Semmy:
Pernyataan Surin tersebut nampaknya dikeluarkan sebagai
basa-basi negara tetangga, walaupun sebenarnya negara-
negara ASEAN sangat ngeri melihat kelakuan TNI di
Timtim.
BERSAMBUNG........