--------------065EDEB01A2D8D434D1A3C23
Content-Type: text/plain; charset=us-ascii
Content-Transfer-Encoding: 7bit

> Quoting Djoko Luknanto <[EMAIL PROTECTED]>:
>
> >Ini akan menyebabkan semakin menyatu dan besarnya >dukungan rakyat
> terhadap TNI, yang sebelumnya dipandang >tidak mampu dan tidak mau
> mengatasi masalah Timtim.

Bung Djoko, saya tidak sependapat dengan anda. Keputusan masuknya
tentara multinasional merupakan tamparan terhormat bagi TNI oleh
pemerintahan Habibie. Dengan kata lain, "Kalau mama-papa nggak bisa
ngasih tau kamu, gimana kalo tetangga aja yang ngasih tau kamu supaya
behave ?". Saya sangat menyangsikan dukungan rakyat kepada TNI, terbukti
demo-demo yang saya saksikan setiap hari di Jakarta yang tidak sedikit
pun yang mendukung perlawanan TNI melawan pasukan multinasional. Zero !
Yel-yel mahasiswa di setiap demo selalu mengejek dan melecehkan TNI.
Terus terang kalau saya sebagai anak orang TNI, saya malu berat dan
terhina menyaksikan hujatan terhadap profesi orang tua saya itu. Ini
sebagian terbukti dengan 'tenggelamnya' atau 'menyingkirnya' sebagain
teman saya yang babe-babenya perwira.

Pernyataan anda kok berbau romantisme nasionalisme usang yang sudah
banyak berubah. Rakyat sudah semakin cerdas, bung.

(Ah, mungkin karena kebetulan saja saya tinggal di Jakarta, jadi lebih
realistis dalam menilai gejala sosial).

> > Jika sebaliknya yang terjadi, maka langkah Australia >ke Timtim akan
> dituduh oleh pemerintah dan rakyat >Indonesia sebagai langkah awal
> untuk mendisintegrasikan >bangsa Indonesia.

Sangat tidak correct. Disintegrasi itu sendiri datang dari kita sendiri
dengan sikap permisif, toleransi dan konpensasi-konpensasi terhadap
penyelewengan dan pelanggaran-pelanggaran HAM.
Kita perlu cermin yang lebih besar untuk menilai baik-buruk bangsa
sendiri.
Bukankah bangsa yang besar adalah bangsa yang berani mengkritik dan
mentertawakan kebodohannya sendiri ?

Jangan sampai kita dianggap, "Buruk rupa, cermin dibelah", atau "Tak
pandai menari, lantai disalahkan".

Wass.
semar

--------------065EDEB01A2D8D434D1A3C23
Content-Type: text/html; charset=us-ascii
Content-Transfer-Encoding: 7bit

<!doctype html public "-//w3c//dtd html 4.0 transitional//en">
<html>

<blockquote TYPE=CITE>Quoting Djoko Luknanto &lt;[EMAIL PROTECTED]>:
<p>>Ini akan menyebabkan semakin menyatu dan besarnya >dukungan rakyat
terhadap TNI, yang sebelumnya dipandang >tidak mampu dan tidak mau mengatasi
masalah Timtim.</blockquote>
Bung Djoko, saya tidak sependapat dengan anda. Keputusan masuknya tentara
multinasional merupakan tamparan terhormat bagi TNI oleh pemerintahan Habibie.
Dengan kata lain, <i>"Kalau mama-papa nggak bisa ngasih tau kamu, gimana
kalo tetangga aja yang ngasih tau kamu supaya behave ?"</i>. Saya sangat
menyangsikan dukungan rakyat kepada TNI, terbukti demo-demo yang saya saksikan
setiap hari di Jakarta yang tidak sedikit pun yang mendukung perlawanan
TNI melawan pasukan multinasional. Zero ! Yel-yel mahasiswa di setiap demo
selalu mengejek dan melecehkan TNI. Terus terang kalau saya sebagai anak
orang TNI, saya malu berat dan terhina menyaksikan hujatan terhadap profesi
orang tua saya itu. Ini sebagian terbukti dengan 'tenggelamnya' atau 'menyingkirnya'
sebagain teman saya yang babe-babenya perwira.
<p>Pernyataan anda kok berbau romantisme nasionalisme usang yang sudah
banyak berubah. Rakyat sudah semakin cerdas, bung.
<p>(Ah, mungkin karena kebetulan saja saya tinggal di Jakarta, jadi lebih
realistis dalam menilai gejala sosial).
<blockquote TYPE=CITE>> Jika sebaliknya yang terjadi, maka langkah Australia
>ke Timtim akan dituduh oleh pemerintah dan rakyat >Indonesia sebagai langkah
awal untuk mendisintegrasikan >bangsa Indonesia.</blockquote>
Sangat tidak <i>correct</i>. Disintegrasi itu sendiri datang dari kita
sendiri dengan sikap permisif, toleransi dan konpensasi-konpensasi terhadap
penyelewengan dan pelanggaran-pelanggaran HAM.
<br>Kita perlu cermin yang lebih besar untuk menilai baik-buruk bangsa
sendiri.
<br>Bukankah bangsa yang besar adalah bangsa yang berani mengkritik dan
mentertawakan kebodohannya sendiri ?
<p>Jangan sampai kita dianggap, "<i>Buruk rupa, cermin dibelah</i>", atau
"<i>Tak pandai menari, lantai disalahkan</i>".
<p>Wass.
<br>semar</html>

--------------065EDEB01A2D8D434D1A3C23--

Kirim email ke