--------------DF8601F0C8EDB508D00B63E4
Content-Type: text/plain; charset=us-ascii
Content-Transfer-Encoding: 7bit

Terlibatnya emosi di dalam meng-counter attack masing-masing peserta
diskusi ini sebenarnya menunjukkan betapa kerdilnya mental kita, tidak
gentle-nya kita dan bodohnya kita.

Jelas bagi saya bahwa ternyata kita belum siap untuk berdemokrasi dan
berbeda pendapat, sekalipun oleh anda-anda yang - katanya - pernah
tinggal dan sekolah tinggi 'kali di negara yang berkebudayaan barat.

Contohnya, ya yang di bawah ini  >:-p

> > Satrio:
> > Pak Semmy Yth.
> > Saya sebetulnya cuma mau memberi saran, supaya Bpk. berhati-hati
> dalam membuat statement, sehingga tidak muncul retorika yang sulit
> diterima akal sehat dan tidak bisa dipertanggungjawabkan secara
> ilmiah.
> >
> > Contohnya adalah pernyataan ini: TIDAK PERNAH MAMPU
> >membeli produk impor.
>
> Semmy:
> Mas Satrio yang baik,
> karena diskusinya dimulai dengan kata \"petani\", maka
> yang ada dibenak saya adalah produk-produk pertanian.
> Makanya saya bilang di Indonesia saya tidak membeli
> produk2 impor (maskudnya, produk pertanian sesuai dengan
> konteks diskusi).  Jadi, nampaknya ada \'kesenjangan
> konstekstual\' dalam diskusi ini, bukan masalah ilmiah
> atau tidak ilmiah.  Sorry for the incovenience and
> thanks anyway for the suggestion.  It\'s good for me.
>
> > NB: Saya bukan orang kaya, tapi juga tidak sok miskin.
> >Apa adanya saja.
>
> Semmy:
> Sama juga, saya selalu mensyukuri apa yang Tuhan berikan
> pada saya dan keluarga, makanya biar uang saya sedikit
> (dari sudut pandang ekonomi) tapi saya tidak pernah
> merasa miskin (dari sudut pandang spiritual).
> --------------------------------------------

--------------DF8601F0C8EDB508D00B63E4
Content-Type: text/html; charset=us-ascii
Content-Transfer-Encoding: 7bit

<!doctype html public "-//w3c//dtd html 4.0 transitional//en">
<html>
Terlibatnya emosi di dalam meng-<i>counter attack </i>masing-masing peserta
diskusi ini sebenarnya menunjukkan betapa kerdilnya mental kita, tidak
<i>gentle</i>-nya
kita dan bodohnya kita.
<p>Jelas bagi saya bahwa ternyata kita belum siap untuk berdemokrasi dan
berbeda pendapat, sekalipun oleh anda-anda yang - katanya - pernah tinggal
dan sekolah tinggi 'kali di negara yang berkebudayaan barat.
<p>Contohnya, ya yang di bawah ini&nbsp; >:-p
<blockquote TYPE=CITE>> Satrio:
<br>> Pak Semmy Yth.
<br>> Saya sebetulnya cuma mau memberi saran, supaya Bpk. berhati-hati
dalam membuat statement, sehingga tidak muncul retorika yang sulit diterima
akal sehat dan tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
<br>>
<br>> Contohnya adalah pernyataan ini: TIDAK PERNAH MAMPU
<br>>membeli produk impor.
<p>Semmy:
<br>Mas Satrio yang baik,
<br>karena diskusinya dimulai dengan kata \"petani\", maka
<br>yang ada dibenak saya adalah produk-produk pertanian.
<br>Makanya saya bilang di Indonesia saya tidak membeli
<br>produk2 impor (maskudnya, produk pertanian sesuai dengan
<br>konteks diskusi).&nbsp; Jadi, nampaknya ada \'kesenjangan
<br>konstekstual\' dalam diskusi ini, bukan masalah ilmiah
<br>atau tidak ilmiah.&nbsp; Sorry for the incovenience and
<br>thanks anyway for the suggestion.&nbsp; It\'s good for me.
<p>> NB: Saya bukan orang kaya, tapi juga tidak sok miskin.
<br>>Apa adanya saja.
<p>Semmy:
<br>Sama juga, saya selalu mensyukuri apa yang Tuhan berikan
<br>pada saya dan keluarga, makanya biar uang saya sedikit
<br>(dari sudut pandang ekonomi) tapi saya tidak pernah
<br>merasa miskin (dari sudut pandang spiritual).
<br>--------------------------------------------</blockquote>
</html>

--------------DF8601F0C8EDB508D00B63E4--

Kirim email ke