.       KOMPAS, Kamis, 23 September 1999

        TIMTIM KEKURANGAN PANGAN

        Darwin, Rabu

        Pengiriman bantuan pangan ke Timor Timur (Timtim), Rabu (22/9),
        kembali dilakukan selagi delegasi para pejabat kemanusiaan senior
        terbang ke Dili untuk menilai situasi di daerah itu. Akan tetapi,
        para pejabat itu sangat frustrasi karena lambatnya tanggapan
        untuk membantu ribuan pengungsi yang kelaparan.

        Ribuan pengungsi melarikan diri dari kekerasan milisi kembali ke
        Dili. Akan tetapi, mereka mendapati sebuah kota yang hancur tanpa
        air minum, listrik, maupun makanan.

        Empat penerbangan dari Darwin hari Rabu menjatuhkan bantuan
        pangan yang sangat diperlukan rakyat Timtim.
        Organisasi-organisasi bantuan mengakui, pembagian bantuan pangan
        lewat udara tidak cukup untuk memberi makan ratusan ribu orang
        yang melarikan diri dari pertumpahan darah, kekerasan dan
        penjarahan yang telah melanda wilayah itu.

        "Tak pelak lagi, semakin cepat kita masuk semakin banyak jiwa
        yang akan kita selamatkan," kata juru bicara Program Pangan PBB
        (WFP) Abbey Spring pada Reuters.

        Dia mengatakan, "akses dan keamanan" merupakan masalah utama yang
        menghalangi badan-badan bantuan mendirikan markas di Dili dan
        kemudian menggunakan truk dan helikopter untuk membagikan bantuan
        dengan lebih efisien.

        Pemimpin Timtim Xanana Gusmao meluncurkan "Proyek Kapal Belas
        Kasih" di Darwin hari Rabu malam yang akan mengirim sebuah kapal
        yang membawa 80 ton bantuan ke Timtim begitu pelabuhan di Dili
        aman.

        KRITIK MSF

        Sementara itu, organisasi bantuan internasional Medecins Sans
        Frontieres (MSF-Dokter Tanpa Perbatasan) hari Rabu mengritik
        "Operation Stabilise" di Timtim karena tidak mengizinkan lebih
        banyak bantuan kemanusiaan masuk.

        MSF mengatakan sulit dimengerti mengapa pihak militer dan PBB
        telah menggunakan pesawat untuk mengangkut media dari Darwin ke
        Dili, dan bukannya lebih banyak pangan dan obat-obatan.

        "Saya tak bisa mengerti mengapa mereka tidak mengizinkan kami
        pergi ke Dili dan menolong rakyat. Kami bisa beroperasi dalam
        hitungan jam. Tiap hari berarti dalam penyelamatan jiwa," kata
        koordinator medis Susanne Christofani.

        "Sebagai seorang tenaga medis sulit untuk mengerti bahwa sejak
        tiga hari ini, puluhan wartawan telah diangkut oleh pesawat PBB
        dan militer, dan kami harus duduk menunggu di sini," katanya.

        Angkatan Bersenjata Australia mengatakan hari Rabu bahwa mereka
        tidak akan mengangkut wartawan lagi ke Timtim, karena makanan dan
        sumber daya lain di sana terlalu terbatas.

        Jubir Unamet David Wimhurst mengatakan, para komandan pasukan
        menyadari kebutuhan kemanusiaan, namun yang pertama harus
        dilakukan adalah mengamankan Dili. Gerakan militer utama selama
        beberapa hari ini berarti tidak ada izin bagi penerbangan bantuan
        untuk mendarat di ibu kota Timtim, katanya. (Reuters/AFP/di)

Kirim email ke