You may have a point there wahyu
both groups need to get together and start having some talks. i think the
psychological problem for the Aussies is more the fact that since before
they came the anti independance gerilyawan have been threatening to kill
them. Not a very friendly atmposphere
don't you think?
Ben
>From: Wahyu Nirbito <[EMAIL PROTECTED]>
>Reply-To: [EMAIL PROTECTED]
>To: Multiple recipients of list <[EMAIL PROTECTED]>
>Subject: Re: tekstual - fairness
>Date: Fri, 15 Oct 1999 13:20:35 +1100 (EST)
>
>Pasukan Australia masuk TIMTIM lebih pantas disebut sebagai Bounty Hunter
>(kalau sebutan mercenaries terlalu kasar). Masuk dengan gaya
>belligerent-nya yang mau mengejar dan menghabisi milisi pro integrasi.
>Jelas Falintil menolak menyerahkan senjata tidak bisa dijawab. Ada
>positioning soalnya disitu.
>Kemarin di Parlemen saat Xanana datang, masalah reward-nya untuk Bounty
>hunter sudah mulai disinggung yaitu soal Timor Gap treaty. Kemudian Downer
>juga sudah mulai akan mencari dana dana bantuan dari luar untuk membangun
>TIMTIM, perusahaan kontraktor konstruksi mulai sorak dan ngitung ngitung
>dapet proyek disaat resesi ekonomi begini. Hebat enterpreneurship-nya.
>Ingat tidak waktu perang teluk, perangnya belum selesai di US
>kontraktor kontraktor sudah ramai bagi bagi kapling proyek rehabilitasi
>(satu contoh yang bagus).
>
>Padahal sebagai Peace Keeping Force, mereka harusnya datang
>untuk mengumpulkan kedua belah pihak dan mengusahakan perdamaian diantara
>keduanya, kalau perlu "force them to make peace"....tapi dengan adil yaitu
>keduanya harus dilucuti senjatanya.
>Kegagalan TNI pasca referendum bisa dipahami karena jelas ada
>keberpihakan, paling tidak keberpihakan secara psikologis karena
>mereka teman seperjuangan memerangi Falintil/Fretilin selama 23 tahun.
>Tetapi kalau INTERFET bersikap seperti sekarang ini, patut dong
>dipertanyakan kenetralannya. Apakah Cosgrove juga punya masalah psikologis
>dengan Falintil/Fretilin ? Jangan jangan iyaa dengan adanya si "Bomb
>maker" dari Sydney yang ikut gerilya.
>Tetangga saya bilang :" Ini mah cuman gantian peran doang"
>Kita lihat, apakah Australia akan terus memerangi gerilya Aitarak dll
>untuk 20 tahun mendatang....seperti TNI kita memerangi Falintil/Fretilin.
>
>wahyu
>
>On Fri, 15 Oct 1999, P.Rahardjo wrote:
>
> >
> > Peter Cosgrove Akhirnya 'Mengalah'
> > ..del....
> > Pada saat yang sama pasukan Australia dari Batalion ke-3 Alpha
> > Company yang berbasis di Sydney dilaporkan telah tiba di kota
> > Bobonaro di wilayah tengah Timtim, Rabu kemarin. Di daerah
> > yang dikuasai Falintil ini, pasukan Australia meminta bantuan
> > Falintil untuk memberikan petunjuk mengenai situasi keamanan di
> > Bobonaro.
> > ...del.....
> > http://www.republika.co.id/9910/15/27689.htm
> >
> > Kawan-2 yth.
> >
> > Barangkali saya bodoh kalau saya bertanya ini,
> > atau saya terlalu 'tekstual' dalam mengartikan sebuah kata 'fairness'
> >
> > kalau pasukan Australia bisa bermesraan dengan Falintil
> > kenapa TNI tidak boleh bermesraan dengan Kelompok Pejuang Tim Tim (baca:
> > milisi).
> >
> > siapa pemilik 'dunia' ini ?
> >
> > masih teringat kata mas Amin Rais:
> > "Jangan lagi ajari kami apa arti demokrasi, sir"
> >
> > Wassalam
> > pudjo
> >
> >
> >
>
>============================================================================
>============================================================================
>
>
______________________________________________________
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com