Teman-teman Indoz-net semua,


Saya kadang-kadang bingung  dalam menanggapi tulisan
Bung Nasrullah Idris, karena saya tidak dapat menangkap 
dengan jelas maksud dikirim  beritanya ke Indoz-net.

Walaupun demikian kenyataannya, saya berusaha  menang-
gapi kiriman berita dari Bung Nasrullah Idris dibawah ini:
--------------------------------------------------------------------------------
Date sent:              Thu, 28 Oct 1999 11:56:17 +1100 (EST)
From:                   "Nasrullah Idris" <[EMAIL PROTECTED]>
Subject:                Penilaian Sebenarnya terhadap Kepemimpinan BJ Habibie

Nasrullah Idris:
> Penilaian sebenarnya terhadap kepemimpinan BJ Habibie 
> justru akan terjadi setelah beliau meninggal dunia.

Yusuf L. Henuk:
  Berarti penolakan PPJ BJH oleh anggota-anggota  MPR  
  bukan   merupakan  'penilaian sebenarnya' ketika beliau 
  BELUM meninggal dunia. MOHON TANGGAPAN BALIK 
  DARI BUNG NASRULLAH IDRIS.
 
  Jelasnya,   penilaian sebenarnya terhadap seseorang yang
  telah meninggal dunia merupakan tugas Yang Maha Kuasa.
 
Nasrullah Idris:
> Pada  saat itu penilaian akan sungguh objektif. Tidak lagi
> dilatarbelakangi oleh sentimen, politis, agama, atau etnis.

Yusuf L. Henuk:
  Pada saat itu penilaian Yang Maha Kuasa akan sungguh
  SANGAT objektif.

Nasrullah Idris:
> Dengan   objektif  pula, mereka akan membandingkannya dengan
> para   pemimpin nasional  lainnya. Misalkan dari aspek perintisan 
> demokrasi sampai penegakkan HAM di Indonesia.Dengan objektif 
> pula, mereka akan mengukur, apakah ia termasuk  Orde Baru atau 
> Orde Reformasi?

Yusuf L. Henuk:
  Bagaimana pendapat Bung Nasrullah Idris dengan penilaian yang
  CUKUP objektif dibawah ini yang di-PENGGAL [1 & 2] dari suatu  
  tulisan   panjang,  khusus menyangkut B.J.Habibie yang BELUM  
  meninggal dunia.   MOHON     SEKALI   LAGI   TANGGAPAN      
  BALIKNYA DARI BUNG NASRULLAH IDRIS.
 -----------------------------------------------------------------
[EMAIL PROTECTED]
Wed, 27 Oct 1999 16:40:00 -0600 (MDT) 
   
SUARA PEMBARUAN DAILY
_________________________________________________________________

Analisis Christianto Wibisono Dari AS

Poros Jakarta-Beijing 2000

PENGGALAN [1]:
Saya ingin menggarisbawahi, banyak analisis saya yang memang 
cuma wishful thinking, terlalu normatif untuk Indonesia. Tapi sudah
berulang  kali sebetulnya  saya mengimbau  agar Pak Habibie rela 
jadi Gorbachev, dan itu kemudian toh terpaksa diambilnya  dengan 
mundur pada detik terakhir. Imbauan saya menjadi kenyataan, tapi 
setelah  Indonesia nyaris menjadi seperti  Lebanon dengan perang 
SARA di Jakarta.

PENGGALAN [2]:

Saya ucapkan selamat kepada dwitunggal baru Gus Dur-Megawati, 
walaupun sempat melalui ''Semalam di Lebanon'' pada Rabu malam 
20 Oktober. Saya ucapkan selamat kepada Pak Habibie yang men-
jadi   Mikhail   Gorbachev  dan Jimmy Carter Indonesia. Anda akan 
masuk sejarah sebagai kombinasi dua figur itu, walaupun seandainya 
tidak ada kasus Bank Bali, dan Anda konsisten memotong Naziisme 
Soeharto, Anda akan jadi setara dengan Adenauer dan de Gaulle 
yang melawan Nazi Hitler.

Sayang komitmen Anda dengan Soeharto selama 25 tahun tidak
memungkinkan Anda menjadi Brutus terhadap Soeharto. Secara 
pribadi itu barangkali juga suatu terobosan moral yang baik, karena 
dengan demikian elite Indonesia mulai sekarang hendaknya kapok 
dan jangan merekayasa diri sendiri menjadi Soeharto kedua. Sebab 
dampaknya adalah pembodohan elite, pengkloningan Brutus, Ken 
Arok dan Machiavelli dalam diri elite Indonesia, yang setiap waktu 
memerlukan demo berdarah untuk mengganti presiden yang bercokol.

SINGKATNYA, "Penilaian Sebenarnya terhadap Kepemimpinan BJ 
  Habibie"  JUSTRU  TELAH   DILAKUKAN  DENGAN   SEBENAR-
  BENARNYA OLEH  ANGGOTA-ANGGOTA   MPR   KETIKA B.J. 
  HABIBIE BELUM MENINGGAL DUNIA.


Salam bersama,


Nasrullah Idris & Yusuf L. Henuk

Kirim email ke