Makanya, pernyataan seperti di bawah ini harus disosialisasikan kepada
pelukis. Karena kenyataannya banyak pelukis itu merasa "di bawah angin"
ketimbang pengusaha. Tanya aja secara langsung kepada mereka.
Malah saya mau mengatakan bahwa "penganyam tikar yang luwes itu lebih
moderen ketimbang montir radio yang kaku".


Salam,

Nasrullah Idris


-----Original Message-----
From: david goldsworthy <[EMAIL PROTECTED]>
To: Multiple recipients of list <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Thursday, December 30, 1999 06:01
Subject: Re: Pengusaha Sukses dan Orang Pintar


Saya agak setuju dengan ucapan macam ini, tapi
bukannya karena soal duit. Saya bertanya - pendidikan
itu apa sebetulnya? Apakah kita bisa dianggap paling
terdidik kalau kita sudah punya gelar PhD? Atau,
bisakah kita dianggap terdidik kalau berhasil dapat
gaji besar? Menurut saya tidak. Saya cenderung lebih
menghormati seorang pelukis yang gajinya pas-pasan
daripada seorang PhD ataupun seorang pengusaha sukses
yang gajinya gedhe. Soalnya, menurut saya, orang yang
bisa dianggap terdidik adalah orang yang telah sangat
meneliti dunia ini seluasnya. Kalau kita membandingkan
seorang pelukis sama seorang bisinis sama seorang PhD,
kita 'kan lihat bahwa biasanya yang paling teliti pada
hidup/dunia ini adalah seorang pelukis. Yang bisnis
hanya teliti pada dunia keuangan/pasaran. Yang PhD
hanya teliti pada bidangnya sendiri. Jadi, sukses itu
tidak tergantung pada bisa atau "nggak bisa cari duit"
tapi puasnya kita terhadap penelitian kita pada
dunia/hidup ini. Makanya sering ada orang yang
kaya-raya, atau banyak gelar, tapi dalam hatinya tidak
pernah puas.

Salam,

David G.


Kirim email ke