Banyak orang mengatakan bahwa untuk memecahkan masalah pendidikan di Indonesia adalah dengan "meningkatkan biaya pendidikan" sampai "mengubah kurikulum pendidikan" Itu sama juga dengan menimbulkan masalah. Karena kalau patokan pada itu saja tetap saja nantinya tidak akan memecahkan masalah. Duduk pemecahan utamanya justru bukan di sana. Tetapi bagaimana memobilisasi pendidikan sebagai sumber pemecahan masalah. Karena latar belakang hakiki sampai adanya pendidikan itu memang demikian. Bagaimana pun tingginya biaya pendidikan dan bagaimana pun bagusnya kurikulum pendidikan tetap tidak akan berarti kalau lembaga pendidikan masih dipandang sebagai pabrik alumnus di mana "pendidik" dan "terdidik" masing-masing sebagai "mesin produksi" dan "hasil produksi". Dengan kata lain, lembaga pendidikan hanya dipandang sebagai tempat berbagai ritualitas. Sementara para pengajar/para pelajar lebih asyik dengan segala macam prosedur ketimbang eksistensi misinya. Maka tidak heranlah bila tradisi komunikasi tentang pendidikan lebih banyak berbicara "Loe itu Sekolah Di Mana?" ketimbang "Loe dapat ilmu apa saja?" Salam, Nasrullah Idris