Wa'alaikumussalam wr. wb.

Kalo Pak Marconi menilai tulisan saya meledak-ledak karena emosi, ndak benar
itu pak. Kalo ada siapa saja menganganggap 'salah, 'keliru orang Islam terdahulu
saya hanya beritahu, ingatkan sesuai yang saya tahu, tapi kalo tidak menerima
ya tidak apa-apa. Lagian kenapa saya harus menanggapi dengan meledak-ledak pak,
inikan hanya duskusi, bapak bagi saya adalah ghaib, begitu juga sebaliknya.
Bukankah lebih baik mencari teman, sodara, daripada mencari seteru, musuh 
(emosi).
Seperti yang mungkin bapak baca pada sirah nabawiyah, disana disebutkan bahwa
para sahabat itu rela berkorban segalanya, dan jaman awal Islam juga banyak 
ilmu pengetehuan di temukan seperti misalnya(mereka) Ibnu Rusyd, Ibnu Sina, 
dll.yang saya
kira bapak sudah mengetahuinya.

-----Original Message-----
From: A. Marconi [mailto:[EMAIL PROTECTED]

>Assalammu'alaikum wr wb,
>Pak Agus Safudi,
>Membaca komentar-komentar bapak yang tertera dalam kiriman mail kepada saya 
>atas pendapat saya yang berusaha memenuhi permintaan bapak untuk 
>menjelasakan alasan-alasan saya dalam mengajukan pendapat pada tayangan 
>pendapat saya di mail isnet, saya menjadi heran memperhatikan emosi bapak 
>yang meledak-ledak.

Saya mohon maaf kalo terkesan seperti itu pak.

>Maksud saya dalam menjelaskan pendapat bukan hendak melukai perasaan manusia 
>Muslim, sebaliknya hendak mengajak menengok sejarah pemahaman ummat Islam 
>atas al-Quran dan sunnah rasulullah. Oleh sebab itu maka saya juga tidak 
>memasang nama-nama para pelaku sejarah (sebagaimana bapak minta) selain 
>rasulullah Muhammad saw. Realitas kehidupan masyarakat Muslim semenjak 
>wafatnya rasulullah Muhammad saw membuka mata dunia (bukan hanya kaum 
>Muslimin) bahwa di dalam masyarakat Muslim telah terjadi penyimpangan AJARAN 
>al-Quran dan KETELADANAN rasulullah Muhammad saw. 

Untuk masalah ini kayaknya saya kurang setuju dengan pendapat bapak, kata nabi
setiap 100 tahun akan ada MUJADID, orang yang akan mempertahankan kemurnian 
Islam.

>Sehingga ummat Muslimin 
>sebagai UMMAT TERBAIK YANG PERNAH DICIPTAKAN ALLAH SWT pada zaman rasulullah 
>Muhammad saw kini menjadi ummat embel-embel di dalam masyarakat manusia di 
>dunia, serba keterbelakang dan miskin secara masif. Di dalam usaha ini, 
>sebagaimana yang sudah saya terapkan dalam berbagai kesempatan, saya 
>mendasarkan diri kepada tuntunan al-Quranu al-Kariim agar menggunakan 
>panca-indera secara sadar, akal sehat dan hati yang bersih.

Penjelasan mengenai kenapa 'kini menjadi ummat embel-embel di dalam masyarakat 
manusia di dunia', rasanya memang mnemerlukan kajian yang agak panjang pak, 
selain
melihat pada aspek historis, dan kultural, juga harus dikaji pada nash-nash 
al-Qur'an
yang khususnya menyangkut Sunnatulloh, juga perkataan nabi SAW tentang umat ini.

Kalo saya mendasarkannya pada al-Quranu al-Kariim juga dengan sunnah nabi yang
sahih, dimana dalam memahaminya saya menggunakan panca-indera secara sadar, 
akal sehat dan hati yang bersih.

>Kata al-Dinu al-Islam yang secara lughah sering diungkapkan oleh al-Quran 
>sebagai ASH-SHIROT AL-MUSTAQIIM memang tidak bisa diterjemahkan dengan kata 
>AGAMA yang tidak memiliki arti sebagai ash-shirot al-mustaqiim. Menurut 
>seorang DR politik lulusan McGill Univ dan murid DR Fazlur Rahman yang kini 
>menjadi Rektor Universitas Para Madina, sdr Nurcholis Madjid, kata AGAMA 
>adalah kata dari Bahasa Sansekerta (Sanskrit) GAMA=kekisruhan, khaos dan 
>prefix-A=tidak, sehingga kata AGAMA=TIDAK KISRUH, KEBERATURAN. Dalam bahasa 
>Arab kata aturan, teratur, keberaturan, peraturan adalah rotaba, nadhom, 
>tartiibun, tandhiim, munadhom. Kata RELIGION berasal dari kata dalam bahasa 
>Yunani RELIGARE, RELATUS (-A, -UM) yang pengertiannya adalah "mengikat 
>hubungan, hubungan sederajat". Oleh sebab itu maka pengakuan dan pemujaan 
>serta penyembahan dewa-dewa Yunani oleh bangsa Yunani adalah suatu bentuk 
>HUBUNGAN yang digagas oleh para PENDETA KUIL (temple) yang sesuai dengan 
>IMAJINASI, FANTASI, GAMBARAN manusia dalam wujud patung-patung marmar dalam 
>bentuk manusia yang mendapat tambahan macam-macam (tidak persis sama dengan 
>manusia tetapi memiliki IMAGO MANUSIA)

Yang pak Marconi sampaikan itu BETUL, bahwa kata AGAMA itu adalah buatan 
manusia,
kemudian didalam Islam (khususnya Indonesia) kata Diin itu diterjemahkan
menjadi agama, memang kurang jelas asal-usulnya.
Sebetulnya kata DIIN itu kan asalnya DAANA ;YADINU ;DIINAN.
Artinya (Diinan) itu adalah ATURAN, SISTEM. Jadi kalo Dinul Islam, ya berarti
SISTEM HIDUP, TATA ATURAN (lengkap, konprehensif), termasuk juga hal-hal kecil
itu harus dilaksanakan, misalnya mau buang air kecil baca do'a, setelahnya harus
dibasuh, ini hal kecil tapi hal-hal kecil ini saling berkaitan atau mempengaruhi
hal yang besar bila hal kecil itu tidak dilaksanakan.
Bang Imad (DR. Imaddudin) pernah berkata, beliau lebih suka mengartikan DIIN 
diumpamakan
sebagai sebuah MOBIL. Artinya pada mobil tsb ada bagian-bagian besar, ada juga 
bagian
bagian kecil. Contohnya PENTIL, ini adalah bagian kecil pada mobil, tapi bila
pentil ini rusak dan seluruh dunia tida ada yang membuat pentil maka mobil 
tersebut
tidak akan bisa jalan.
Itulah kenapa dalam Islam perintahnya MASUKLAH KE ISLAM SECARA KAFFAH 
(menyeluruh).
Untuk merubah sesuatu yang sudah meresap menjadi keyakinan itu tidak mudah,
tapi tidak mudah itu memang bukan berarti tidak bisa, aplaagi dalam kondisi
sistem keTATA NEGARAan seperti sekarang, dimana kata Diin sudah biasa 
diterjemahkan
agama.
Dalam kelompok-kelompok kecil (harokah, pergerakan Islam, dll) memang lebih 
disukai
menyebutkan sesuai tekstual nash, DIIN saja, atau DINUL ISLAM, karena mereka 
sudah
paham bahwa pengertian DIIN tidak sama dengan AGAMA.

Adapun, maksud tulisan saya adalah apakah tidak sebaiknya bapak melakukan 
perubahan
itu pada hakekatnya, sejatinya bahwa DINUL ISLAM itu apa, dari pada dengan
memulai perubahan, merubah kata AGAMA tsb, sehingga mungkin tidak akan 
menimbulkan
sesuatu yang membingungkan masyarakat awam (seperti saya), tapi kalo bapak mau 
merubah 
dengan memulai dari penjelasan bahwa ISLAM itu bukan AGAMA, tapi ISLAM adalah 
SISTEM
HIDUP yang menyeluruh ya silahkan, saya do'a kan semoga Alloh SWT memudahkannya.

>Dari keterangan saya ini yang saya dasarkan dari informasi sejarah budaya 
>bangsa-bangsa di dunia dan pemikiran para ahli pikir, maka tampak jelas 
>PERBEDAAN dan KEHUSUSAN dari al-Dinu al-Islam dengan pengertian secara 
>bahasa kata AGAMA dan RELIGION. Jadi al-Quran adalah BENAR apabila 
>menyatakan bahwa al-Dinu al-Islam adalah ash-shirot al-mustaqiim dan 
>karenanya Allah swt menyatakan klaimnya: INNADIINA 'INDALLOHI AL-ISLAM. 
>Sedangkan AGAMA dan RELIGION tidak diakui oleh Allah swt sebab keduanya 
>adalah hasil GAGASAN MANUSIA. 

Betul pak, sahih.

>Dari itu maka KONSEP atau KAIDAH tentang TUHAN 
>antara agama, religion dan al-Dinu al-Islam saling berlawanan: polytheistik 
>dan monotheistik konsekwen.

Diin nya para nabi sih memang satu, sehingga Tuhannya juga satu, tapi sebagi
contoh adalah Kristen, karena Kristen yang sekarang sudah bias, tidak sesuai
lagi dengan yang dibawa nabi Isa A.S., sehingga hal ini terjadi seperti yang 
bapak sebut.

>Atas dasar perbedaan pengertian demikian maka di kalangan kaum Muslimin juga 
>terdapat berbagai konsep ketuhanan, sekalipun semuanya menyebutnya sebagai 
>Allah swt. Dan sering diketengahkan apa yang disebut sebagai hadits qudsi 
>"barang siapa mengenal dirinya akan dapat mengenal tuhannya", ataupun yang 
>menyatakan "Aku sesuai dengan anggapan setiap hamba-KU". Kedua macam hadits 
>qudsi yang sering kita dengar berasal dari rasul disampaikan melalui para 
>sahabat, katanya, apabila kita referensikan kepada ayat-ayat al-Quran dan 
>al-Kaun yang menjelaskan tentang ALLAH SWT maka akan JELAS terlihat 
>pertentangannya, 

Itulah kenapa dalam hadits ada HADITS DHOIF, artinya hadits tersebut diragukan
berasal dari nabi SAW, atau bahkan dipastikan itu bukan dari nabi.
Kalo haditsnya sahih maka tidak akan bertentangan dengan Al-Qur'an.

>sedangkan al-Quran dan al-Kaun adalah CIPTAAN ALLAH SWT 
>YANG AHAD.

Kalo keyakinan saya sih, Al-Qur'an itu KALAMULLOH, bukan CIPTAAN ALLOH SWT.
Apakah menurut Pak Marconi PERKATAAN = PERBUATAN?.

>Demikian sementara penjelasan dari saya, semoga bahasa yang saya gunakan 
>tidak akan membangkitkan emosi bapak Agus Safudi yang saya hormati.

Sama sekali tidak Pak Marconi, saya pun menghormati bapak sebagai seorang 
peneliti yang islami.
Semoga usaha-usaha yang bapak lakukan mendapat ridho dari-Nya.
Bahwa dalam sudut pandang kita terhadap al-Qur'an ada perbedaan (ciptaan
dan kalam) semoga Alloh mengampuni kita.

Wassalamu'alaikum wr. wb.
A.S.



_______________________________________________
is-lam mailing list
is-lam@milis.isnet.org
http://milis.isnet.org/cgi-bin/mailman/listinfo/is-lam

Kirim email ke