Pemilihan Boediono sebagai Cawapres SBY mendapat tentangan dari PAN dan PKS.. Selain karena kekecawaan Cawapres dari masing-masing partai tidak terpilih, ada alasan lain yang disampaikan kedua parpol tersebut. Sementara PKB tetap mendukung SBY. PAN bahkan mempertimbangkan untuk mengusung Prabowo atau merapat ke JK-WIN.
Dari artikel media massa di bawah, pengurus PAN, Drajat Wibowo menganggap Boediono menganut paham ekonomi Neoliberal yang menyengsarakan rakyat Indonesia. Selain itu, biasanya pasangan Capres dan Cawapres itu dari kombinasi Nasionalis dan Islam. Namun pasangan SBY-Boediono keduanya adalah Nasionalis. Kemudian biasanya agar diterima seluruh rakyat Indonesia, pasangan Capres-Cawapres biasanya dari suku Jawa dan Non Jawa (Tribun Timur). Saat penunjukkan Boediono sebagai Cawapres SBY, di TV dan media massa lainnya ada demo menolak Boediono dengan alasan dia adalah ekonom Neoliberalisme. "Kami menolak Boediono karena dia adalah antek neoliberalisme," kata Sodikin, Koordinator Lapangan Aksi Damai Tolak Boediono, saat ditemui di tengah aksi yang bertempat di depan Mobas. Lebih lanjut, ia menjelaskan, yang dimaksud dengan antek itu berarti berpihak pada IMF, ADB, World Bank, dan WTO (Kompas.com). Neoliberalisme adalah Sistem Ekonomi dengan agenda Penjualan BUMN (Privatisasi), penghapusan subsidi pada barang, deregulasi, pasar bebas, penyerahan kekayaan alam kepada pihak swasta/asing, dan bertumpu pada pinjaman hutang luar negeri. Di bawah adalah berbagai artikel tentang Boediono. Ada yang menyebutnya sebagai ekonom bertangan dingin karena bisa menjaga rupiah di tingkat Rp 9.000/1 US$. Namun saya lihat itu bukan prestasi mengingat zaman Habibie 1 US$ hanya Rp 7.000 sementara zaman Boediono (sekarang) jadi Rp 10.300 setelah sebelumnya menukik sampai Rp 12.000. “Prestasi” lain pun seperti hutang dari IMF lunas jadi tidak berarti mengingat hutang luar negeri Indonesia bertambah dari Rp 1.200 trilyun pada tahun 2004 menjadi Rp 1.600 trilyun di tahun 2009. Meski hutang di IMF “hilang”, Indonesia termasuk penghutang terbesar di Bank Dunia dan ADB serta agenda IMF terus berjalan.. Boediono Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Dr. Boediono (lahir di Blitar, Jawa Timur, 25 Februari 1943; umur 66 tahun) adalah Gubernur Bank Indonesia sekarang ini. Sebelumnya Boediono menjabat Menteri Koordinator Perekonomian Indonesia pada Kabinet Indonesia Bersatu. Boediono juga pernah menjabat Menteri Keuangan Indonesia dalam Kabinet Gotong Royong (2001–2004). Sebelumnya pada Kabinet Reformasi Pembangunan (1998-1999), Boediono adalah Menteri Negara Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas. Ia juga pernah menjabat sebagai Direktur Bank Indonesia pada masa pemerintahan Soeharto. Saat ini ia mengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Ia memperoleh gelar S1 (Bachelor of Economics (Hons.)) dari [Universitas Western Australia] pada tahun 1967. Lima tahun kemudian, gelar Master of Economics diperoleh dari Universitas Monash. Kemudian pada tahun 1979, ia mendapatkan gelar S3 (Ph.D) dalam bidang ekonomi dari Wharton School, Universitas Pennsylvania. Sebagai Menteri Keuangan dalam Kabinet Gotong Royong, ia berhasil memperbaiki keuangan pemerintah dengan sangat baik sehingga mampu membawa Indonesia lepas dari bantuan Dana Moneter Internasional. Oleh BusinessWeek, ia dipandang sebagai salah seorang menteri yang paling berprestasi dalam kabinet tersebut. Ketika Susilo Bambang Yudhoyono terpilih sebagai presiden, banyak orang yang mengira bahwa Boediono akan dipertahankan dalam jabatannya, namun posisinya ternyata ditempati Jusuf Anwar. Menurut laporan, Boediono sebenarnya telah diminta oleh Presiden Yudhoyono untuk bertahan, namun ia sendiri hendak beristirahat dan kembali mengajar. Saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan perombakan (reshuffle) kabinet pada 5 Desember 2005, Boediono diangkat menggantikan Aburizal Bakrie menjadi Menteri Koordinator bidang Perekonomian. Indikasi Boediono akan menggantikan Aburizal Bakrie direspon positif oleh pasar sejak hari sebelumnya dengan menguatnya IHSG serta mata uang rupiah. Pada tanggal 9 April 2008, DPR mengesahkan Boediono sebagai Gubernur Bank Indonesia, menggantikan Burhanuddin Abdullah. Belakangan namanya santer disebut sebagai cawapres Susilo Bambang Yudhoyono. Boediono beristrikan Herawati dan memiliki dua anak, Ratriana Ekarini dan Dios Kurniawan. Boediono didampingi istrinya Herawati berbincang dengan Menteri Pendidikan Nasional Prof Dr Bambang Sudibyo sesaat setelah menyampaikan pidato pengukuhan Guru Besar Fakultas Ekonomi UGM Catatan-catatan penting saat beliau menjabat : 1. Ekonom Kwik Kian Gie pernah menilai, prestasi Boediono hingga kini tetap diragukan karena dia tak mampu mengatasi kasus BLBI. Resep ekonomi yang disodorkan Boediono untuk mengatasi krisis moneter Indonesia 1997-1998 pun dianggap keliru, karena hanya mengandalkan buku diktat ekonomi dan resep IMF-Bank Dunia. “Adalah Megawati semasa menjabat sebagai presiden, yang menemukan dan menarik Boediono dalam kabinet sebagai Menkeu, Dan ia (Boediono) memang patuh melayani IMF,” kata Kwik dalam sebuah diskusi. 2. Para analis ekonomi-politik seperti Hendri Saparini melihat Boediono, yang kini menjabat gubernur BI sudah lama dibina oleh IMF, ADB, dan Bank Dunia, melalui jaringan Mafia Berkeley untuk menjadikan Indonesia sebagai negara neolibreal-kapitalis. Akibatnya, utang negara yang kaya raya ini bertambah Rp 400 triliun dalam periode 2004-2009. 3. Pada waktu menjabat sebagai Menteri Keuangan saat pemerintahan Megawati Soekarnoputri, dia menyatakan bahwa pada dasarnya subsidi bagi rakyat harus dihapus. Dan ketika para petani tebu meminta proteksi, Boediono dengan enteng menyatakan, ”Kalau petani tebu merasa bahwa menanam tebu kurang menguntungkan, tanamlah komoditas lain yang lebih menguntungkan.” yang sangat jauh dari semangat kemandirian ekonomi. Karya * Mubyarto, Boediono, Ace Partadiredja, Ekonomi Pancasila, Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjahmada (1981) * Boediono, Indonesia menghadapi ekonomi global, Penerbit BPFE (2001) http://id.wikipedia.org/wiki/Boediono Prof. Dr. Boediono Ekonom Bertangan Dingin Calon Wakil Presiden (Cawapres) pendamping SBY, Capres Partai Demokrat, ini seorang ekonom profesional bertangan dingin. Tangan dingin Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada dan Doktor Ekonomi Bisnis lulusan Wharton School University of Pennsylvania, AS 1979, ini terbukti selama menjabat Menteri Keuangan pada pemerintahan Megawati, Menko Perekonomian Kabinet Indonesia Bersatu (resuffle Senin (5/12/2005), maupun sebagai Gubernur Bank Indonesia. Selama menjabat Menkeu Kabinet Gotong-Royong, suami dari Herawati dan ayah dua anak (Ratriana Ekarini dan Dios Kurniawan), ini berhasil membenahi bidang fiskal, masalah kurs, suku bunga dan pertumbuhan ekonomi. Bersama dalam The Dream Team dan Bank Indonesia, Master of Economics, Monash University, Melbourne, Australia (1972), itu berhasil menstabilkan kurs rupiah pada kisaran Rp 9000-an per dolar AS. Begitu pula dengan suku bunga berada dalam posisi yang cukup baik merangsang kegiatan bisnis, sehingga pertumbuhan ekonomi menaik secara signifikan. Pria berpenampilan kalem dan santun serta terukur berbicara itu juga dinilai mampu membuat situasi ekonomi yang saat itu masih kacau menjadi dingin. http://tokohindonesia.com/ensiklopedi/b/boediono/biografi/index.shtml Amien Rais Kecewa SBY Tunjuk Boediono Liputan 6 - Kamis, Mei 14 Liputan6.com, Jakarta: Ketua Majelis Pertimbangan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais kecewa dengan rencana penunjukan Gubernur Bank Indonesia Boediono sebagai calon wakil presiden pendamping Susilo Bambang Yudhoyono. Pernyataan itu disampaikan Amien usai menggelar pertemuan dengan pengurus Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN DKI Jakarta, Rabu (13/5). ... Menyikapi rencana penujukan Boediono, para pimpinan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tadi malam juga menggelar rapat internal di Jakarta. Kendati nama Boediono belum diumumkan secara resmi, PKS menilai pilihan SBY tak sesuai dengan masukan partai yang menghendaki kombinasi capres-cawapres dari kalangan nasionalis-religius. http://id.news.yahoo.com/lptn/20090514/tpl-amien-rais-kecewa-sby-tunjuk-boedion-e5c0aa3.html PAN: Boediono Pentolan Neoliberalisme DPW Sulsel Pastikan PAN Tinggalkan Demokrat Kamis, 14 Mei 2009 | 01:56 WITA Makassar, Tribun - DPP PAN dipastikan membatalkan rencana koalisi dengan Partai Demokrat. Partai berlambang matahari terbit ini sedang menjajaki kemungkinan mengusung Prabowo Subianto atau bergabung ke Jusuf Kalla-Wiranto (JK-Win). Hal itu disampaikan Wakil Ketua DPW PAN Sulsel Buhari Kahhar Mudzakkar usai bertemu dengan Ketua DPW PAN Sulsel Ashabul Kahfi, Ketua Bappilu PAN Sulsel Doddy Amiruddin, dan sejumlah pengurus harian lainnya di kediaman Kahfi, Rabu (13/5). Usai pertemuan, Buhari ditunjuk sebagai juru bicara. "Jadi kita sudah sepakat bahwa PAN Sulsel akan meminta DPP mengusung Prabowo Subianto. Berdasarkan informasi yang kami terima dari Jakarta, PAN sudah dipastikan batal berkoalisi dengan Partai Demokrat mengusung SBY (Susilo Bambang Yudhoyon)," ujar Buhari. Anggota Fraksi PAN di DPR RI Drajat Wibowo menilai Boediono merupakan pilihan blunder politik yang fatal bagi SBY. "Pilihan itu akan memperkeras dikotomis antara nasional dan islamis, yang selama ini hampir menghilang. SBY nasionalis sehingga, idealnya, cawapresnya berasal dari Islamis. Boediono yang menganut paham ekonomi neoliberal juga tidak mewakili kelompok masyarakat luar Jawa," ujar Drajat. Soal neoliberalisme yang disematkan kepada Boediono juga diakui Wakil Ketua DPP Partai Demokrat Ahmad Mubarok. Namun, dia menilai posisi Boediono sebagai tokoh neoliberalisme ini bukan menjadi ancaman. "Karakter Boediono sebagai neoiberalisme bukan menjadi ancaman. Kalau Boediono menjadi ancaman untuk neoliberal karena karakter Boediono menurut saya tidak menjadi ancaman sama sekali," ujar Mubarok seperti dikutip kompas.com. http://www..tribun-timur.com/read/artikel/27920 Tolak Boediono karena Antek Pasar Bebas Rabu, 13 Mei 2009 | 15:40 WIB JAKARTA, KOMPAS.com — Siapa pun yang dipilih SBY untuk menjadi wakil presidennya akan menimbulkan resistensi. Memang benar, ketika Boediono ditetapkan sebagai wapres untuk SBY, hari ini (Rabu, 13/5) Komite Muda Indonesia (KMI) menggelar aksi damai menolak Boediono. "Kami menolak Boediono karena dia adalah antek neoliberalisme," kata Sodikin, Koordinator Lapangan Aksi Damai Tolak Boediono, saat ditemui di tengah aksi yang bertempat di depan Monumen Nasional di Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta. Lebih lanjut, ia menjelaskan, yang dimaksud dengan antek itu berarti berpihak pada IMF, ADB, World Bank, dan WTO. Keberatan tersebut karena KMI melihat jika Boediono menjadi wapres maka Indonesia akan terpuruk. "Sistem perekonomian kita akan semakin ke pasar bebas. Perekonomian kita akan mengedepankan swasta, sehingga akan semakin banyak aset negara yang dijual," jelas Sodikin yang juga mahasiswa Universitas Islam Indonesia. http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/05/13/15404846/tolak.boediono.karena.antek.pasar.bebas. Lebih bersih, Lebih baik, Lebih cepat - Yahoo! Mail: Kini tanpa iklan. Rasakan bedanya! http://id.mail.yahoo.com _______________________________________________ Is-lam mailing list Is-lam@milis.isnet.org http://milis.isnet.org/cgi-bin/mailman/listinfo/is-lam