So What should we do ?
Wait and See ?

Wassalam
Adjie.Praz

- - - -

'Playboy' Indonesia Beredar Maret
Anindhita Maharrani - detikHot

Playboy (ist)
Jakarta, Nama 'Playboy' pastinya sudah tak asing di telinga kita. Maret 2006 mendatang, majalah yang menyuguhkan kemolekan tubuh wanita ini akan mulai beredar di Indonesia. Tak takut kontroversi?

"Takut sih nggak. Kita kan punya kebijakan editorial. Isinya juga akan disesuaikan mana yang bisa diterima di Indonesia. Pokoknya kita seleksi dengan baik," jelas promotion Playboy, Avianto Nugroho ketika dihubungi detikhot, Kamis (12/1/2006).

Avianto pun mengaku sudah mengantongi izin penerbitan. "Izin penerbitan itu sudah keluar sejak akhir November 2005 lalu," lanjutnya.

Soal isi majalah, 'Playboy' akan berbeda dengan kebanyakan majalah pria lain. "Kita nggak hanya mengeksplor perempuan saja, tapi mau mengeducate orang untuk baca. Selama ini kan orang Indonesia baca Playboy cuma untuk lihat gambarnya," ujar Avianto. Kendati demikian ia tidak membantah majalah pria ini akan menyuguhkan foto-foto 'syur'.

Distribusi majalah sendiri, menurut Avianto lebih dititikberatkan pada sistem berlangganan. Selain itu, 'Playboy' juga dapat diperoleh di toko-toko buku terkemuka. "Jadi paling tidak yang beli terkontrol. Kalau di kios koran atau lapak jadi konsiderasi belakangan," imbuhnya.

Tak jauh berbeda dengan majalah pria lainnya, 'Playboy' akan dijual dengan harga kurang dari Rp 50 ribu.

Siapa yang akan menjadi sampul edisi perdana 'Playboy' Indonesia? "Wah, itu surprise. Pokoknya tunggu saja bulan Maret nanti," demikian Avianto.(dit)

---------

  Indonesia Negara Kedua di Asia Tempat Jualan Playboy
  Nurul Hidayati - detikcom 

  Jakarta - Majalah Playboy yang selama ini hanya bisa dinikmati lewat kiriman
  teman di luar negeri, dua bulan lagi sudah bisa dinikmati dengan bebas di
  Tanah Air.

  Anda bisa berlangganan atau pun membelinya di toko buku terkemuka. Playboy
  versi Indonesia telah lahir.

  Di Asia, selama ini hanya Jepang yang dipercaya manajemen Playboy yang
  berpusat di AS sana untuk menerbitkan Playboy. Dengan dirilisnya Playboy
  Indonesia, maka Indonesia adalah negeri kedua di Asia yang "mendapat
  kehormatan" menerbitkan majalah yang dipenuhi pose syur kaum Hawa ini.

  Ini tentu cukup mengagetkan juga, mengingat Indonesia sebelumnya adalah salah
  satu negara di Asia yang melarang peredaran majalah ini.

  Sebelum Indonesia, Playboy telah diproduksi di 20 negara dengan pola waralaba.
  Dua puluh negara itu adalah Argentina, Brasil, Bulgaria, Kroasia, Republik
  Ceko, Prancis, Jerman, Yunani, Hungaria, Jepang, Meksiko, Belanda, Rumania,
  Serbia, Slovenia, Slovakia, Spanyol dan Ukraina. Dan Indonesia memperpanjang
  daftar itu.

  Manajemen Playboy pusat mengklaim, pembaca Playboy di seluruh dunia total
  jenderal ada 15 juta. Jumlah yang cukup fantastis! Playboy juga mengklaim
  sebagai majalah kaum pria paling laris di dunia.

  Yang paling menonjol dari Playboy adalah logonya yang sangat terkenal. Kelinci
  bertuksedo menjadi maskot yang tidak tergantikan sejak majalah itu memasuki
  edisi keduanya pada 1953.

  Menurut logoresource.com, logo kelinci majalah Playboy didesain oleh Art Paul,
  orang pertama yang menjadi art director majalah tersebut. Menurut Hugh Hefner,
  sang kreator dan pemilik Playboy, pemilihan kelinci sebagai logo majalah
  Playboy adalah karena simbol kelinci memiliki konotasi humor seksual yang
  tinggi, berkesan periang dan suka bermain-main.

  Selain itu logo kelinci tersebut sengaja didesain dengan mengenakan pakaian
  tuksedo, dengan tujuan untuk memberikan kesan eksklusif. Kebanyakan orang
  menggambarkan kesan macho dan maskulin dengan bentuk tubuh yang kekar berotot,
  tetapi tidak demikian halnya dengan Hugh Hefner, dia lebih memilih kelinci
  sebagai simbolnya dengan pemikiran lain daripada yang lain.

  Selain kesan maskulin, pemakaian tuksedo tersebut juga memberikan kesan
  charming.

  Kesuksesan majalah Playboy dengan kelinci sebagai logonya, membuat ilmuwan
  memberikan penghargaan kepada Hugh Hefner dengan menggunakan namanya sebagai
  nama spesies kelinci yang baru ditemukan, yakni "Sylvilagus Palustris
Hefneri".

  Menurut kamus Wikipedia, Playboy paling laris adalah terbitan November 1972
  yang terjual 7.161.561 kopi. Cover kala itu adalah Lena Soderberg yang
  didesain oleh Jack Niland.

-----------

  DPR Minta Desain Playboy Indonesia Tidak Seperti di AS
  Muhammad Nur Hayid - detikcom 

  Jakarta - Rencana menerbitkan Playboy versi Indonesia mendapat tanggapan
  beragam. Kalangan Dewan Perwakilan Rakyat, terutama Komisi VIII berharap agar
  desain majalah tersebut nantinya tidak seperti Playboy yang beredar di AS.

  "Jika desain Plaboy di Indonesia seperti yang ada di Amerika Serikat, saya
  tidak setuju. Dan saya akan menggalang protes bersama dengan kawan-kawan,"
  kata anggota DPR Komisi VIII Yoyoh Yusroh saat dihubungi detikcom, Kamis
  (12/1/2006).

  Yoyoh tidak mempermasalahkan rencana penerbitan majalah bergambar syur
  tersebut, asalkan pihak perusahaan ikut memperhatikan nilai budaya bangsa dan
  adat ketimuran sebelum menerbitkan Playboy.

  Ia berharap jangan sampai majalah tersebut menimbulkan protes di masyarakat.
  Menurut Yoyoh, jika menerbitkan majalah menimbulkan reaksi keras dari
  masyarakat, maka DPR akan turun bersama dengan Dewan Pers dan Komisi Penyiaran
  Indonesia (KPI).

  "Kita akan turun kalau penerbitan majalah tersebut tidak sesuai dengan budaya
  bangsa dan adat ketimuran," katanya.

  Anggota Fraksi PKS ini berharap agar pihak pengusaha jangan hanya mengakomodir
  kepentingan pengusaha yang ingin meraup untung, tetapi merusak generasi muda
  bangsa. Yoyoh mengingatkan agar pengusaha betul-betul memperhatikan dampak
  penerbitan itu, jangan sampai menuai kritik tajam.

  Saat ini, DPR sedang merampungkan RUU Pornografi dan Pornoaksi yang diharapkan
  bisa segera selesai. Batasan pornografi, menurut Yoyoh, seluruh tampilan
  mengenai tubuh manusia yang digunakan untuk komersial masuk kategori
  pornografi yang rencananya dilarang UU.

  "UU memperbolehkan telanjang kalau itu sesuai budaya bangsa, seperti koteka
  untuk pria dan telanjang dada untuk perempuan di Papua, serta kemben di Jawa
  Tengah," katanya.
  (jon)

------------

  Playboy Indonesia Terbit
  Hasyim: Itu Bikin Bencana Saja
  Nurvita Indarini - detikcom

  Jakarta - Citra yang terbentuk selama ini, Playboy adalah majalah syurr. Meski
  saingannya kini bejibun -- bahkan banyak yang lebih berani -- namun image
  Playboy tidak tergoyahkan. Wajar jika kemudian penerbitan Playboy edisi
  Indonesia mengundang pro dan kontra, tidak seperti majalah sejenis lainnya.

  Kelompok yang kontra pada Playboy Indonesia salah satunya adalah Hasyim
  Muzadi. "Itu bikin bencana saja," kata ketua umum PBNU ini pada detikcom,
  Kamis (12/1/2006).

  Hasyim menyatakan hal itu usai acara tahlilan untuk korban bencana Jember dan
  Banjarnegara di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. "Lebih baik
  tidak usah," imbuh pengasuh Ponpes Al Hikmah, Malang, ini.

  Seperti diberitakan, Playboy yang berpusat di AS mengizinkan pengusaha media
  Indonesia untuk menerbitkan edisi lokal dalam bentuk franchise. Majalah ini
  akan terbit dua bulan lagi. Saat ini, Playboy Indonesia tengah mengadakan
  audisi untuk cover majalah tersebut atau disebut Playmate.(nrl)

--------

  MMI Cemas Bila Playboy Versi Indonesia Terbit
  Arfi bambani Amri - detikcom  

  Jakarta - Kabar Majalah Playboy versi Indonesia akan terbit pada bulan Maret
  mendatang membuat cemas Majelis Mujahidin Indonesia (MMI). Alasannya, MMI
  khawatir keberadaan majalah tersebut akan menambah rusak moral bangsa.

  "Kekhawatiran kami, media baru ini akan lebih menjerumuskan bangsa kita dari
  krisis moral, karena dengan mudah menampilkan aurat wanita kepada khalayak
  umum, termasuk anak-anak di bawah umur," kata juru bicara MMI Fauzan Al
  Anshari saat dihubungi detikcom, Kamis (12/1/2006).

  Dikatakannya, meski media baru ini dititikberatkan pada sistem berlangganan,
  Fauzan mensinyalir hal itu tidak akan menjamin munculnya penyimpangan. "Itu
  sama saja seperti melokalisasi yang tidak menyelesaikan masalah kemaksiatan,"
  ujarnya lagi.

  Fauzan menyatakan, jika Majalah Playboy ini tetap terbit pada bulan Maret
  nanti, maka mereka akan melakukan somasi beserta pengaduan kepada kepolisian
  dengan tuduhan menampilkan pornografi dan pornoaksi.

  Sebelumnya MMI juga telah melakukan somasi terhadap beberapa media lain,
  berkaitan dengan masalah pornografi, namun tidak ditindaklanjuti oleh
  kepolisian.

  Mekanisme yang ada adalah somasi. Kemudian dari somasi tersebut muncul hak
  jawab. Namun respons dari kepolisian tidak begitu baik atas laporan MMI
  tersebut. "Padahal mereka-lah yang memiliki otoritas. Oleh karena itu, kami
  pernah meminta otoritas untuk menertibkan media-media seperti itu," katanya.

  Ketika ditanyakan mengenai apa yang dimaksud mengenai pornografi dan
  pornoaksi, Fauzan menjelaskan, segala tindakan yang memperlihatkan aurat
  kepada umum seperti yang ditentukan oleh Islam. "Seharusnya itulah batasan
  sesuatu tindakan disebut pornografi, karena mayoritas masyarakat kita adalah
  penganut Islam," katanya.
 
--------------

  Pengamat: Ada Kepentingan Ideologi Dibalik Penerbitan Playboy
  Nurfajri Budi Nugroho - detikcom

   Jakarta - Belum juga resmi dirilis, rencana penerbitan majalah Playboy edisi
  Indonesia sudah mendapat respon. Pengamat Komunikasi UI Effendi Ghazali
  menilai ada kepentingan modal dan ideologi yang bermain.

  "Jelas ada kepentingan pasar. Modal pasti bermain dibelakangnya. Ini bisa juga
  dibaca ke arah upaya penghancuran moral. Tanpa sadar kita sudah masuk kedalam
  iklim neo liberalisme yang tidak ada pertanyaan moral didalamnya. Omong kosong
  kalau ada alasan lain. Saya selalu katakan itu soal neolib," ujar Effendi saat
  dihubungi detikcom, Jumat (13/1/2006).

  Kalaupun Playboy edisi Indonesia tersebut tetap akan diterbitkan, Effendi
  berharap, majalah tersebut seharusnya menyesuaikan diri dengan peraturan
  perundang-undangan. Penerbitan itu juga harus sesuai dengan norma yang berlaku
  dalam kultur masyarakat Indonesia.

  "Itu standarnya. Selain itu penjualannya harus diperhatikan. Tidak boleh
  didisplay di tempat umum. Juga tidak boleh dibaca di tempat umum," imbuh
  Effendi.

  Hal lain yang juga patut dipertimbangkan, tambah Effendi, adalah soal
  kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap penerbitan semacam itu. "Harus ada
  survey yang valid apakah masyarakat butuh hal-hal semacam itu. Tapi saya yakin
  hasilnya pasti masyarakat belum butuh," ucapnya.

  Effendi menilai, media massa semacam Playboy selalu mengandung semangat
  eksploitasi terhadap wanita. Namun seringkali wanita merasa tidak ada
  eksploitasi atas dirinya.

  "Saya suka mengatakan wanita yang mau dieksploitasi adalah pelengkap penderita
  yang berbahagia. Eksploitasi itu pasti ada," tegas Effendi.(ary)
-------------------------------------------------------------- Milis Masjid Ar-Royyan, Perum BDB II, Sukahati, Cibinong 16913 Website http://www.arroyyan.com ; Milis jamaah[at]arroyyan.com

Kirim email ke