WORSHIP AND MISSION
 
oleh:Pdt. Tommy Elim, M.Div.
 
 
Nats: Yesaya 6:1-13
 
 
Pendahuluan: 
Memasuki bulan
ini, minggu demi minggu akan kita dedikasikan dalam bulan misi. Sepanjang bulan
ini dapat kita gunakan waktu-waktu kita untuk mencoba merenungi pekerjaan
penginjilan. Kesempatan yang ada ketika berada di rumah bersama dengan keluarga
dan anak-anak kita maka dapat kita pakai untuk berdoa  dengan puji-pujian Hymn
of The Month yang berkaitan dengan penginjilan sehingga itu menjadi suatu
berita di dalam bulan ini, yang boleh terus mempengaruhi seluruh diri kita. 
 
 
Isi
Dalam Yesaya pasal 6 ini, adalah
sebuah perikop yang sangat penting karena seringkali dilihat dalam beragam
sudut pandang. 
 
Yesaya pasal 6 kerap kali dilihat
oleh para teolog khususnya mereka yang meneliti tentang worship. Mereka berkata 
bahwa dalam Yesaya pasal 6 ini cukup banyak
muncul bentuk –bentuk liturgi termasuk liturgi yang kita miliki saat ini.
Yesaya pasal 6 dimulai dengan melihat kemuliaan Allah, panggilan Allah dan
pertobatan. Yesaya pasal 6 berbicara mengenai panggilan dan pengutusan Yesaya
menjadi misionari Allah untuk melakukan pekerjaan misi Allah. Seringkali 
diperdebatkan apakah Yesaya 6  ini berbicara mengenai misi atau mengenai
worship. Tetapi kalau kita baca dalam Alkitab, sebenarnya tidak perlu
menganggap hal tersebut sebagai sebuah pertentangan karena antara ibadah dan
misi, keduanya adalah bagian yang memiliki hubungan sebab akibat. Ketika
berbicara mengenai sebab-akibat, dalam ayat ini sebelum Yesaya diutus dan
merespon panggilan Tuhan, hal tersebut diawali dengan ibadah yang sejati yang
dialami Yesaya. Ketika berbicara mengenai ibadah dalam ayat tersebut, bukan
seperti liturgi yang kita lakukan setiap minggu, tetapi yang dimaksud dengan
ibadah yang dialami Yesaya adalah perjumpaan yang riil dengan Tuhan. Yesaya
mengalami hadirat Tuhan yang Maha Kuasa yang menjadi esensi ibadah tersebut.
Ibadah setiap minggu yang kita lakukan jika kita tidak mengalami perjumpaan
dengan Tuhan, maka esensi dari ibadah tersebut tidak kita dapatkan. 
Esensi dari ibadah tidak dapat disamakan dengan aktivitas ibadah. Dalam
aktivitas ibadah tersebut ada momen-momen di mana kita berharap bisa berjumpa
dengan hadirat Tuhan dan disapa oleh Tuhan. Inilah yang terjadi pada Yesaya, ia
melihat dengan mata kepala sendiri, ia berjumpa dengan Allah. Perjumpaan dengan
Allah menjadi sebuah kekuatan yang paling utama (the ultimate power)
saat kita menjalankan apa pun dalam panggilan kehidupan kita. Entah dalam
pelayanan, dalam misi, dalam memberi, dalam diakonia atau apa pun juga,
perjumpaan dengan Tuhan menjadi bagian yang terpenting. Kenapa? Karena ketika
kita berjumpa dengan Tuhan maka kita berhadapan dengan kenyataan di mana kita
akan diputar balikan  berkaitan dengan konsep hidup kita dan membuat kita
melihat dengan prespektif Tuhan dan membuat kita melakukan apa pun yang Tuhan
inginkan. Panggilan Yesaya dimulai dengan perjumpaan dengan Allah. Karena jika
perjumpaan ini tidak dialami oleh Yesaya maka perjalanan Yesaya selanjutnya
akan menjadi perjalanan yang sangat sulit. Dalam panggilan Tuhan, untuk
seseorang meresponi panggilan tersebut adalah hal yang sulit karena dalam hidup
kita ketika kita melakukan sesuatu maka otak kita akan berpikir dan menimbang,
kenapa saya harus melakukan hal ini dan bukan melakukan hal itu? Kenapa saya
harus menginvestasikan hidup saya untuk hal tersebut?. Seringkali kita memakai
hidup kita dalam menginvestasikan sesuatu karena hal tersebut penting bagi
hidup dan masa depan kita. Apa yang membuat seseorang mendedikasikan hidup 
begitu
luar biasa? Ketika Yesaya menerima penglihatan itu, Allah bertanya, “Siapakah
yang akan Ku utus? Lalu Yesaya dengan sendirinya berkata, “ Ini aku, utuslah
aku.”(ay 8). Tuhan tidak pernah menyuruh Yesaya untuk pergi. Yesaya menyerahkan
dirinya karena beberapa detik sebelumnya, Yesaya melihat kehadiran Allah.
Ketika ia melihat Allah, konsep nilai hidupnya berubah, ia tidak lagi
hitung-hitungan dengan Allah. Ketika kita berjumpa dengan hadirat Allah maka
konsep nilai kita berubah dan membuat kita tidak akan hitung-hitungan. Jika
kita hitung-hitungan dalam hidup kita, kita akan menyadari bahwa Allah terlalu
berharga, Allah bernilai dan yang paling penting di atas segalanya. Esensi dari
worship yakni perjumpaan dengan Allah menjadi kekuatan bagi seseorang untuk
menyerahkan diri dan melayani. 
 
Ketika Allah berkata, “Pergilah dan
katakanlah pada bangsa ini, dengarlah sungguh-sungguh tapi mengerti jangan,
lihat sungguh-sungguh tapi menanggapi jangan…”(ay 9). Tuhan Yesus ingin
menekankan bahwa dalam berhadapan dengan orang-orang yang akan kita injili
tidak mudah, mereka akan menolak kita. Tuhan adalah Tuhan yang sangat jujur
dengan panggilan-Nya. Oleh karena itu Yesus berkata, “Siapa yang ingin ikut
Aku, ikutlah Aku dan pikullah salib.” Kita akan menghadapi banyak hal dalam
hidup pelayanan kita. Seruan Yesaya adalah seruan yang sama dengan  kita
dalam pelayanan kita, dalam misi kita. Rasanya kita sudah memberikan yang
terbaik, tapi berapa lama lagi kita ditolak? Berapa lama lagi kita tidak
dihargai? Berapa lama lagi, Tuhan? Dalam pelayanan, khususnya dalam pelayanan
misi, yang terberat adalah konsistensi dalam pelayanan kita. Ketika kita
melayani di gereja, tantangan kita adalah konsistensi karena telinga kita kerap
kali mendengar banyak protes. Waktu kita melayani maka mari kita kuatkan
telinga kita dengan anugerah Tuhan. Bagi setiap kita, ketika kita merasa lemah,
kekuatan hanya akan terjadi jika kita mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Setiap
minggu ketika kita datang beribadah, upayakan supaya hari Sabtu kita dapat
berdoa, siapkan hati, dan tidur lebih awal untuk datang berjumpa dengan Allah.
Karena setiap minggu menjadi kesempatan di mana kita disegarkan kembali.
Perjumpaan dengan Allah merupakan kunci dari eksistensi dalam setiap pelayanan. 
 
 
Penutup
Seorang missionari bernama Hudson
Taylor yang melayani dan mendedikasikan hidupnya di China selama 51 tahun.
Bagaimana bisa ia bertahan selama itu melayani Tuhan? Ia berkata bahwa saya
tidak akan membiarkan satu kali pun mata saya lepas dari hadirat Tuhan dan saya
berada bersama hadirat Tuhan. Ini menjadi kekuatan bagi pelayanan dan dedikasi
kita kepada Tuhan. Ketika kita sungguh-sungguh mengejar hadirat Allah dan ingin
berjumpa dengan Tuhan, maka di situlah kita mendapatkan kekuatan. Tetapi untuk
berjumpa dengan Tuhan, kita harus mempersiapkan hati. Kalau ibadah setiap
minggu menjadi momen perjumpaan dengan Tuhan maka kita percaya kita akan
sungguh dikuatkan dalam pelayanan di tengah-tengah dunia ini.  Perjumpaan
dengan Tuhan menjadi sesuatu yang sangat penting dan itu menjadi sesuatu yang
harus selalu ada dalam diri kita.
 
Tuhan
Yesus memberkati kita
semua.         
          
 
Ringkasan khotbah ini tidak melalui proses editing oleh pengkhotbah
 
       
 
Sumber:
Ringkasan khotbah
Pdt. Tommy Elim di Gereja Kristus Yesus (GKY) Green Ville, Jakarta tanggal 7
April 2013
http://www.gkyjgv.org/ringkasan.php?kode=1616
 
"Kerendahan hati yang rohani merupakan suatu kesadaran yang dimiliki seorang 
Kristen tentang betapa miskin dan menjijikkannya dirinya, yang memimpinnya 
untuk merendahkan dirinya dan meninggikan Allah semata."
(Rev. Jonathan Edwards, A.M., Pengalaman Rohani Sejati, hlm. 100)

Kirim email ke