2008/5/15 Hardy Huang <[EMAIL PROTECTED]>:
>  Saya dulu pertama kali ikut INC juga karena disuruh dosen. Dulunya di
> Sumatera Utara, kampus kami yang pertama kali ikut. Saya generasi kedua
> pergi. Pulang cuma solve 2 soal. Ampun deh hahahaha....
>  Padahal waktu solve soal pertama, waktunya sangat cepat. Jadi kampus kita
> sempat bertengger di posisi 5 besar. Tapi terus turun... dan pulang juara
> 18. Memang tantangannya berat sekali. Mesti belajar banyak2 deh. Yang jadi
> pertanyaan saya. Biasanya semakin pandai seseorang di algoritma malahan
> kemampuan programming aplikasi2 web dan desktop tidak begitu jago. Di lab
> tempat saya bekerja, dipenuhi oleh orang2 Phd yang kemampuan algoritmanya
> wow semua. Tapi kalau soal programming Java atau .Net. Semuanya so so saja,
> malahan tidak begitu peduli.

Untuk jadi PhD memang butuh pengetahuan dasar algoritma.
Di Qualifying Exam untuk PhD biasanya pertanyaannya tentang algoritma
dan butuh berpikir.
Seperti how to do this efficiently? can you propose better solution? etc...

Lain halnya dengan Java dan applikasinya.
Sebagai developer biasanya tidak memerlukan algoritma yang hebat untuk
develop applications.
Kebanyakan tools2nya sudah tersedia siap pakai dalam bentuk library.

Kalau kita telusuri, siapakah pembuat library tersebut?
Kebanyakan orang2 PhD yang membuat library tersebut (coba liat
utilities2 di core Java library).
Karena butuh research yang cukup lama untuk membuat tools yang
eficient, correct, clean, robust, etc.
Disinilah algoritma terpakai. Makanya Google, MS dkk butuh orang2 PhD
untuk bikinin library macem2 buat mereka.
Untuk inovasi tools2 baru mereka.

Kalau anda mau jadi seorang developer, maka algoritma tidak begitu penting.
Tapi kalau anda adalah seorang researcher, maka algoritma adalah
sesuatu yang mandatory (+ skills lainnya).

Felix Halim

Kirim email ke